Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Antara Puasa dan Korupsi: Reaksi Oksidasi Korupsi

Antara Puasa dan Korupsi: Reaksi Oksidasi Korupsi

Beragam ibadah mungkin menjadi salah satu hal yang dianggap mampu menghapuskan dosa-dosa umat manusia. Salah satu ibadah yang diwajibkan bagi umat Islam adalah ibadah puasa.

Ibadah yang merupakan rukun islam yang ketiga tersebut membuat para muslimin dan muslimah rela menahan segala lapar dan dahaga, terutama pada bulan Ramadhan.

Pada bulan tersebut, umat islam berlomba-lomba memberikan ibadah terbaik mereka. Bukan hanya dalam hal berpuasa, tapi juga dari segi ibadah lainnya, seperti shalat sunat tarawih, shalat sunat malam, shalat dhuha, infaq dan shadaqah, serta amalan lain yang dipercaya dapat meningkatkan pahala dan keimanan mereka. 

Namun, masih sedikit pula orang yang benar-benar mengerti makna dan hakikat puasa yang sebenarnya sehingga yang mereka lakukan hanya sekedar menahan lapar dan dahaga saja, tanpa meningkatkan amalan lain yang justru menjadi poin utama saat berpuasa.

Misalnya saja, menahan hawa nafsu amarah dan hawa nafsu lain yang berpotensi menjerumuskan seseorang ke dalam lembah dosa. Salah satu kelompok umat manusia yang melakukan hal tersebut adalah koruptor. 

Dengan gaya yang islami, mereka juga melakukan puasa dan berbagi bersama anak yatim piatu atau orang yang kurang mampu. Akan tetapi disisi lain, mereka justru melakukan dosa yang sungguh berpengaruh terhadap hajat hidup orang banyak.

Dengan melakukan korupsi, mereka mengurangi jatah rezeki yang seharusnya sampai ke tangan para fakir miskin serta anak jalanan yang membutuhkan dana dari pemerintah dan negara tersebut. 

Dengan tanpa merasa bersalah, mereka justru melakukan hal yang baik di mata masyarakat seolah-olah mereka tidak pernah melakukan kekejian yang justru menimbulkan berbagai masalah dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi suatu negara.

Sindiran Untuk Para Koruptor

Salah satu cara untuk bisa mengubah pemikiran para koruptor adalah dengan mendengarkan karya seni, baik berupa lagu, cerita, atau berita apapun yang mampu menyindir para koruptor mengenai apa yang mereka lakukan. 

Salah satu hasil karya cipta manusia yang mampu menjadi sindiran terhadap para koruptor adalah lagu rohani yang dinyanyikan oleh Gigi berikut ini.

Minal aidzin wal faidzin

Maafkan lahir dan batin

Selamat para pemimpin

Rakyatnya makmur terjamin

(Idul Fitri-Gigi)

Ibadah puasa adalah rukun Islam yang ketiga. Begitu mulianya orang yang melaksanakannya hingga berhak diganjar surga. Sebaliknya, korupsi adalah perbuatan tercela yang merugikan banyak orang, sudah tentu Allah berang. 

Adakah hubungan antara puasa dan korupsi? Tentu saja ada. Seperti yang sudah dipaparkan di atas, salah satu hakikat puasa adalah menahan segala hawa nafsu yang berpotensi menjerumuskan umat manusia ke dalam lembah dosa. 

Dan salah satu perbuatan yang mampu menggiring umat manusia ke lembah yang nista tersebut adalah korupsi. Jika seseorang hanya menahan lapar dan haus saat puasa, maka seorang anak kecil pun sudah sanggup melakukan hal itu dengan baik.

Justru hal itulah yang membedakan puasa umat beragama dengan puasa orang-orang lapar. Puasa orang lapar hanya dilakukan ketika tidak ada sesuatu yang bisa dimakan atau diminum, sedangkan puasa orang beragama adalah puasa dari segala hal yang negatif.

Maka dari itu, seseorang yang puasa beragama akan terlihat dari perilakunya sehari-hari. Jadi, bukan tidak mungkin jika para koruptor tetap melakukan puasa. Namun, bagaimana puasa itu dilakukan hanya Allah yang mengetahuinya.

Gaya Puasa Para Koruptor

Idul fitri berarti 'kembali menjadi suci'. Benarkah semudah ini? Bukannya hendak menentang janji Tuhan, pernahkah Anda berpikir, "Enak sekali para tukang korupsi! Setelah selama sebelas bulan  mengisap uang rakyat, terhapus sudah 'hanya' karena ritual menahan lapar selama sehari." 

Bahkan, kadang gaya puasa para koruptor ini lebih saleh daripada orang kebanyakan. Mereka mengundang para yatim piatu dan dhuafa untuk berbuka puasa di istana merdeka, mempertontonkan kemewahan yang ada, berpeci haji, bergantung sorban hingga ke dada. 

Panggil Pak Ustadz untuk ceramah agama, tidak lupa parcel dan uang beramplop menyertai kepulangan mereka. Semua senang, semua suka. Tidak peduli asal uang dari mana.

Oleh sebab itu, puasa yang benar adalah puasa yang dilakukan dengan niat dan kesadaran tinggi bahwa ibadah yang dilakukan akan membawa dampak yang baik bagi perubahan diri seseorang. 

Berbeda dengan puasa orang yang hanya menonjolkan prestise atau gengsi semata. Apalagi jika yang melakukan tindakan tersebut adalah para publik figur yang seringkali dicontoh oleh masyarakat umum.

Tuhan Maha Tahu

Tuhan Maha Tahu, itu sudah pasti. Tuhan Maha Adil, itu pun kita paham. Namun, apakah masyarakat awam tahu dan paham? Koruptor tetaplah koruptor. Walau berapa kali pun mereka bersedekah dan puasa, tidak akan mampu menghapus dosa dan nista. Kecuali, bila mereka taubat nasuha.

Dalam terminologi Islam, taubat nasuha dapat diartikan sebagai taubat yang sungguh-sungguh yang tidak akan diulangi kembali. Namun, yang terjadi adalah bulan Ramadhan hanya menjadi sesuatu yang trendy, seperti sebuah wisata rohani. Setelah itu, menjadi mastodon kembali.

Antara Korupsi dan Reaksi Oksidasi

Ibadah puasa yang hakiki itu ibarat mengecat besi untuk mencegah terjadinya korosi. Korosi merupakan proses elektrokimia saat logam mengalami oksidasi, sedangkan oksigen (udara) mengalami reduksi. 

Karat logam umumnya adalah berupa oksida atau karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3.nH2O, suatu zat padat yang berwarna coklat-merah. Dilihat dari rumus kimianya, dapat terlihat bahwa logam Fe (besi) telah mengikat oksigen (O2) dan air (H2O).

Besi (Fe) adalah simbol kekuatan, kepemimpinan, dan perlindungan. Pendek kata, besi merupakan simbol “orang kuat”, sedangkan oksigen dan air adalah sumber daya alami yang sangat berguna bagi kehidupan ini. 

Itulah sebabnya pagar rumah kita banyak yang terbuat dari besi. Maksudnya jelas, agar kita terlindungi dengan kekuatan yang dimiliki. Supaya kekuatan besi terus terjaga, besi harus “menutup mata”. Ia harus dilapisi oleh cat keimanan di sekujur permukaannya.

Adanya lapisan cat tersebut dapat menghalangi besi untuk melakukan reaksi oksidasi korupsi yang akan merugikannya. Namun, apabila besi tidak membentengi diri dengan cat keimanan, ia akan lebih mementingkan diri sendiri, tergoda untuk memperkaya diri dan akan menghirup oksigen dan air sebagai sumber daya alami. Besi pasti akan mengalami korosi. Lalu, bagaimana bila besi ini sudah keropos hebat karena karat?

Meskipun dicat tebal, tidak akan menolongnya karena hakikatnya ia sudah sekarat. Walau indah dipandang mata, warna-warni nan menawan, itu semua kamuflase belaka.

Seperti gaya puasa para koruptor yang gemar tebar pesona. Bagi sembako sana-sini, undang orang miskin dan dhuafa, santuni yatim piatu dan janda, kirim parcel ke semua kolega. Padahal, itu semua tidak akan menolong mereka, kecuali hanya menunda kekalahan yang memalukan saja.

Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa antara puasa dan korupsi memang tidak ada kaitan secara langsung yang dapat dilihat dengan mata jernih. Akan tetapi, kedua hal tersebut dapat sangat berhubungan apabila kita melihat puasa dari makna dan hakikatnya. 

Oleh sebab itu, ketika kita melakukan ibadah puasa, sebaiknya kita juga memahami dan mendalami dengan saksama hakikat puasa yang sebenarnya. Jangan sampai kita sia-sia menahan lapar dan haus selama sebulan penuh, namun tetap menumpukkan dosa sebagai koruptor.

Posting Komentar untuk " Antara Puasa dan Korupsi: Reaksi Oksidasi Korupsi"