Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Islam: Madihin, Kebudayaan Banjar yang Mulai Redup

tradisi-madihin
credit:instagram@hellokalsel

Di masa kanak-kanak dahulu, setiap perayaan MTQ selalu disertai dengan kebudayaan Banjar yang disebut madihin di akhir acara.

Walau tidak sepenuhnya mengerti bahasa Banjar karena penulis dibesarkan menggunakan bahasa Indonesia, nasihat yang terkandung di dalam madihin sangatlah memikat hati. Kesenian madihin untuk pertama kalinya dibawakan oleh John Tralala yang terkenal.

Sayangnya, kebudayaan Banjar ini perlahan-lahan mulai menghilang. Sudah sangat jarang ditemui kesenian madihin ini dibawakan dalam acara-acara MTQ, pernikahan adat, atau acara-acara yang biasanya dihadiri oleh banyak masyarakat di Kalimantan.

Kesenian Madihin

Kesenian madihin yang merupakan salah satu kebudayaan Banjar ini biasanya digelar malam hari pada perayaan-perayaan besar masyarakat Banjar, seperti upacara pernikahan, pesta adat, upacara tolak bala, perayaan masa panen, dan sebagai penutup acara MTQ. 

Madihin berasal dari kata madah yang berarti 'syair atau madah yang mempunyai rima pada tiap akhir kalimat yang dibawakan'.

Madah atau syair ini bisa berisi pujian, sindiran, ataupun nasihat, yang diiringi dengan tabuhan gendang. Orang yang membawakan kesenian madihin disebut Pemadihin. 

Biasanya, kesenian madihin dibawakan oleh 2-4 pemain dalam waktu pagelaran sekitar 1-2 jam. Namun, ada pula yang membawakan madihin secara tunggal, seperti yang dilakukan oleh John Tralala.

Sebagai Pemadihin tunggal, John sangat pandai mengatur pukulan gendang dan suaranya untuk menarik perhatian penonton. Belum lagi, humor-humor segar yang biasa dilantunkan John sering membuat pendengar tertawa. Setelah John Tralala, madihin diteruskan oleh anak John, yaitu Hendra.

Urutan Acara dalam Pagelaran Madihin

pemadihin
credit:instagram@fadil_ak02

1. Pembukaan

Pada pembukaan ini, Pemadihin biasanya memulai sebuah pantun dengan pukulan gendang besar yang disebut pukulan tarbang, berguna untuk menarik perhatian penonton. Pantun di awal acara ini berisi tentang tema madihin yang akan dibawakan oleh Si Pemadihin.

2. Memasang Tabi

Memasang tabi yaitu Si Pemadihin membawakan syair yang berisi penghormatan terhadap penonton, ucapan terima kasih atas kehadiran penonton, memberikan kata pengantar, dan permohonan maaf jika ada kesalahan kata di dalam syair selama pagelaran. Biasanya, humor-humor segar sudah mulai dimasukkan dalam syair agar penonton semakin terpikat untuk tetap menonton.

3. Manguran

Manguran berarti menyampaikan isi atau syair-syair sesuai dengan tema yang sedang dibawakan. Tema pada setiap acara madihin disesuaikan dengan acara yang sedang diselenggarakan atau bisa juga atas permintaan tuan rumah yang mengadakan acara.

4. Penutup

Pada bagian penutup, Si Pemadihin akan menyimpulkan maksud syair-syair yang dibawakannya sambil memberikan penghormatan kepada penonton. Setelahnya, akan dilanjutkan dengan pantun penutup yang memohon pamit.

Kriteria Pemadihin Profesional:

  • Terampil dalam mengolah kata.
  • Terampil dalam mengolah tema.
  • Terampil mengolah vokal di depan publik tanpa teks.
  • Terampil dalam mengolah lagu.
  • Terampil dalam mengolah musik pengiring dan menabuh gendang madihin.
  • Terampil mengatur keserasian penampilan.

Itulah tradisi Islam Madihin yang mulai redup. Semoga generasi muda Islam mau melestarikan kembali tradisi tersebut agar tidak hilang.

Posting Komentar untuk " Tradisi Islam: Madihin, Kebudayaan Banjar yang Mulai Redup"