Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sejarah Kota Mekah

Sejarah Kota Mekah

Tahukah Anda mengenai sejarah Kota Mekah? Mekah mempunyai kedudukan yang sangat penting sebagai tempat yang religius bagi umat muslim. Mekah merupakan kiblatnya orang-orang muslim. 

Mekah pun merupakan kota yang telah dipilih oleh Allah untuk menempatkan ka’bah di dalamnya dan sebagai tempat bagi Siti Hajar dan anaknya Ismail.

Mekah adalah cikal bakal lahirnya orang-orang saleh dan menjadi tempat yang paling banyak dikunjungi oleh orang-orang saleh. Untuk itu, memahami sejarah Kota Mekah dapat meningkatkan keyakinan kita dalam beragama. 

Ditambah dengan kehadiran para jema’ah haji yang datang setiap tahun memadati Kota Mekah, tak lain adalah untuk menambah keyakinan seorang hamba kepada Rabb-nya, Allah SWT. 

Mekah merupakan suatu tempat yang terletak di bagian barat Arab Saudi. Tepatnya, ada di tanah Hijaz yang dikelilingi oleh gunung-gunung dan berada di tengah lembah. Ada kawasan yang disebut dengan al-Bathha`, Ma’la, dan Misfalah. 

Al-Bathha` adalah kawasan dan tempat yang rendah di sekitar Mekah. Ma’la adalah tempat yang berada di sebelah timur Masjidil Haram, dan di sebelah baratnya adalah Misfalah.

Misfalah sendiri adalah tempat asal Nabi Muhammad SAW. Ma’la pun adalah tempat yang biasa disebut dengan Hajun, yang merupakan nama gunung dan di bawahnya ada pemakaman Ma’la.

Berdasarkan astronomi, Mekah terletak pada 19°, 25°, 21° LU; 46°, 49°, dan 39° LT. Dan, berdasarkan buku Hadzihi Biladuna dan dalam Fazhail Makkah al-Mukarramah, disebutkan bahwa Mekah merupakan pusaran bumi dan berada di tengah-tengahnya. 

Nama-nama Mekkah al-Mukarramah yang tertulis dalam Al-Qur’an adalah Mekah, Bakkah, Ummul Qura, al-Balad, al-Balad al-Amin, al-Baldah, Haram Aamin, Waadin Ghairu Dzi Zar’in, Maa’d, Qaryah, dan Masjidil Haram.

Mekah secara bahasa artinya menghancurkan dan mengurangi. Disebut dengan Mekah karena Mekah akan membersihkan dan mengurangi dosa-dosa dan menghancurkan orang-orang yang melakukan kezaliman di dalamnya.

Kata Mekah ini Allah abadikan dalam Al-Qur’an surat al-Fath ayat 24, yang artinya: “Dialah yang menahan tangan mereka dari (membinasakan) kamu dan (menahan) tangan kamu dari (membinasakan) mereka di tengah Kota Mekah sesudah Allah memenangkan kamu atas mereka”.

Bakkah secara bahasa artinya menyobeknya, menjauhkannya, menghinakannya, memisahkannya, memelintir lehernya, dan membalas kekejamannya. 

Dalam kitab Zaad al-Muyassar fi ‘Ilm al-Tafsir disebutkan bahwa terdapat empat pendapat tentang Bakkah, yaitu sebuah tanah di mana Ka’bah berada di dalamnya, semua daerah yang berada di sekitar Baitullah, Masjidil Haram dan Baitullah, dan al-Haram secara keseluruhan.

Allah mengabadikan Bakkah dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 96, yang artinya: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk tempat beribadah manusia, adalah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi.”

Untuk Ummul Qura sendiri, Allah menuliskannya dalam Al-Qur’an surat al-An’aam ayat 92 yang artinya: “Dan ini (Al-Qur’an) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi, membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya, dan agar kamu memberi peringatan kepada penduduk Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya.”

Beberapa alasan kenapa Makkah disebut Ummul Qura adalah karena Mekah adalah kota yang terlama, karena Mekah sebagai kiblat umat muslim, dan karena Mekah mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. 

Untuk al-Balad dan al-Balad al-Amin, Allah menuliskannya dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 35 dan at-Tiin ayat 3, yang artinya: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, ‘Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman.” (Ibrahim: 35), “Dan demi kota ini (Mekah) yang aman.” (at-Tiin: 3)

Adapun untuk kata al-Baldah terdapat dalam Al-Qur’an surat an-Naml ayat 91, yang artinya: “Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) yang telah menjadikannya suci.”

Untuk kata Haram Aamin, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat al-Qashash ayat 57, yang artinya: “Apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah Haram (tanah suci) yang aman.”

Istilah atau kata Wa'adin Ghairi Dzi Zar’in, diambil dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 37, yang artinya: “Ya Tuhan Kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman.”

Kata Ma'ad terdapat dalam Al-Qur’an surat al-Qashash ayat 85, yang artinya: “Sesungguhnya yang mewajibkan atasmu (melaksanakan hukum-hukum Al-Qur’an), benar-benar akan mengembalikan kamu ke tempat kembali.”

Kata Qoryah, Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Muhammad ayat 13, yang artinya: “Betapa banyaknya negeri-negeri yang (penduduknya) lebih kuat dari (penduduk) negerimu (Muhammad) yang telah mengusirmu itu.”

Dan, terakhir adalah kata Masjidil Haram, tertulis dalam Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 144, yang artinya: “Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.”

Selain dari keistimewaan nama-nama lain dari Mekah tersebut, masih banyak lagi keutamaan dari Mekah itu sendiri, di antaranya sebagai berikut.

1. Allah menjadikan Mekah sebagai tempat lahir nabi penutup, yaitu Muhammad SAW.

2. Allah menjadikan Mekah sebagai tempat sentral untuk beribadah.

3. Allah menjadikan Mekah sebagai tempat yang wajib dikunjungi setiap tahunnya untuk melaksanakan haji, karena jika hajinya tidak di Mekah, maka hajinya tidak sah (batal).

4. Allah menjadikan Mekah sebagai tempat haram untuk saling menumpahkan darah (perang atau pertikaian).

5. Allah akan mengampuni dosa orang-orang yang datang ke Mekah.

Selain beberapa keutamaan yang telah disebutkan di atas, ada beberapa keutamaan Mekah yang tertulis dalam hadis Rasulullah SAW, di antaranya sebagai berikut.

“Demi Allah, sesungguhnya engkau (Mekah) adalah sebaik-baik bumi Allah dan bumi yang paling dicintai Allah. Andaikata aku tidak diusir darimu, maka aku tidak akan pernah keluar meninggalkanmu.” (H.R. Tirmidzi)

“Engkau (Mekah) adalah tempat yang paling baik dan paling aku cintai. Jika bukan karena kaumku mengusirku darimu, maka aku tidak akan pernah tinggal di tempat lain selain engkau.”

"Demi Allah, saya akan keluar darimu. Sesungguhnya saya tahu bahwa engkau adalah bumi Allah yang paling kucintai dan paling mulia di sisi Allah. Andaikata penduduk tidak mengusirku, maka aku tidak akan pernah keluar darimu.” (Kitab Majma az-Zawaid)

“Sesungguhnya negeri ini telah Allah haramkan pada saat diciptakan langit dan bumi. Maka, dia haram dengan keharaman Allah hingga hari kiamat. Tidak boleh dicabut durinya, tidak boleh diusir binatang buruannya, tidak boleh diambil barang temuannya kecuali dia bermaksud untuk mengumumkannya, dan tidak boleh dipotong rumputnya.” (H.R. Muslim)

“ Tidak ada satu negeri pun kecuali dia akan diinjak tanahnya oleh Dajjal kecuali Mekah dan Madinah. Sebab, tidak ada satu celah pun di celah-celahnya kecuali di sana ada malaikat yang berbaris menjaganya.” (H.R. Bukhari)

“Saya adalah orang pertama yang akan dibangkitkan dari kubur (di hari kiamat), kemudian Abu Bakar lalu Umar. Kemudian, saya datang pada orang-orang Baqi dan mereka dikumpulkan bersama saya. Lalu, saya menunggu penduduk Mekah kemudian aku dikumpulkan di antara Haramain." 

“Sesungguhnya negeri ini telah Allah haramkan pada saat Allah menciptakan langit dan bumi. Maka, dia haram sesuai dengan pengharaman Allah atasnya hingga hari kiamat. Tidak dihalalkan berperang di dalamnya pada masa sebelum saya dan Dia tidak menghalalkannya untukku kecuali sekejap saja di siang hari. Maka, dia diharamkan hingga hari kiamat. Maka, dia haram sesuai dengan apa yang Allah haramkan hingga hari kiamat. Durinya tidak dibuang, binatang peliharaanya tidak diusir, barang temuannya tidak diambil kecuali kalau mau diumumkan, dan rumputnya tidak dipotong.” (H.R. Muslim)

Demikianlah sekelumit uraian tentang Sejarah Kota Mekah. Semoga bermanfaat untuk para pembaca semuanya.

Posting Komentar untuk " Sejarah Kota Mekah"