Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hadits tentang Ilmu dan Akhlak

 

Hadits tentang Ilmu
credit:instagram@khairunnisa6990

Hadits Tentang Ilmu dan Kewajiban Seorang Muslim

Islam sangat serius menganjurkan penganutnya menuntut ilmu dan menjauhi kebodohan. Bahkan, lewat sebuah haditsnya, Muhammad selaku nabi menegaskan bahwa mencari ilmu status hukumnya adalah wajib yang harus dilaksanakan bagi pria dan wanita dari mulai lahir hingga mati. 

Ini pun diperkuat dengan sebuah metafora bahwa ilmu harus dikejar sesemangat mungkin dan sejauh apapun, meski itu berada di negeri Cina.

Tujuan menuntut Ilmu

Jika dianalisis lebih lanjut, sebenarnya ada banyak alasan manusia dianjurkan menuntut ilmu. Dalam hal ini adalah ilmu agama dan ilmu yang bermanfaat bagi umat manusia. 

Di antaranya, memang sebuah kewajiban; menghilangkan kebodohan; ungkapan syukur dianugerahi akal sehat; memperkuat keimanan.

Hadits Tentang Ilmu

Oleh karena sifat urgen dalam mencari ilmu, banyak sekali dijumpai hadist yang menerangkan akan penting dan manfaatnya mencari ilmu. 

Berikut hadit-hadits tersebut:

"Carilah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu merupakan pendekatan diri kepada Allah Azza wa jalla, mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah amal sedekah. Sesungguhnya, ilmu pengetahuan menempatkan orangnya dalam kedudukan terhormat dan mulia. Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat.” (H.R. Ar-Rabii’)

"Wahai Aba Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari Kitabullah telah baik bagimu daripada shalat sunnah 100 rakaat, dan pergi mengajarkan satu bab ilmu pengetahuan baik dilaksanakan atau tidak, lebih baik dari shalat 1000 rakaat." (H.R. Ibnu Majah) 

"Janganlah kalian menuntut ilmu untuk membanggakannya terhadap para ulama dan untuk diperdebatkan di kalangan orang-orang bodoh dan buruk perangainya. Jangan pula menuntut ilmu untuk penampilan dalam majelis (pertemuan atau rapat) dan untuk menarik perhatian orang-orang kepadamu. Barangsiapa seperti itu maka baginya neraka…neraka." (HR. Al-Tirmidzi dan Ibnu Majah)

"Kelebihan seorang alim (ilmuwan) terhadap seorang 'abid (ahli ibadah) ibarat bulan purnama terhadap seluruh bintang." (HR. Abu Daud) 

"Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu." (HR. Thabrani)

"Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga." (HR. Muslim)

"Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka.” (HR. Abu Daud)

"Sedikit ilmu itu lebih baik dari banyak ibadah, cukup bagi seorang pengetahuan fikihnya jika dia mampu beribadah kepada Allah dengan baik dan cukup bodoh bila seorang merasa bangga dengan pendapatnya sendiri.” (HR. Thabrani)

Hadits Tentang Akhlak 

Hadits tentang Akhlak

“Apakah kalian ingin mendapatkan kepuasan batin serta terpenuhinya kebutuhan hidup?” tanya Nabi Muhammad SAW kepada para sahabat. “Tentu saja ya Rasulullah,” jawab mereka antusias. 

“Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, dan berikanlah makanan yang sama dengan makanan yang engkau makan. Niscaya engkau akan meraih kepuasan batin dan terpenuhinya kebutuhan hidup.”

"Bersedekah, memberi dan berbagi kepada sesama memiliki tempat tersendiri dalam hati insan mulia ini. Beliau pernah menegaskan bahwa kunci kesuksesan seorang Muslim adalah kegemarannya dalam memberi dan kemampuannya dalam berempati terutama kepada mereka yang kekurangan." (HR Thabrani)

Tinta sejarah telah menuliskan betapa Nabi Muhammad SAW merupakan seorang pendakwah yang pandai mengajak orang pada kebaikan. Pada saat bersamaan, beliau pun merupakan seorang praktisi sejati. 

Artinya, apa yang beliau perintahkan untuk dilakukan umatnya, niscaya akan beliau amalkan terlebih dahulu sebelum orang lain mengamalkannya, termasuk dalam hal kedermawanan.

Ketika wafat, Nabi Muhammad SAW tidak meninggalkan warisan apa-apa untuk keluarganya, selain beberapa potong pakaian usang dan sebuah baju besi yang dijaminkan kepada seorang Yahudi. 

Pada masa hidupnya beliau seringkali kelaparan. Andai pun makan, apa yang dimakannya itu hanya sedikit karena sebagiannya lagi beliau sedekahkan.

Aisyah pernah berucap, “Rasulullah tidak pernah kenyang sepanjang tiga hari berturut-turut. Kalau seandainya kami mau pasti kami kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain daripada dirinya (sendiri).” (HR Baihaqi).

Nabi Muhammad SAW tidak berpakaian mewah, kecuali pakaian dari bahan kasar. Nabi Muhammad SAW pun tidak tidur, kecuali dialasi pelepah daun kurma yang telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menjadi kasur. 

Itulah mengapa, kasarnya permukaan, “kasur” tersebut selalu meninggalkan bekas di pipi Nabi ketika beliau bangun dari tidur.

Beliau sangat takut jika di rumahnya tersisa sedikit saja harta yang belum dibagikan. Tentang hal ini, Abu Dzar bertutur. “Suatu hari aku berjalan bersama Rasulullah SAW di sebuah tanah lapang di Madinah, hingga di hadapan kami terlihat Jabal Uhud.

Nabi menyapaku dan berkata, ‘Tidak akan pernah membuat senang memiliki emas seperti Jabal Uhud ini, jika sampai melewati tiga hari dan aku masih memiliki satu dinar, kecuali yang aku gunakan untuk melunasi hutang. Jika aku memilikinya, pasti akan aku bagi-bagikan semuanya tanpa sisa dan aku katakan kepada hamba-hamba Allah begini, begini, begini (beliau mengisyaratkan arah kanan, kiri dan belakangnya)’.” (HR Bukhari Muslim).

Dari rangkaian kisah ini, kita mungkin bertanya-tanya: Kedermawanan macam apakah ini? Sebersih apakah hati orang yang mau menjalaninya? Siapa pula pemimpin yang mau hidup bersahaja sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW?

Maka, tidak berlebihan jika Abdullah bin Abbas menyebut Rasulullah SAW sebagai manusia paling dermawan di antara manusia yang paling dermawan. 

Kedermawanan beliau mencapai puncaknya pada bulan Ramadhan. Bagaikan angin berhembus; saking mudahnya. (HR Bukhari)

Bagaimana mudahnya Rasulullah SAW dalam memberi dapat kita simak dari penuturan seorang sahabat bernama Rabi’ binti Ma’udz bin Urfa. 

Ia bercerita bahwa ayahnya pernah menyuruh dia untuk membawakan satu sha’ kurma basah dan mentimun halus kepada Nabi Muhammad SAW. 

Pada saat yang bersamaan, Nabi Muhammad SAW tengah menerima utusan dari Bahrain yang membawa hadiah berupa aneka perhiasan emas yang mahal harganya.

Ketika melihat Rabi’, Nabi Muhammad SAW segera mengambil emas-emas itu sampai telapak tangan beliau dipenuhi emas. 

Apa yang terjadi? Di luar dugaan Rabi’ binti Ma’udz, beliau memberikan emas-emas ini kepadanya. “Maka, beliau memberikan perhiasan atau emas sepenuh telapak tanganku, lalu bersabda, ‘Berhiaslah engkau dengan ini…!” (HR. Thabrani dan Ahmad).

Mengapa Rasulullah SAW demikian mudah dalam memberi? Satu dari sekian banyak jawaban adalah karena besarnya kecintaan beliau kepada Allah dan kepada umatnya. 

Nah, kedermawanan adalah sarana yang paling pas untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan kepada semua hamba-Nya.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Kemurahan dan kedermawanan akan mendekatkan diri kepada Allah Swt, kepada sesama manusia, dan kepada surga−Nya, serta akan menjauhkan dari siksa neraka.” (HR Tirmidzi). Sebaliknya, beliau pun sangat membenci sifat kikir.

"Hati-hatilah (hindarkanlah dirimu) dari sikap kikir, sesungguhnya umat sebelum kamu itu rusak disebabkan sikap kikir. Sungguh kikir itu telah menyuruh mereka memutuskan hubungan maka mereka memutuskan, memerintahkan mereka untuk serakah, maka mereka serakah, dan menyuruh mereka untuk berbuat fujur (penyelewengan), maka mereka pun menyeleweng.” (HR Abu Dawud, dan Hakim)

Para pembaca yang budiman, kedermawanan hanyalah satu dari sekian banyak akhlak mulia yang dimiliki Rasulullah SAW. Andai kita mau meneliti ayat Al-Quran atau hadits-hadits tentang akhlak, kita akan mendapat gambaran yang lebih paripurna tentang kemuliaan akhlak beliau.

Kita pun akan terkagum-kagum dibuatnya dan semakin memahami kebenaran firman Allah SWT. berikut, “Sesungguhnya, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin.” (QS At-Taubah, 9:128).

Demikianlah kumpulan Hadits tentang Ilmu dan Akhlak. Semoga informasi ini berguna dan bermanfaat untuk Anda.

Posting Komentar untuk "Hadits tentang Ilmu dan Akhlak"