Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pondok Pesantren Darullughah wad Da'wah DALWA - Bangil


Pondok Pesantren Darullughah wad Da'wah DALWA - Bangil
image : situspolling.com

Pondok Pesantren  Darullughah wad Da'wah DALWA - Bangil adalah salah satu pondok pesantren yang mejadi tujuan para santri untuk menuntut ilmu dan mempelajari Agama Islam. Pondok Pesantren ini didirikan oleh Abuya Habib Hasan Baharun pada tahun 1981 yang lalu. Pondok Pesantren ini hadir sebagai jawaban atas kebutuhan masyarakat akan hadirnya sebuah pondok pesantren yang menerapkan pola pendidikan dan kurikulum yang ideal.

Jumlah santri yang belajar di pondok pesantren ini telah mencapai 4.000 orang yang berasal dari seluruh penjuru tanah air.

Pondok Pesantren Darullughah wad Da'wah DALWA kini diasuh oleh  Habib Zain Hasan sebagai mudirul ma'had dibantu sang adik Habib Segaf Baharun yang mengasuh pesantren purtri dan Habib Ali Hasan Baharun bertanggung jawab pada pesantren Darullughah wad Da'wah II sebagai wadah bagi santri usia remaja.

SEJARAH SINGKAT PONDOK PESANTREN

Lahirnya pondok pesantren ini adalah berdasarkan pada pengalaman dan kualitas pribadi pendirinya yang matang serta kepercayaan masyarakat setempat, Habib Hasan memutuskan untuk membuka pesantren pada tahun 1981. Pada awal pembukaan pondok pesantren tersebut beliau menerima 6 orang santri. Saat itu para santri tersebut tinggal bersama beliau di Kota Bangil, Kabupaten Pasuruan. 

Pada awal berdirinya, pesantren ini masih menggunakan fasilitas rumah kontrakan sebagai tempat pembinaan santri. Keadaan ini mengakibatkan lokasi pesantren berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dari awal berdirinya pada tahun 1981 hingga  tahun 1984, pondok pesantren tersebut tercatat telah berpindah lokasi sebanyak 13 kali. Hingga kemudian pada tahun 1985, pengasuh atas petunjuk dari Sayyid Muhammad Al-Maliki Makkah mendirikan sebuah bangunan permanen sebagai pusat pesantren yang terletak di Desa Raci, Bangil. Raci merupakan desa terpencil yang sama sekali tersentuh oleh penerangan listrik kala itu.

Jumlah santri yang belajar di pondok pesantren tersebut pada waktu itu tercatat sebanyak 186 orang., yang terdiri dari 142 orang santri putra dan 44 orang santri putri. Sayyid Muhammad bin Alawi Al Maliki Al Hasani selaku musyrif dari pondok pesantren ini, selalu memberikan dukungan dan bantuan demi kelangsungan dan kemajuan pondok pesantren tersebut.

Jika kita berbicara tentang Pondok Pesantren Darullugah yang terus tumbuh dan berkembang pesat ini, tentu saja tidak lepas dari peran besar dari pendirinya dalam membangun pondasi dasar yang kokoh sebagai sebuah pondok  pesantren modern yang sangat lekat dengan manhaj salafnya. 

Beliau tidak lain adalah Habib Hasan bin Ahmad Baharun, yakni  ayahanda dari mudirul mahad Darulugah saat ini, Habib Zain bin Hasan Baharun. Habib Hasan sendiri dilahirkan di Sumenep pada tanggal 11 Juni 1934 sebagai anak sulung dari 4 orang bersaudara. Orang tuanya adalah seorang tentara Angkatan laut (AL) yakni Habib Ahmad bin Husein serta Ibunda Fatmah binti Ahmad Bachabazy, dimana keduanya adalah orang yang berjasa besar dalam membentuk kepribadian serta karakter luhur sehingga Beliau berkembang sebagai figur yang berakhlak mulia serta memuliki watak  dan kepribadian yang terpuji. 

Pembelajaran tentang  agama Islam tidak hanya diperoleh dari pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya saja, akan tetapi beliau juga belajar di Madrasah Makarimul Akhlaq, Sumenep, serta dari kakek beliau dari pihak Ibundanya yang diketahui sebagai seorang ulama besar serta disegani di Kabupaten Sumenep yakni Ustadz Achmad bin Muhammad Bachabazy. Beliau seringkali diajak untuk mendampingi dalam bermacam undangan dakwah. Sepeninggal kakeknya, kemudian beliau melanjutkan belajar ilmu agama dari Ustadz Usman bin Ahmad Bachabazy, yakni paman beliau. Sewaktu beliau tinggal dan menetap di Surabaya, beliau menjadi murid kesayangan seseorang ulama yang faqih (pakar fikih) yakni Habib Umar Baagil. Kepada Habib Umar Baagil inilah beliau banyak memperdalam ilmu - ilmu tentang pelajaran fikih.

Semasa muda beliau termasuk orang yang aktif  berorganisasi, baik remaja masjid maupun organisasi yang lain, seperti Persatuan Pelajar Islam( PII), dimana pada saat itu beliau sempat diutus sebagai  perwakilan pada Muktamar I PII seluruh Indonesia yang diselenggarakan di Semarang. Beliau juga sempat berprofesi sebagai pimpinan Pandu Fatah Angkatan laut (AL) Islam di Sumenep. Selain itu beliau juga aktif di partai politik yakni Partai NU (Nahdlatul Ulama) serta jadi juru kampanye yang diketahui berani serta tegas menyampaikan kebenaran. Di kota Pasuruan sendiri beliau adalah Pimpinan Majlis Ulama Indonesia (MUI) hingga akhir hayatnya.

Pada tahun 1972 Beliau mengajar di pondok pesantren Gondanglegi Malang, sebagai guru Bahasa Arab, sehingga pondok pesantren Gondanglegi saat itu menjadi populer dan maju dalam bidang Bahasa Arab. Setelah itu beliau melanjutkan mengajar serta mengabdikan diri di poondok pesantren Al- Khairiyah Bondowoso, bersama dengan Ustadz Abdullah Abdun serta Habib Husein Al- Habsy. 

Pada masa itu beliau diminta oleh Habib Husein Al- Habsy untuk mengajar di pondok pesantren Yayasan Pembelajaran Islam (YAPI) yang baru dirintis oleh Habib Husein. Tidak hanya itu saja, beliau juga sempat mengajar di pondok pesantren Sigogiri di Pasuruan, Pondok pesantren Salafiyah Syafiiyah Asembagus di Situbondo dan pondok pesantren Langitan di Tuban. Pada tahun 1975 hingga tahun 1980 an beliau mulai menulis bukuk tentang pengembangan bahasa arab, diantanya Kitab Muhawaroh jilid satu serta 2, dan kamus modern Ashriyah.

SISTEM DAN KURIKULUM PEMBELAJARAN

Pondok Pesantren Darullugah Wad da'wah diakui oleh banyak pihak sebagai contoh sempurna dari  konsep sebuah pondok pesantren. Sistem pembelajaran dan kurikulum yang diterapkan membolehkan pesantren fokus pada pemantapan pembelajaran diniyah berbasis salaf. Tidak hanya itu, pondok pesantren juga menyediakan pembelajaran resmi untuk mendukung dakwah santri kala terjun di masyarakat.

Keputusan untuk membuka pembelajaran resmi terbukti jadi salah satu pertimbangan utama keyakinan warga sebab pondok pesantren Darullugah tidak mengganti orientasi utama kepada nilai utama ajaran salaf dan mengakomodasi kebutuhan warga akan kebutuhan institusi pembelajaran resmi. Dari sistem pembelajaran inilah kemudian  lahir banyak sekali kader dakwah Islam seperti Habib Zain, Habib Segaf, Habib Ali dan para alumni yang tersebar di penjuru Indonesia.

Metode pengajaran yang diberikan kepada para santri ialah modul yang ada dalam kitab kuning salaf yang diakui memiliki bobot serta sanadnya oleh pondok- pondok salaf di Indonesia. Alokasi waktu yang diberikan untuk modul diniyah mulai dari jam 07. 30 sampai jam 12. 00 Wib yang dibagi dalam 4 jam pelajaran.

Tidak hanya fokus pada pengajaran diniyah saja,  pondok pesantren juga megadakan aktivitas olah raga serta senam pagi dari jam 06. 00 sampai 06. 30, aktivitas belajar tambahan (Halaqah Hadramiyyah) ba'da shalat subuh jam 05. 00 sampai 06. 00 pagi serta ba'da shalat Maghrib jam 18. 30 sampai jam 19. 30. Selain itu ada pula latihan pidato Bahasa Arab serta Bahasa Inggris  setiap malam Senin ba'da shalat Isya (wajib diikuti oleh setiap santri, mulai dari kelas IV Ibtidaiyah ke atas). Ditambah lagi dengan program tahfidz quran, tahfidz mutun, bahtsul masail fiqhiyyah, munaqosyah nahwiyyah, serta banyak program pengembangan lain dengan orientasi kenaikan mutu belajar santri.

Jenjang pembelajaran di pondok pesantren Darulugoh Waddawah ini mulai dari tingkatan madrasah Ibtidaiah hingga madrasah Aliyah. Setelah menamatkan jenjang pendidikan madrasah Aliyah, santri diharuskan untuk mengabdi ataupun mengajar di Pondok Pesantren Darullughah Waddawah Bangil Pasuruan selama 2 tahun atau meneruskan pendidikan keluar negri seperti ke Makkah Almukarromah, Madinah ataupun Hadramaut (Yaman)

Pada tahun 1995, Abuya mendirikan suatu akademi besar swasta dengan nama STAI Darullughah Waddawah. Saat ini, STAI Darullughah Waddawah sudah memiliki program pembelajaran Pasca Sarjana (S2) serta sedang berupaya untuk meningkatkan statusnya menjadi Institut Agama Islam.

Pondok Pesantren Darullughah wad Da'wah DALWA - Bangil
image via instagram@pascadalwa

Secara umum, terdapat 3 keunggulan utama yang dimiliki oleh sistem pembelajaran di pondok pesantren Pondok Pesantren Darullughah wad Da'wah DALWA - Bangil, antara lain:
  • Kemampuan serta pengajaran Bahasa Arab secara intensif, Darullugoh Waddawah diakui sebagai cikal bakal pesantren yang menghidupkan bahasa arab di Indonesia.
  • Memiliki jaringan luas dengan lembaga- lembaga pembelajaran Islam serta akademi besar luar negri khusunya dari Timur Tengah.
  • Melakukan program terpadu antara kurikulum pondok pesantren serta kurikulum pembelajaran nasional.

Demikianlah ulasan tentang Pondok Pesantren Darullughah wad Da'wah DALWA - Bangil. Semoga bisa menjadi referensi untuk para Santri di Indonesia.

Alamat lengkap Pesantren : Jl. Raya Raci, Raci Bangil, Raci, Pasuruan, Panumbuan, Raci, Kec. Bangil, Pasuruan, Jawa Timur 67153
Temukan di Google Map


referensi : blogkaruhun.blogspot.com
credit : Majalah New Mafahim - Hai'ah Ash-Shofwah Al-Malikiyyah - Amiruddin Fahmi

Posting Komentar untuk "Pondok Pesantren Darullughah wad Da'wah DALWA - Bangil"