Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nabi Syits: Inilah Anak Kesayangan Nabi Adam As

Nabi Syits: Inilah Anak Kesayangan Nabi Adam As

Hai sobat santri kampung, apa kabar kalian? Semoga selalu dalam keadaan sehat walafiat. Seperti yang sudah kita ketahui bersama bahwa diantara Nabi dan Rasul yang wajib kita ketahui dan kita imani jumlahnya ada 25. Dan sesuai dengan urutannya, maka nama Nabi yang kedua adalah Nabi Idris As. 

Namun pada artikel kali ini, saya tidak akan menceritakan tentang Nabi Idris tetapi menceritakan kisah seorang nabi yang diutus oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala di antara masa Nabi Adam dan Nabi Idris. Nabi ini adalah anak kesayangan Nabi Adam alaihissalam dan juga merupakan guru dari Nabi Idris Alaihissalam. Nama Nabi tersebut adalah Nabi Syits. Mari kita bahas kisah Nabi Syits secara lebih mendalam.

Nabi Syits, Anak Kesayangan Nabi Adam dan Guru Nabi Idris

Setelah Nabi Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, Allah Subhanahu Wa Ta'ala memerintahkan mereka untuk memperbanyak keturunannya dengan cara menikahkan anak kembar yang satu dengan anak kembar yang lain. Nabi Adam dan Hawa dikaruniai 40 anak kembar, laki-laki dan perempuan. Ada perbedaan pendapat mengenai anak pertama mereka, ada yang menyebutnya Qabil dan ada pula yang beranggapan anak pertama adalah Habil.

Namun, di antara anak-anak Nabi Adam, terdapat seorang nabi yang diutus oleh Allah, yaitu Nabi Syits. Beliau adalah anak kesayangan dari Nabi Adam dan menjadi guru bagi Nabi Idris. Meskipun kisahnya jarang terdengar, tapi mari kita simak lebih lanjut.

Kisah Unik di Balik Pernikahan Kembar

Saat Nabi Adam hanya memiliki empat anak kembar, yaitu Qabil, Habil, dan dua kembaran perempuan, Allah memerintahkan Adam untuk menikahkan silang di antara keempat anaknya. Qabil seharusnya dinikahkan dengan kembarannya, Habil, dan begitu juga sebaliknya.

Namun, masalah muncul ketika Qabil menolak menikahi kembarannya. Ia lebih memilih untuk dinikahkan dengan adik kembarnya yang menurutnya lebih cantik. Hasutan dari syaitan membuat Qabil menolak perintah Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Peristiwa ini menjadi peluang bagi syaitan untuk menggoda dan menyesatkan Qabil. Nabi Adam memberikan syarat bagi Qabil dan Habil untuk berkurban, dan barangsiapa kurbannya diterima oleh Allah, berhak menikahi kembarannya.

Kurban yang Diterima dan Ditolak

Ketika tiba waktu berkurban, Qabil memilih untuk berkurban dengan buah-buahan, sementara Habil membawa kambing yang sehat dan besar. Allah menerima kurban dari Habil karena dilakukan dengan hati yang ikhlas, sementara kurban dari Qabil ditolak karena didasari oleh rasa iri hati terhadap kembarannya.

Hal ini menyebabkan Qabil semakin tergoda oleh syaitan. Ia membunuh Habil dengan penuh kecemburuan, dan itulah pembunuhan pertama dalam sejarah umat manusia. Setelah itu, Qabil meninggalkan tempat tinggalnya dan pergi bersama kembarannya untuk mencari tempat yang baru.

Nabi Syits, Pengganti yang Terpercaya

Setelah kematian Habil, Nabi Adam sangat sedih dan menyesal karena Habil adalah anaknya yang paling soleh dan mewarisi akhlaknya. Selama setahun pasca kematian Habil, Nabi Adam tidak pernah tertawa dan bahkan menjauh dari istri Hawanya.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman kepada Adam untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Dia akan memberikan pengganti untuk Habil, seorang anak yang terpercaya dan akan menjadi nabi, dan dari keturunannya, Allah akan menjadikan para nabi hingga hari kiamat.

Allah juga memberikan tanda-tanda mengenai kelahiran anak pengganti Habil. Anak itu akan lahir sendirian, tidak kembar seperti biasanya. Ketika Hawa melahirkan seorang anak laki-laki yang tidak memiliki kembaran, Adam memberi nama anak itu "Sheet," yang memiliki arti anugerah dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Menurut buku berjudul "Akhlak Para Nabi," Nabi Syits lahir sekitar 235 tahun setelah Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, ketika Nabi Adam berusia 930 tahun. Nabi Syits memiliki kelebihan dalam keilmuan, kecerdasan, ketakwaan, dan kepatuhan dibandingkan dengan anak-anak Nabi Adam yang lain. Sejak kecil, Nabi Syits dididik dengan penuh perhatian oleh Nabi Adam, karena Adam menyadari bahwa Syits akan menjadi seorang nabi. Adam sangat menyayangi Syits lebih dari anak-anak lainnya.

Benarlah apa yang Allah Subhanahu Wa Ta'ala firmankan, bahwa semenjak Nabi Syits lahir, kesedihan Nabi Adam karena kematian Qabil pun perlahan-lahan hilang.

Setelah Nabi Adam alaihissalam meninggal dunia, posisinya digantikan oleh Nabi Syits. Pada saat itu, beliau diwasiatkan untuk memimpin kaumnya dan membimbing umat ini ke jalan yang benar. Selama dipimpin oleh Nabi Syits, kota ini menjadi tenang dan tentram; tak ada tindak kejahatan yang terjadi di sana. 

Namun, hal ini berbeda bagi kabilah Qabil yang tinggal di lembah. Di sana, terjadi kerusakan moral yang luar biasa. Tindakan kejahatan merajalela, dan bahkan pelacuran dan seks bebas menjadi hal yang lazim di kalangan mereka.

Kekacauan tersebut terjadi karena tidak ada nabi yang diutus di kabilah Qabil, sehingga tidak ada yang memberi mereka nasihat. Qabil sendiri memiliki akhlak yang buruk, dan karena itu keturunannya menjadi rusak hingga kota itu menjadi tidak nyaman untuk ditinggali.

Suatu hari, iblis melihat peluang untuk menyesatkan anak cucu Adam ini. Iblis menyamar sebagai manusia dan datang ke kota Qabil, menyamar sebagai pengurus kebun milik salah seorang anak keturunan Qabil. 

Dari situlah iblis mulai mengajarkan orang-orang tentang musik dan nyanyian-nyanyian yang tidak bermanfaat dan membuat mereka semakin lalai dan jauh dari mengingat Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Iblis bahkan menciptakan alat musik semacam suling untuk semakin memalingkan mereka dari jalan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Inilah mengapa ada hadis Nabi Shallallahu alaihi wasallam yang menyatakan bahwa seruling adalah suara syaitan.

Ketika banyak orang di kota Qabil mengenal musik, mereka mulai mengadakan perayaan yang dihiasi dengan nyanyian dan suara seruling sepanjang hari. Suara musik dan nyanyian tersebut bahkan terdengar hingga ke pegunungan tempat tinggal kaum Syit. Mereka mendengarnya dan merasa bising, penasaran dengan suara-suara itu yang sebelumnya tidak pernah mereka dengar.

Beberapa pemuda dari kaum Syit turun dari pegunungan untuk mengecek apa yang sebenarnya terjadi di lembah. Saat mereka melihat wanita-wanita dari kabilah Qabil yang cantik-cantik dan berdandan berlebihan, mereka pun terpesona. Begitu juga dengan para pemuda dari kabilah Qabil yang terpesona melihat ketampanan pemuda-pemuda Syit yang tak pernah mereka lihat sebelumnya. Akhirnya, terjalinlah hubungan antara mereka yang berujung pada perzinahan. Inilah perzinahan pertama yang terjadi di alam semesta.

Kisah Perang Kabilah

Setelah insiden ini, Nabi Syits mengumpulkan orang-orang dari kaumnya untuk menghadapi kaum Qabil yang melakukan tindakan kejahatan. Terjadilah peperangan pertama dalam sejarah umat manusia antara kabilah Syit dan kabilah Qabil. Perang tersebut dimenangkan oleh kabilah Syit karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah memberikan jaminan kepada mereka.

Setelah perang usai, Qabil menjadi tawanan kabilah Syit dan akhirnya meninggal dunia. Dakwah dari Nabi Syits kemudian diteruskan oleh putranya, yaitu Anusyah bin Syech. Kemudian, estafet dakwah dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Mahlail. 

Mahlail adalah raja yang menguasai tujuh iklim dan dia adalah orang yang pertama kali menebang pohon serta membangun sebuah negeri yang disebut Negeri Babil atau Babilonia. Setelah Mahlail meninggal dunia, dakwah diteruskan oleh anaknya, Yaris bin Mahlail, yang kemudian disusul oleh anaknya, Akhnukh.

Akhnukh adalah Nabi Allah Idris alaihissalam. Allah Subhanahu Wa Ta'ala menurunkan 104 suhuf, dan 50 suhuf diantaranya diturunkan kepada Nabi Syits. Semoga kisah Nabi Syith ini bermanfaat bagi kita semua. Sampai jumpa di kisah-kisah menarik lainnya. 

Posting Komentar untuk " Nabi Syits: Inilah Anak Kesayangan Nabi Adam As"