Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tips Mengatasi Marah Menurut Ajaran Islam

tips-mengatasi-marah

Marah adalah salah satu emosi yang universal dan ada pada setiap manusia. Saat kita merasa marah, penting bagi kita untuk mengenali penyebab dari kemarahan yang kita alami. Penyebab marah seringkali muncul karena adanya persepsi negatif terhadap suatu situasi atau peristiwa.

Sebagai contoh, ketika seseorang menginjak kita, reaksi marah kita dapat dikendalikan dengan baik jika kita berpikir bahwa tindakan tersebut tidak disengaja. Namun, jika kita mempersepsikan bahwa orang yang menginjak kita melakukannya dengan sengaja, maka amarah kita bisa keluar dengan tidak terkendali. Selain itu, marah juga dapat disebabkan oleh perasaan ketidakadilan.

Misalnya, dalam hal pembagian honor karyawan, jika terdapat perbedaan yang tidak adil antara karyawan yang memiliki bobot kerja yang sama, rasa iri sosial mungkin timbul dan akhirnya menghasilkan kemarahan pada karyawan yang merasa tidak diperlakukan secara adil.

Jika kita tidak dapat mengendalikan rasa marah dengan baik, maka dibawah ini ada beberapa langkah efektif untuk mengatasi kemarahan:

Membaca Ta’awudz

Membaca ta'awudz adalah tindakan berlindung kepada Allah SWT dari godaan syaitan yang terkutuk. Dalam agama Islam, ta'awudz adalah bagian dari dzikir dan ibadah yang dianjurkan. Ketika kita membaca ta'awudz, kita meminta perlindungan Allah SWT dari pengaruh negatif dan godaan syaitan yang senantiasa berusaha menggoda dan menghalangi kita dalam menjalankan kebaikan.

Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada umatnya untuk menjaga diri dari amarah yang berlebihan. Beliau bersabda, "Apabila di antara kalian merasa marah, maka hendaklah ia diam." Sabda ini mengajarkan kita untuk berdiam diri sejenak ketika marah, sebagai bentuk pengendalian diri dan penenangan pikiran.

Berbicara tentang kebaikan berdiam diri saat marah, hal ini memiliki manfaat yang sangat berarti. Dengan berdiam diri, kita memberikan waktu bagi diri sendiri untuk meredakan emosi dan mencegah amarah agar tidak meluap dengan tidak terkendali. Dalam keadaan yang tenang, kita dapat mempertimbangkan secara lebih rasional dan bijak menghadapi situasi yang memicu kemarahan.

Mengendalikan amarah merupakan sikap yang terpuji dalam Islam. Dengan berdiam diri saat marah, kita juga dapat menghindari tindakan dan ucapan yang mungkin dilakukan secara impulsif dan berpotensi merugikan diri sendiri maupun orang lain. Marah yang tidak terkendali sering kali berakibat buruk, seperti memperburuk hubungan sosial, menyakiti perasaan orang lain, atau melakukan tindakan yang dapat merugikan diri sendiri.

Dalam konteks membaca ta'awudz, selain berdiam diri saat marah, kita juga dapat memanfaatkan waktu tersebut untuk membaca ta'awudz sebagai bentuk perlindungan diri dari pengaruh syaitan. Dengan mengucapkan ta'awudz, kita berharap agar Allah SWT menjaga dan melindungi kita dari segala godaan syaitan yang dapat merusak keimanan dan ketaqwaan kita.

Jadi, membaca ta'awudz dan berdiam diri saat marah adalah tindakan yang saling melengkapi dalam menjaga diri dari pengaruh negatif dan mengendalikan emosi. Dengan mengamalkan dua hal tersebut, kita dapat meningkatkan kualitas diri, menjaga hubungan baik dengan orang lain, serta mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam menjalankan ibadah sehari-hari.

Usahakan Duduk

Dalam agama Islam, terdapat anjuran untuk usahakan duduk ketika kita merasa marah. Jika kita sedang berdiri dan merasakan amarah, disarankan untuk duduk sebagai langkah pertama dalam mengendalikan emosi tersebut. Rasulullah SAW telah memberikan petunjuk yang berharga mengenai cara mengatasi amarah.

Rasulullah SAW bersabda, "Jika salah seorang di antara kalian marah dalam keadaan berdiri, hendaklah dia duduk. Jika amarahnya belum mereda, maka hendaklah dia berbaring." Sabda ini mengajarkan kita untuk mengubah posisi tubuh agar dapat menenangkan diri saat marah. Dengan duduk, kita memberikan kesempatan kepada diri sendiri untuk meredakan emosi dan mengambil jeda sejenak sebelum melanjutkan interaksi atau mengambil tindakan.

Apabila amarah kita belum juga mereda setelah duduk, Rasulullah SAW juga menyarankan agar kita berbaring. Dalam keadaan berbaring, kita memberikan ruang lebih luas bagi diri sendiri untuk meredam emosi dengan lebih efektif. Posisi tubuh yang rileks saat berbaring dapat membantu menenangkan pikiran dan menjaga stabilitas emosi.

Jika amarah masih belum reda setelah berbaring, Rasulullah SAW menunjukkan pentingnya berwudhu. Wudhu adalah salah satu ibadah yang memiliki banyak manfaat, di antaranya adalah membantu menenangkan diri dan membersihkan jiwa. Dengan berwudhu, kita melakukan tindakan yang sakral dan melibatkan gerakan fisik yang dapat membantu meredakan amarah yang masih bersemayam dalam diri.

Mengikuti anjuran Rasulullah SAW untuk usahakan duduk, berbaring, dan berwudhu saat marah adalah langkah-langkah yang bijak dan bermanfaat dalam mengendalikan emosi. Dalam konteks ini, anjuran tersebut mengajarkan kita untuk memperlakukan amarah dengan cara yang baik dan tidak meluapkan emosi secara negatif. Dengan mengamalkan anjuran tersebut, kita dapat menghindari konflik yang tidak perlu, menjaga hubungan baik dengan orang lain, serta menjaga keseimbangan emosi dan spiritualitas kita.

Selalu Ingat Janji Allah SWT

Dalam agama Islam, kita diajarkan untuk selalu ingat akan janji Allah SWT dalam mengendalikan kemarahan. Rasulullah SAW memberikan nasihat berharga mengenai pentingnya menahan amarah dan menjaga kontrol diri dalam situasi yang memicu emosi negatif.

Rasulullah SAW bersabda, "Barang siapa yang menahan kemarahannya sedangkan ia mampu untuk melakukannya, maka Allah akan menyeru dia di hadapan seluruh manusia pada hari kiamat untuk memilih bidadari yang dikehendakinya." 

Sabda ini menekankan pentingnya menguasai diri dan menahan kemarahan. Rasulullah memberikan motivasi yang besar kepada umatnya dengan memberitahukan bahwa Allah SWT akan memberikan penghargaan yang luar biasa bagi mereka yang mampu mengendalikan amarahnya.

Dalam situasi-situasi yang menimbulkan kemarahan, mengingat janji Allah SWT dapat memberikan perspektif yang lebih luas. Kita diingatkan bahwa Allah SWT menyaksikan segala tindakan dan perbuatan kita, termasuk bagaimana kita menghadapi amarah. Menahan diri dalam kemarahan adalah bentuk penghormatan kepada Allah dan upaya untuk menghindari tindakan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

Menahan kemarahan bukanlah tugas yang mudah, namun hal tersebut menjadi ujian bagi keimanan dan ketakwaan seseorang. Dengan mengendalikan amarah, kita dapat menghindari konflik yang tidak perlu, mencegah tindakan yang dapat menyakiti orang lain, dan menjaga keharmonisan hubungan sosial. Lebih dari itu, kita juga berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT dan berharap untuk memperoleh ganjaran-Nya di dunia dan akhirat.

Penting untuk diingat bahwa janji Allah SWT adalah pasti dan kebenarannya tidak dapat diragukan. Dalam situasi marah, mengingat janji Allah SWT dapat memberikan ketenangan dan kekuatan untuk menjaga kendali diri. Dengan memfokuskan pikiran dan hati pada janji-janji Allah, kita dapat meredakan kemarahan dan mengambil tindakan yang lebih bijaksana.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, marah adalah emosi yang wajar dan dapat dirasakan oleh setiap manusia. Namun, mengendalikan kemarahan dengan mengingat janji Allah SWT adalah salah satu cara untuk mencapai kesabaran, kebijaksanaan, dan ketenangan dalam menghadapi ujian hidup. Dengan mengamalkan ajaran ini, kita dapat memperoleh keberkahan dan ganjaran Allah SWT serta menjadi pribadi yang lebih baik dalam menjalani kehidupan ini.

Perbanyak Membaca Dzikir

Membaca dzikir adalah salah satu cara yang dianjurkan dalam Islam untuk mengendalikan amarah dan meredam emosi negatif. Dzikir merupakan ibadah yang melibatkan pengucapan kalimat-kalimat tasbih, tahmid, takbir, tahlil, atau kalimat-kalimat pujian dan pengingat kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak dzikir kepada Allah, karena dengan berdzikir, hati kita menjadi tenang dan damai. Dalam Al-Qur'an Surat Ar-Ra'd ayat 28, Allah SWT berfirman, "Ketahuilah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram." Ayat ini menunjukkan pentingnya mengingat Allah dan melakukan dzikir sebagai sarana untuk mencapai ketenangan hati.

Dzikir memiliki efek yang positif dalam menenangkan diri dan mengendalikan emosi. Saat kita sibuk mengucapkan kalimat-kalimat dzikir, fokus kita berpindah dari sumber kemarahan atau emosi negatif yang sedang kita alami menuju pengingat Allah SWT. Dengan demikian, dzikir membantu mengubah fokus pikiran dan memberikan ketenangan serta kedamaian dalam hati.

Selain itu, dzikir juga membantu memperkuat ikatan spiritual kita dengan Allah SWT. Saat kita mengingat-Nya dan memuji-Nya, kita merasa dekat dengan-Nya dan merasa dijaga serta dilindungi oleh-Nya. Hal ini memberikan rasa keamanan dan kepercayaan yang dapat membantu meredam emosi negatif, termasuk kemarahan.

Membaca dzikir juga merupakan bentuk pengabdian kita kepada Allah SWT. Dengan melakukan dzikir secara rutin, kita menghormati dan mengingat-Nya dalam setiap langkah hidup kita. Dzikir menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, mencari keridhaan-Nya, serta menguatkan hubungan spiritual kita dengan-Nya.

Dalam praktik sehari-hari, kita dapat memperbanyak dzikir dalam berbagai kesempatan. Kita bisa berdzikir saat bekerja, dalam perjalanan, atau di waktu luang. Menyebut nama Allah, memuji-Nya, dan mengucapkan kalimat-kalimat dzikir lainnya dapat dilakukan dengan hati yang khusyuk dan penuh kesadaran. Dengan demikian, kita dapat merasakan manfaat yang nyata dari dzikir dalam menjaga keseimbangan emosi dan meredam kemarahan.

Memaafkan Kesalahan Orang Lain

Memaafkan adalah langkah penting setelah kita berhasil mengendalikan amarah dan emosi negatif. Rasulullah SAW telah mengajarkan kita untuk memiliki kemampuan memaafkan kesalahan orang lain. Ketika kita mampu memaafkan, hati kita akan menjadi lapang dan terbebas dari beban yang mengganggu.

Rasulullah SAW memberikan contoh teladan dalam hal memaafkan. Beliau menunjukkan sikap yang mulia dalam menghadapi perlakuan zalim dari orang lain. Rasulullah tidak hanya mengendalikan amarahnya, tetapi juga mampu mengampuni mereka yang telah mendzalimi dirinya. Beliau mengajarkan kepada umatnya tentang pentingnya memaafkan dan menghapus perasaan dendam dalam hati.

Memaafkan bukan berarti melupakan atau mengabaikan kesalahan yang telah dilakukan oleh orang lain. Namun, memaafkan berarti kita melepaskan beban emosional yang disebabkan oleh perlakuan zalim tersebut. Ketika kita memilih untuk memaafkan, hati kita menjadi lapang dan terhindar dari perasaan dendam yang dapat meracuni pikiran dan hubungan sosial kita.

Salah satu ciri seseorang yang sudah memaafkan adalah ketika tidak ada lagi perasaan dendam dalam dirinya saat bertemu dengan orang yang telah mendzalimi. Ketika kita mampu melihat orang tersebut tanpa ada sentimen negatif atau keinginan untuk membalas perlakuan mereka, itu menunjukkan bahwa kita telah mencapai tingkat keikhlasan dalam memaafkan.

Memaafkan juga berarti kita mengikuti teladan Rasulullah SAW dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan keadilan dan kasih sayang. Rasulullah menunjukkan bahwa memaafkan adalah tindakan mulia yang membantu kita memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, menjaga keharmonisan dalam masyarakat, dan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Memaafkan bukanlah tindakan yang mudah, terutama jika kita merasa telah dizalimi atau terluka oleh orang lain. Namun, sebagai umat Muslim, kita diajarkan untuk mengikuti teladan Rasulullah SAW dan menjadikan memaafkan sebagai bagian dari karakter kita. Dengan memaafkan, kita menghormati nilai-nilai agama yang mengajarkan kedermawanan, keadilan, dan kasih sayang.

Dalam proses memaafkan, kita juga perlu mengarahkan hati dan doa kepada Allah SWT. Memohon pertolongan dan rahmat-Nya agar diberikan kekuatan untuk memaafkan orang yang telah mendzalimi kita adalah tindakan yang sangat bijaksana. Dengan bantuan Allah SWT, kita dapat melepaskan perasaan negatif dan mencapai kesucian hati yang membawa kedamaian dalam diri.

Memaafkan adalah salah satu langkah penting dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan kedamaian dan kebahagiaan. Dengan memaafkan, kita tidak hanya memberikan kebaikan kepada orang lain, tetapi juga membebaskan diri kita sendiri dari beban emosi negatif. 

Dalam Islam, memaafkan adalah tindakan yang mulia dan dihargai oleh Allah SWT. Dengan kesabaran, keikhlasan, dan bantuan-Nya, kita dapat memperoleh kebahagiaan yang hakiki melalui tindakan memaafkan.

Kesimpulan

Dalam Islam, kita diajarkan untuk mengendalikan amarah, mengingat janji Allah SWT, dan memperbanyak dzikir. Selain itu, kita juga diajarkan untuk memaafkan orang yang telah mendzalimi kita. 

Dengan menguasai amarah, mengingat janji Allah SWT, berdzikir, dan memaafkan, kita dapat mencapai kedamaian dalam hati dan hubungan yang harmonis dengan sesama manusia. Memaafkan adalah tindakan mulia yang mengikuti teladan Rasulullah SAW dan membawa keberkahan serta kebahagiaan dalam kehidupan kita. 

Dengan bantuan Allah SWT, kita dapat melepaskan perasaan negatif dan mencapai kesucian hati yang membawa kedamaian. Dalam memaafkan, kita juga menghormati nilai-nilai agama yang mengajarkan kedermawanan, keadilan, dan kasih sayang. Oleh karena itu, mengendalikan amarah, mengingat janji Allah SWT, memperbanyak dzikir, dan memaafkan adalah langkah-langkah penting dalam mencapai keseimbangan emosi, kedamaian hati, dan kehidupan yang penuh berkah.

Posting Komentar untuk " Tips Mengatasi Marah Menurut Ajaran Islam"