Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Etika Berpuasa Ramadhan Yang Benar Menurut Agama Islam

puasa-ramadhan

Etika Berpuasa - Bagi umat muslim pastinya memang sudah paham betul dengan puasa, namun mungkin belum tahu tentang etika berpuasa yang baik dan juga bagaimana cara untuk melaksanakannya dengan benar. 

Zaman sekarang banyak orang yang berpuasa namun hanya ikut-ikutan saja dan tidak memahaminya secara benar. Alangkah sayangnya ibadah yang dilakukan kalau memang tidak bisa memahaminya dengan sempurna.

Dalam ajaran agama islam puasa bisa dibagi menjadi dua yaitu puasa sunnah dan juga puasa wajib. Dan sebagaimana yang kita ketahui ada beberapa puasa sunnah yang paling diketahui oleh banyak orang yaitu puasa senin - kamis .

Sedangkan puasa wajib adalah puasa yang datang 1 tahun sekali atau puasa Ramadhan dimana seluruh umat islam yang ada di bumi ini diwajibkan untuk berpuasa dan melaksanakan ibadah dengan baik selama sebulan penuh.

Namun Islam adalah agama yang penuh dengan keindahan karena walaupun puasa ramadhan ini wajib , apabila ada orang yang berhalangan entah itu karena wanita datang bulan atau mungkin sakit dan beberapa hal lainnya mereka masih boleh untuk mengqadha di lain waktu.

Dan dibawah ini akan kami jelaskan mengenai etika berpuasa mulai dari awal waktunya berpuasa sampai berbuka dan beberapa hal yang harus dilakukan pada saat anda berpuasa agar ibadah puasa yang anda lakukan tidak sia-sia. Sungguh sangat disayangkan kalau anda sudah berniat untuk berpuasa dengan baik namun hanya karena hal kecil puasa anda menjadi batal atau tidak sempurna.

Etika Berpuasa Dalam Islam

1. Makan Sahur

berbuka-puasa

Sebelum melaksanakan ibadah puasa memang kita sudah terbiasa untuk makan sahur agar kita bisa kuat dalam menjalani ibadah puasa pada siang hari. Mayoritas ulama juga sudah bersepakat kalau makan sahur itu adalah salah satu dari sunnah puasa. Artinya, apabila anda tidak makan sahur anda tidak berdosa namun agar anda bisa menjalaninya dengan baik, maka lebih baik anda makan sahur. 

Rasulullah SAW bersabda :

تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السُّحُورِ بَرَكَةً

“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” [HR. Bukhori]

Dari Amru bin 'Ash RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السُّحُور

"Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah pada makan sahur." [HR. Muslim No. 1096]

2. Waktu Imsyak

Memang Imsak menjadi perdebatan para ulama karena imsak bukan pertanda untuk memulai puasa pada hari itu melainkan waktu fajar tiba barulah mulai untuk berpuasa, namun ada baiknya anda berhenti makan setelah waktu imsak untuk bersiap-siap melaksanakan puasa.

Allah SWT berfirman:

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا

Artinya:

"Makan dan minumlah kalian hingga jelas bagi kalian perbedaan benang putih dari benang hitam yakni fajar. Lalu sempurnakanlah puasa hingga malam. Jangan kalian berhubungan dengan isteri-isteri kalian sementara kalian sedang I’tikaf di masjid-masjid. Itu semua batasan-batasan (yang telah ditentukan oleh) Allah. Janganlah kalian mendekatinya." [QS al-Baqarah [2]: 187]

Terkait dengan imsak itu sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW meskipun tidak disebut dengan nama khusus. Para perawi hadits seperti Al-Bukhari, Muslim, al-Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad meriwayatkan melalui jalur Anas bin Malik dari Zaid bin Tsabit:  

عن زيد بن ثابت رضي الله عنه قال  : تَسَحَّرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى الصَّلَاةِ قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَ الأَذَانِ وَالسُّحُوْرِ ؟  قَالَ قَدْرُ خَمْسِيْنَ آيَةً

Sahabat Zaid bin Tsabit ra meriwayatkan, “dahulu kami bersahur bersama Nabi saw kemudian beberapa saat beliau shalat subuh”.

Anas bin Malik bertanya, “berapa jeda waktu antara adzan dengan sahur?”

“Kira-kira rentang waktu membaca 50 ayat”, jawab Zaid bin Tsabit.

Jeda waktu kira-kira bacaan 50 ayat antara makan sahur dengan adzan menjadi bukti terang mengenai adanya pemisahan jarak dari awal waktu puasa yakni waktu subuh.  Sementara pemilihan kata imsak sebagai istilah waktu awal puasa merupakan pilihan yang tepat. Imsak berarti menahan. Sebagaimana arti puasa (shiyâm) dari segi bahasa.

3. Berbuka Puasa

kurma

Apabila anda sudah menahan lapar dan juga haus disiang hari dan datang waktu berbuka puasa itu anda sudah disunnahkan untuk segera menyegerakan berbuka puasa. Mungkin sekarang ini memang banyak orang yang salah persepsi karena sibuk atau mungkin dagangan sedang ramai maka berbuka menjadi nomer dua atau mungkin nomer tiga. Hal itu memang kadang menjadi kesalahan banyak orang.

Sahl bin Sa’ad meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:

"لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الْفِطْرَ" 

Artinya:

"Orang-orang masih tetap dalam keadaan baik selagi mereka menyegerakan berbuka." [Riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim]

Sedangkan untuk berbuka disunnahkan untuk memakan buah-buahan yang manis seperti memakan kurma basah, seperti yang sudah disebutkan pada hadits Anas Radhiyallahu ‘anhu.

Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: ”Apabila salah seorang di antara kalian berbuka, hendaklah berbuka dengan kurma, karena dia adalah berkah, apabila tidak mendapatkan kurma maka berbukalah dengan air karena dia adalah bersih." [HR. Tirmidzi dan Abu Dawud]

4. Menghindari Rafats

Rafats itu adalah jatuh pada perbuatan yang maksiat karena hal itu memang sudah jelas melanggar ketentuan puasa.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الأَكْلِ وَالشَّرَبِ ، إِنَّمَا الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ ، فَإِنْ سَابَّكَ أَحَدٌ أَوْ جَهُلَ عَلَيْكَ فَلْتَقُلْ : إِنِّي صَائِمٌ ، إِنِّي صَائِمٌ

Artinya:

“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”. [HR. Ibnu Majah dan Hakim]

Orang yang sedang berpuasa diwajibkan untuk meninggalkan semua perbuatan yang diharamkan, seperti mengeluarkan kata-kata jorok, menggunjing ataupun berbuat dusta karena jika hal itu dilakukan maka bisa menghapus semua pahala yang didapat ketika berpuasa.

Ada banyak sekali hal yang bisa menghapus pahala pada puasa seperti menyia-nyiakan waktu untuk jalan-jalan dan juga bermalas-malasan pada siang hari.  

Banyak sekali orang yang sangat malas untuk melakukan apapun pada saat dirinya berpuasa dan hanya tidur disiang hari, kemudian ketika malam sudah datang mereka bersenda gurau sampai larus dan membuat mereka tidak bisa menjalankan ibadah shalat wajib ataupun sunnah dengan baik pada bulan yang suci ini.

Demikianlah penjelasan tentang Etika Berpuasa Ramadhan Yang Benar Menurut Agama Islam. Semoga berguna dan bermanfaat untuk para pembaca semuanya.

Posting Komentar untuk " Etika Berpuasa Ramadhan Yang Benar Menurut Agama Islam"