Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Bangsa Arab Pra-Islam

Mengenal Bangsa Arab Pra-Islam

Seringkali pembahasan mengenai Arab pra-Islam diabaikan dalam pembelajaran sejarah, baik di sekolah maupun secara umum. Yang lebih sering ditekankan adalah sisi negatif dari sejarah bangsa Arab pra-Islam. Padahal, peradaban Arab pra-Islam tidak hanya terbatas pada zaman Jahiliyah saja.

Bangsa Arab merupakan salah satu kelompok etnis yang memiliki peran penting dalam peradaban dunia. Setelah Islam datang, banyak penemuan ilmu pengetahuan berasal dari budaya Arab. Namun, kita seharusnya tetap memperhatikan kondisi bangsa Arab pra-Islam. Bagaimana asal-usul mereka dan bagaimana kondisi sosial pada masa itu?

Bangsa Arab

Kelompok etnis yang mayoritas menempati jazirah Arab, Timur Tengah, dan Afrika bagian utara saat ini dikenal sebagai bangsa Arab modern. Jazirah Arab sendiri terletak di sebelah barat daya Asia dan dikelilingi oleh Laut Merah, Samudra Hindia, Laut Oman, dan Selat Persia. Wilayah ini terbagi menjadi bagian tengah dan tepi. Bagian tengah terdiri dari dua bagian, yaitu Najd di bagian atas dan Al Ahqaf di bagian bawah.

Kondisi masyarakat Arab di bagian tengah dulu cenderung menjadi kelompok nomaden karena sedikitnya curah hujan. Mereka sering bermigrasi ke daerah dengan curah hujan yang lebih tinggi. Mayoritas dari mereka berprofesi sebagai peternak. 

Sementara itu, masyarakat Arab di bagian tepi memiliki lahan pertanian yang lebih subur dan hidup menetap dengan kebudayaan yang lebih maju. Meskipun demikian, semua itu tidak dapat menjadi patokan kondisi bangsa Arab modern yang rata-rata sudah maju secara ekonomi berkat sumber daya alam seperti minyak bumi.

Saat ini, populasi etnis Arab di seluruh dunia diperkirakan sekitar 300 juta orang. Bahasa Arab digunakan sebagai bahasa komunikasi mayoritas mereka. Namun, di beberapa tempat, tidak semua orang Arab menggunakan bahasa Arab, terutama bagi mereka yang merantau jauh dari daerah asal.

Istilah "Arab" pertama kali dikenal pada abad ke-9 SM. Dari segi bahasa, kata ini dapat merujuk pada padang pasir atau tanah yang tandus dan tidak memiliki air dan tanaman. Hal ini kemungkinan menggambarkan kondisi lingkungan tempat tinggal bangsa Arab yang sebagian besar terdiri dari padang pasir.

Untuk dianggap sebagai orang Arab, seseorang harus memenuhi beberapa kriteria. Pertama, secara genetik, orang tersebut memiliki orang tua yang berasal dari suku Arab. Beberapa orang juga menambahkan syarat bahwa mereka harus bisa berkomunikasi dengan bahasa Arab. Selain itu, beberapa orang menganggap bahwa syarat lainnya adalah menjadi warga negara dari salah satu negara di kawasan Arab.

Liga Arab, yang didirikan pada tahun 1946, mendefinisikan orang Arab sebagai seseorang yang memiliki rasa kebangsaan di dunia Arab, menggunakan bahasa Arab, dan peduli terhadap nasib Arab. Namun, definisi ini mungkin telah bergeser pada era modern. 

Banyak orang dari etnis Arab yang secara genetik memenuhi syarat tersebut, namun karena sudah lama merantau, mereka tidak lagi menggunakan bahasa Arab dan tidak lagi mengikuti adat dan budaya Arab.

Kasus ini mirip dengan etnis Tionghoa yang menetap di luar negeri, seperti di Indonesia. Mereka telah menjadi warga negara Indonesia dan merasa menjadi orang Indonesia sepenuhnya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa mereka masih merupakan bagian dari etnis Arab atau Tionghoa.

Asal Usul Bangsa Arab

Dikatakan bahwa bangsa Arab sudah ada sejak sebelum Nabi Ibrahim. Mereka dikenal sebagai Arab Ba'idah atau yang telah lenyap. Peninggalan mereka sulit ditelusuri karena hanya disebutkan dalam kitab-kitab suci agama Samawi. Beberapa kaum Arab Ba'idah adalah kaum Tsamud dan kaum Ad.

Bangsa Arab modern terbagi menjadi dua, yaitu Arab Aribah dan Arab Musta'ribah. Arab Aribah merupakan keturunan Ya'rib bin Yasyjub bin Qahtan yang berasal dari Yaman. Mereka juga memiliki dua kabilah besar, yaitu Kabilah Himyar dan Kabilah Kahlan. 

Sementara Arab Musta Ribah, yang banyak mendiami Jazirah Arab bagian utara, berasal dari keturunan Ismail bin Ibrahim dan dikenal sebagai Adnaniyah. Ada yang mengatakan bahwa Adnan dan Qahtan semuanya adalah keturunan Ismail. Jadi, asal-usul bangsa Arab semuanya berasal dari Nabi Ismail as.

Nabi Muhammad saw. dianggap sebagai keturunan langsung dari Ismail bin Ibrahim melalui jalur anaknya, Adnan. Nabi Ismail sendiri diperkirakan hidup sekitar dua abad sebelum Masehi.

Kerajaan-kerajaan bangsa Arab kuno memiliki sejarah yang tidak begitu jelas. Kerajaan Makyam di Yaman dianggap sebagai kerajaan pertama, digantikan oleh Kerajaan Saba yang berdiri dari 950 SM sampai 119 SM. Setelah itu, Kerajaan Himyar menguasai jazirah Arab.

Selain itu, ada juga Kerajaan Hirah yang berdiri sekitar 111 SM dan Kerajaan Ghassan yang berasal dari daerah Syam dan menganut agama Masehi. Kota Mekkah, yang sudah dianggap sakral sejak zaman Nabi Ibrahim, juga beberapa kali dikuasai oleh kabilah berbeda seperti kabilah Jurhum digantikan oleh kabilah Khuza’ah dari Yaman hingga era kaum Quraisy.

Kondisi Arab Pra-Islam

Sebelum zaman Islam, Jazirah Arab dikelilingi oleh dua pengaruh yang kuat. Di sebelah barat terdapat Kerajaan Romawi dengan agama Paganisme dan Kristen. Sementara di sebelah timur terdapat Kerajaan Persia yang memeluk agama Majusi. Kedua pengaruh ini memengaruhi kehidupan sosial dan politik masyarakat Arab pada masa pra-Islam.

Kondisi masyarakat Arab pra-Islam mencerminkan karakteristik lingkungan mereka. Kebanyakan dari mereka terkenal pemberani dan cenderung setia pada kabilahnya. Konflik antar kabilah kerap terjadi, yang menyebabkan bangsa Arab tidak sekuat kerajaan besar seperti Romawi dan Persia. 

Namun, kedua kerajaan ini tidak tertarik untuk menjajah Arab karena wilayahnya kurang subur dan tidak ada dorongan agama atau politik untuk menyerang wilayah Arab.

Kota Mekkah, yang dianggap sakral oleh bangsa Arab, adalah tempat berkumpulnya kabilah dan juga pusat perdagangan. Selain kegiatan spiritual, para pedagang sering melakukan lobi di kota ini. Adanya budaya ini menunjukkan bahwa bangsa Arab pra-Islam tidak sebarbar seperti yang digambarkan secara umum. 

Zaman pra-Islam yang sering disebut sebagai zaman Jahiliyah tidak berarti bodoh atau tidak berakal, melainkan hanya belum menerapkan prinsip-prinsip agama Samawi yang dibawa oleh Nabi Ibrahim.

Salah satu hal yang menonjol pada zaman tersebut adalah perkembangan seni syair. Kontes adu syair sering diadakan dan bahkan masih ada di era Islam. Para penyair berkumpul di tempat-tempat seperti Ukaz, Majinnah, dan Zul Majas untuk menampilkan kebolehan mereka. Seorang penyair memiliki kedudukan yang tinggi di masa pra-Islam.

Perekonomian Arab pra-Islam banyak bersumber dari perdagangan. Bahkan, perdagangan mereka sudah mencapai Cina. Mereka juga dianggap sering melakukan perdagangan lewat laut, hingga India dan Melayu. Mereka dikenal pengembara yang tangguh. 

Mereka juga memiliki patokan tertentu dalam pergi berdagang. Misalnya, waktu musim dingin mereka ke Yaman dan musim panas bepergian ke Syam. Hal ini kurang dijumpai di Yaman yang subur dan banyak yang bergekan di bidang peternakan dan pertanian. 

Kondisi agama juga telah berkembang pada masa Arab pra-Islam. Tidak semua kaum Arab waktu itu menyembah berhala. Pengertian menyembah berhala juga kurang tepat. Mereka melakukan pemujaan di depan patung, dengan menyembelih ternak misalnya, untuk lebih mendekatkan diri dengan dewa-dewa. 

Cara ini banyak terinspirasi dari adat agama Paganisme dan agama Majusi. Hal ini juga didasari kepercayaan Watsani yang menguasai Mekkah waktu itu.

Sementara itu, agama yang juga berkembang di Arab waktu itu adalah Yahudi dan Masehi/Nasrani. Hal ini juga merujuk dari asal usulnya, sebutan Semit sebenarnya tidak hanya ditujukan pada kaum Yahudi semata. 

Hanya sejak bangsa Arab memeluk Islam, sebutan Semit disematkan orang barat kepada kaum Yahudi saja. Jadi, agama samawi, macam Yahudi dan Nasrani juga berkembang di masa ini. Walau mungkin banyak yang menganggap ajaran agamanya banyak yang menyeleweng.

Kembali ke Paganisme ala Arab pra-Islam. Waktu itu, ada empat bentuk berhala yang terkenal, yaitu sanam, nusub, wathan, dan hubal. Sanam merupakan berhala berbentuk manusia yang terbuat dari kayu atau logam. Nusub merupakan bongkahan batu karang dan wathan berbentuk manusia dari batu. Hubal adalah dewa terbesar berbentuk manusia dan terbuat dari batu akik. 

Yahudi sendiri banyak dipeluk kaum Arab yang bertempat tinggal di Yaman. Sementara Arab yang menganut agama Masehi banyak dipisahkan oleh sekte-sekte. Antara lain ada yang mengakui Yesus sebagai Tuhan, ada juga yang mengakui sebagai nabi saja. Selain agama-agama di atas, juga ada penganut paham Hanafiyah. Mereka tidak mengakui agama-agama itu, namun percaya akan keesaan Tuhan. 

Kondisi sosial masyarakat Arab pra-Islam sering dijadikan bahan pelajaran di sekolah, namun masih ada kebiasaan mereka yang jarang dibahas. Salah satunya adalah pengamalan banyak kebiasaan yang berasal dari zaman Nabi Ibrahim dan Ismail, seperti mengagungkan Kabah dan menganggap hari dan bulan tertentu sebagai suci.

Meski demikian, kondisi ini dianggap sebagai jahiliyah oleh masyarakat Islam pasca-Islam karena penerapan kebiasaan tersebut dianggap keliru. Namun, seperti halnya dengan perkembangan peradaban, fase Arab pra-Islam juga merupakan bagian menarik dari sejarah bangsa padang pasir ini.

Posting Komentar untuk " Mengenal Bangsa Arab Pra-Islam"