Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masjid Nabawi dan Keistimewaannya yang Menakjubkan

Masjid Nabawi

Shalat di Masjid Nabawi satu dari harapan yang akan tetap dipelihara umat muslim di mana pun setelah bisa shalat di Masjidil Haram. 

Betapa tidak, sebagai seorang muslim yang berpegang teguh pada Al-Quran dan hadits nabi tentu tak akan pernah menampakkan bagaimana Rasulullah SAW sendiri telah menjelaskan bahwa seseorang yang bisa shalat di Masjid Nabawi, derajatnya lebih utama dibanding dengan shalat 1.000 kali di masjid lain.

Sementara itu, seseorang yang bisa shalat di Masjidil Haram menurut Rasulullah saw lebih utama 100.000 kali dibanding dengan ketika shalat di masjid lain. 

Mustahil seorang muslim tak menggantungkan harapan bisa shalat di kedua masjid yang diutamakan itu, sedangkan shalat sendiri merupakan tiang agama dalam Islam. Shalat di Masjid Nabawi pun demikian. Mendirikan tiang agama, juga pesan lain.

Arsitektur Masjid Nabawi

Arsitektur Masjid Nabawi merupakan perpaduan dari gaya arsitektur klasik dan kontemporer Islam. Secara geografis Masjid Nabawi terletak di Kota Madinah, Saudi Arabia pada koordinat 24,4 derajat Lintang Utama, 39,6 Bujur Timur. Sampai hari ini Masjid Nabawi bisa menampung 600.000 jamaah dan bisa bertambah sampai dengan 1 juta jemaah pada setiap musim haji.

Salah satu ciri khas Masjid Nabawi adalah sepuluh menara setinggi 105 meter yang tampak menjulang dan megah. Masjid Nabawi terletak 597 meter dari atas permukaan laut, di tengah Bandar Medina sehingga dari atas tampak seperti permata yang berkilauan.

Sejarah Masjid Nabawi

Masjid Nabawi dibangun oleh Rasulullah saw pada 622 Masehi atau pada tahun ke-2 Hijrah. Pada awalnya luas Masjid Nabawi adalah 850 meter persegi dengan tinggi bangunan kurang lebih 3 meter. 

Sementara itu, menara-menara yang sekarang berjumlah 10, mulai dibangun pada 93 Hijriyah oleh Umar Bin Abdul Aziz, terletak pada keempat sudut masjid. Kini, luas Masjid Nabawi lebih dari seratus kali lipat atas seluas 98.500 meter persegi untuk tingkat bawah, dan tingkat atas sekitar 67.000 meter persegi.

Pada peletakan batu pertama ketika membangun Masjid Nabawi, Rasulullah saw melakukannya sendiri. Kemudian diikuti oleh keempat sahabat beliau yang pada perjalanan sejarah Islam. Selanjutnya menjadi empat khalifah yang melanjutkan pemerintahan setelah Rasulullah saw wafat, yaitu Abu Bakar ra, Umar ra, Utsman ra, dan Ali ra.

Ada kejadian menarik sewaktu Rasulullah saw dan para sahabat melaksanakan hijrah dari Mekah ke Madinah. Sampai di Madinah, para sahabat yang tinggal di Madinah atau kaum Anshar menyambut kedatangan Rasulullah SAW beserta rombongan dan menawarkan agar bersedia beristirahat di rumahnya. Cerita menarik ini nantinya juga akan menjadi cerita pembangunan Masjid Nabawi.

Menerima tawaran dari kaum Anshar ini, Rasulullah saw hanya bicara “Biarkanlah Unta ini jalan, karena ia diperintah Allah SWT." Dan unta pun terus berjalan, sedangkan para sahabat Anshar tak ada yang menentang. 

Sampai akhirnya ketika di depan Abu Ayyub Al-Ansari tanpa diminta, unta itu berhenti dengan sendirinya. Dengan senang hati Abu Ayyub mempersilakan Rasulullah saw tinggal di rumahnya. Peristiwa yang dialami oleh Rasulullah SAW ini menjadi bagian dari perjalanan berdirinya Masjid Nabawi.

Dari rumah Abu Ayyub inilah sebenarnya cikal bakal Masjid Nabawi itu dibangun. Ya, beberapa bulan berselang setelah kejadian itu, Rasulullah SAW mulai mendirikan cikal bakal Masjid Nabawi.

Tanah yang dipergunakan untuk membangun Masjid Nabawi secara bergotong royong tersebut adalah tanah wakaf keluarga As’ad bin Zurarah dan sebidang tanah milik yatim yang diasuh Mu’adz bin Atrah. Inilah masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah saw setelah Masjid Quba, seluas 200 meter persegi dan tinggi 3,5 meter.

Keempat sisi temboknya terbuat dari tanah dan batu bata, tiang-tiang penopangnya dari batang kurma, sedangkan atap masjid tersebut terbuat dari daun kurma. 

Sama sekali tidak ada penerangan di masjid ini sehingga ketika dipergunakan untuk menunaikan shalat Isya, sebagian jamaah membakar jerami untuk menerangi ke dalam masjid tersebut. Masjid Nabawi memiliki masa lalu yang semestinya mampu memberi gambaran tentang arti kesederhanaan seorang muslim.

Pada 17 Hijriyah untuk pertama kalinya Khalifah Umar bin Khattab merenovasi Masjid Nabawi dan terakhir adalah Raja Fahd memperluas dan membangun masjid tersebut hingga seperti sekarang, sangat megah dengan luas kurang lebih 100.000 meter persegi untuk lantai bawahnya saja. 

Keutamaan dan Keistimewaan Masjid Nabawi

Masjid Nabawi

Masjid Nabawi merupakan masjid yang memiliki keutamaan dan keistimewaan tersendiri dibanding dengan masjid-masjid lainnya. Selain masjid ini dibangun oleh tangan Nabi Muhammad SAW sendiri, di tempat ini pula beliau dan para sahabatnya dimakamkan. 

Dan salah satu dasar yang menjadikan Masjid Nabawi istimewa dan utama adalah sebuah hadits yang diriwayatkan Ahmad, yang secara bebas terjemahannya dicukil di awal tulisan ini.

Hadits lain yang menunjukan bagaimana keistimewaan Masjid Nabawi adalah yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Thabrani dengan tingkat sanadnya sah sehingga dapat dipertanggungjawabkan dari segi keasliannya. 

Secara lengkap terjemahan hadits tersebut adalah “Barangsiapa melakukan shalat di masjidku sebanyak empat puluh kali tanpa terlewat satu kali salat pun, akan dibebaskan dari jilatan api neraka, kebebasan dari siksa dan terhindar dari kemunafikan.”

Beberapa bagian dari kompleks Masjid Nabawi yang semakin meneguhkan sebagai masjid istimewa dan memiliki keutamaan adalah salah satu bagiannya yang dinamakan taman surga atau raudlah. Barangsiapa berdo’a di tempat yang terletak di antara makam dan mimbar, dijamin akan dikabulkan oleh Allah SWT..

Tempat yang menjadikan Masjid Nabawi menjadi masjid yang utama dan istimewa karena didalamnya terletak makam Rasulullah SAW. Lokasi makam Rasulullah SAW sekarang merupakan kamar salah seorang istri beliau, Aisyah ra. Dua orang sahabat dan dua khalifah pertama yakni Abu Bakar dan Umar bin Khattab juga dimakamkan di Masjid Nabawi ini.

Dari sisi penerapan teknologi modern, Masjid Nabawi juga termasuk berteknologi canggih. Misalnya saja bagian atap berbentuk kubah yang bisa ditutup dan dibuka, baik secara manual maupun otomatis. 

Sementara itu, untuk mengatur sirkulasi udara dari masjid yang sangat luas tersebut, ada 27 ruang terbuka berukuran masing-masing lebih dari 300 meter persegi. Bagian dalam dari kubah tersebut dibuat relief bertahtakan batu permata, sedangkan bagian luar kubah berlapis keramik yang konon sangat tahan terhadap panas. 

Untuk menyejukkan ruangan dalam masjid, tidak tanggung-tanggung dibangun sebuah AC raksasa, yang letaknya di sebelah barat masjid. Sebuah bangunan seluas 70.000 meter persegi menjadi tempat dibangunnya sebuah AC raksasa.

Hembusan udara sejuknya kemudian dialirkan melalui pipa-pipa yang dibangun di bawah tanah, sebelum akhirnya dihembuskan ke seluruh penjuru dalam masjid. Sungguh sebuah pemanfaatan teknologi canggih dan juga fenomenal.

Pada awalnya, Masjid Nabawi hanya memiliki empat buah menara, namun sekarang telah dibangun menara-menara baru setinggi seratus meter lebih. Dua di antara menara baru tersebut adalah mengapit gerbang utama. Sebuah ornamen bulan sabit yang terbuat dari perunggu menjadi ornamen yang menghiasi setiap puncak menara. Luar biasa indahnya.

Sebagai penunjuk arah kiblat telah dibuat sinar laser pada ketinggian 87 meter, yang tepat mengarah ke Mekkah. Sinar laser yang berada di Masjid Nabawi ini dinyalakan pada saat-saat waktu sholat tiba. Sebuah panduan yang sangat tepat sehingga semakin membuat orang khusyuk menjalankan shalat.

Kini pada malam hari, Masjid Nabawi seperti bermandi cahaya lampu. Bayangkan saja tak kurang dari 670-an lampu kristal menghiasi keindahan masjid ini. Jangan bayangkan lampu sebanyak itu akan mempengaruhi suhu ruangan karena ternyata lampu kristal yang dipasang di Masjid Nabawi ini sama sekali tak memancarkan panas.

Lampu-lampu di dalam Masjid Nabawi disusun secara artistik dalam sebuah kerangka kuningan berlapis emas. Mengagumkan! Beratkah lampu-lampu kristal tersebut? Tentu saja, seperti lampu yang dipasang di taman Raudlah, beratnya hampir 500 kg dengan diameter sepanjang 300 meter lebih. Sementara itu, rangkaian lampu kristal yang paling kecil seberat 125 kg.

Bangunan Masjid Nabawi memerlukan pasokan energi listrik kurang lebih 2,5 MW untuk berbagai keperluan, termasuk tentu saja untuk menerangi ruang parkir yang memuat sekitar 4.500 mobil. Angka-angka yang tak kalah menarik perhatian. Lebih mengagumkan lagi jika kita memperhatikan susunan granit dan marmer putih di setiap lantai, yang menunjukkan keindahan dan keagungan arsitektur Islam.

Tidak mengherankan bila setiap pengunjung selalu merasa betah untuk berlama-lama diam di Masjid Nabawi ini, apalagi fasilitas 2.500 toilet, 6.800 pancuran, dan sumber minum air dingin yang tersebar di sekitar 560 titik sehingga mudah dijangkau.

Posting Komentar untuk " Masjid Nabawi dan Keistimewaannya yang Menakjubkan"