Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Siapa Allah SWT? Mengenal Allah dan Bertaqwa Kepada Allah SWT

Siapa Allah SWT? Mengenal Allah dan Bertaqwa Kepada Allah SWT

Tidak ada cinta sepenuh hati yang layak diberikan kepada selain Allah SWT, karena Dia adalah cinta sejati kita. Cinta kepada Allah SWT adalah cinta yang tidak akan menyebabkan rasa sakit, luka, dan air mata. Sebaliknya, cinta itu membawa kebahagiaan yang hakiki.

Jika manusia melupakan Allah SWT, Dzat yang menciptakannya, maka yang terjadi adalah kekosongan jiwa. Meskipun kita mungkin merasa bahagia, namun kebahagiaan yang kita rasakan tidak akan sempurna jika kita tidak dekat dengan-Nya.

Allah SWT sebagai Tempat Muara Semua Hati

Masih ada di antara kita yang sering melupakan kebesaran Allah SWT. Seorang wanita muda merasa sangat kecewa setelah dikhianati oleh kekasih hatinya, padahal dia sudah memberikan segalanya. Ada seorang suami yang melakukan korupsi untuk memenuhi permintaan bermacam-macam dari istrinya. 

Ada pula seorang anak yang tidak segan berbuat curang demi mendapatkan nilai yang bagus. Dan ada seorang suami yang zalim kepada istrinya karena merasa telah memiliki segalanya, padahal segala-galanya adalah milik Allah SWT.

Tidak hanya itu, ada pula istri yang berselingkuh karena merasa sang suami tidak lagi memenuhi kewajibannya sebagai suami. Hal-hal semacam ini sering terjadi di sekitar kita dan dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Semua itu terjadi ketika seorang hamba melupakan Tuhannya yang sebenarnya, yaitu Allah SWT.

Dan beberapa hal yang membuat seorang hamba lupa dengan Allah SWT di antaranya adalah sebagai berikut:

Sikap Sombong, Membuat Lupa pada Allah SWT

Allah SWT sangat membenci makhluk-Nya yang sombong. Setan dan iblis terusir dari surga karena sikap sombongnya. Ketika Allah SWT memerintahkan seluruh makhluk-Nya untuk bersujud kepada Adam, semuanya taat pada perintah-Nya. Namun iblis menolak untuk patuh karena merasa lebih mulia daripada Adam, padahal iblis terbuat dari api sedangkan Adam hanya dari tanah.

Sikap sombong inilah yang membuat iblis jauh dari Allah SWT dan terusir dari surga. Jelas sekali bahwa sikap sombong hanya akan menjauhkan makhluk dari penciptanya, yaitu Allah SWT. Sebab, tidak ada apapun di dunia ini yang bisa dijadikan alasan untuk sombong karena semuanya adalah pemberian Allah dan bukan milik manusia atau makhluk apapun.

Kecantikan, kekayaan, kecerdasan, kekuasaan, dan ketampanan semuanya akan hilang. Semua itu hanyalah titipan dari Allah. Oleh karena itu, tidak pantas bagi makhluk untuk bersikap sombong dan membanggakan sesuatu yang sebenarnya bukan miliknya.

Sifat Munafik, Menjauhkan Diri dari Allah SWT

Menunjukkan sikap munafik juga dapat membuat kita menjauh dari Allah SWT. Bagaimana mungkin kita mengatakan bahwa kita menyukai seseorang, padahal hati kita sebenarnya membenci orang tersebut? Sikap munafik sebenarnya sama dengan membohongi diri sendiri. Jika sebagai manusia, kita tidak suka dibohongi, bagaimana mungkin kita boleh membohongi Sang Pencipta kita, yaitu Allah SWT?

Namun, ini bukan berarti kita bisa berbicara semaunya dengan alasan "saya bukan munafik, jadi apa yang saya katakan adalah kejujuran dari hati saya". Hanya karena kita tidak ingin disebut sebagai munafik, kita tidak boleh berbicara semaunya. Rasulullah telah memerintahkan umatnya untuk berbicara dengan kata-kata yang baik dan sopan, atau diam saja.

Bicara dengan baik dan sopan tidak selalu berarti munafik. Begitu pula sebaliknya, bicara kasar dan semaunya tidak selalu berarti tidak munafik. Kita harus selalu berbicara dengan kata-kata yang baik dan sesuai dengan hati nurani kita. Selebihnya, hanya Allah SWT yang mengetahui segala sesuatu tentang makhluk-Nya.

Sifat Riya, Menjauhkan Diri dari Allah SWT

Riya adalah membangga-banggakan kebaikan yang kita lakukan. Sikap tersebut sama saja dengan sombong. Sedangkan Allah SWT yang menciptakan dunia beserta isinya lengkap ini saja tidak berbuat riya. Nabi Muhammad sang manusia pilihan dengan segala kelebihan dan kebaikan yang dimilikinya tak pernah berbuat riya.

Lalu, siapa kita? Sikap riya hanya akan menghapuskan pahala dan amal dari kebaikan yang kita lakukan. Ibarat membangun istana pasir di pinggir pantai yang hilang dalam sekejap hanya karena terpaan ombak. Begitulah sikap riya bisa menjauhkan kita dari Allah SWT dan menghancurkan sendi-sendi keimanan kita.

Mengingat Allah SWT Setiap Saat

Rahasia terbesar agar kita terbebas dari godaan nafsu duniawi yang dapat mengaburkan penglihatan hati kita adalah dengan mencintai Allah SWT secara penuh. Kita dengan mudah menyerahkan diri kita tanpa berpikir panjang kepada orang yang kita cintai, meskipun tak dapat dipastikan bahwa orang tersebut akan selalu membuat kita bahagia. 

Namun, banyak di antara kita yang kesulitan untuk sepenuhnya menyerahkan diri kita kepada Allah SWT, meskipun kita dapat hidup seperti sekarang dan menikmati segala fasilitas gratis karena karunia Allah SWT.

Mengikuti perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, meskipun terdengar mudah, sesungguhnya sulit untuk dilaksanakan. Secara matematis, patuh kepada Allah SWT hanya melibatkan dua variabel. Namun, dalam praktiknya, kita akan menemui banyak halangan yang dapat membelokkan jalan kita menuju ridha Allah SWT.

Ketika kita mencintai seseorang, kita selalu memikirkannya. Kita akan terus mengingat orang yang kita sayangi setiap saat, bahkan ketika makan, belajar, bekerja, tidur, atau bahkan saat merasa marah.

Dengan mengingat orang yang kita cintai, perasaan kita akan semakin kuat kepadanya. Pun dengan Sang Pencipta, bila kita mengingat-Nya setiap saat, tentu perasaan kita akan semakin kuat kepada Allah SWT. Dan ketika perasaan kita begitu kuat kepada-Nya, kita tidak akan pernah takut akan apa pun selain kepada Allah SWT. 

Mengingat Allah SWT setiap saat hakikatnya akan membuat kita terhindar dari dua sikap, yaitu rendah diri dan tinggi hati. Ketika kita berhadapan dengan seseorang atau sekelompok orang yang di mata kita jauh lebih tinggi, kita tidak akan minder karena kita sangat percaya dan yakin bahwa kita dan mereka sama di mata Allah SWT.

Pun ketika kita berhadapan dengan seseorang atau sekelompok orang yang di mata kita biasa-biasa saja, kita juga tidak akan tinggi hati atau mentang-mentang, karena kita selalu yakin di atas langit masih ada langit. Sikap tersebut akan membantu kita terhindar dari pribadi yang ekstrim, terlalu optimis atau pesimis.

Mengingat Allah SWT sebagai kunci kebahagiaan dunia dan akhirat. Apa gunanya kesuksesan materi tanpa kedamaian batin? Jika materi adalah segalanya, mengapa banyak artis Korea yang mengakhiri hidupnya? Mengapa banyak pasangan suami istri yang bercerai meskipun hidup dalam kemapanan finansial? Dan mengapa banyak orang kaya yang korupsi?

Fakta tersebut membuktikan bahwa kesuksesan materi tanpa kebersihan hati tidak memiliki arti. Untuk mendapatkan kedamaian batin, kita harus sering mengingat Allah SWT. Cara ini akan membuat kita selalu menyadari bahwa Allah SWT adalah pemilik segalanya dan penentu takdir kita.

Kita bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa karena semuanya adalah karunia Allah SWT dan akan kembali kepada-Nya. Dengan mengingat Allah SWT, hati kita akan teguh menghadapi berbagai pilihan, tidak mudah terpengaruh ketika kenyataan tak sesuai harapan, tidak takut menghadapi tantangan hidup, dan tidak terlalu terbuai ketika kebahagiaan datang. Masihkah kita melupakan Allah SWT?

Posting Komentar untuk " Siapa Allah SWT? Mengenal Allah dan Bertaqwa Kepada Allah SWT"