Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perjuangan Aktivis Dakwah

Perjuangan Aktivis Dakwah

Menapaki jalan dakwah yang penuh tantangan dan perjuangan memerlukan kesabaran luar biasa. Seorang aktivis dakwah yang memikul tanggung jawab menyiarkan syariat Islam akan diuji oleh Allah SWT. sebagai sarana meningkatkan keimanan dan ketaqwaan dalam hatinya.

Dakwah Bukan Profesi

Berdakwah adalah kewajiban bagi setiap muslimin dan muslimat. Para Nabi dan Rasul pun sering menegaskan bahwa mereka tidak menghendaki upah atas apa yang mereka sampaikan dan perjuangkan.

Rasulullah SAW menerima hibah atau hadiah tapi menolak sedekah yang ditujukan kepada beliau. Hibah berbeda dengan upah. Jika seorang aktivis dakwah menerapkan tarif per jam atas ilmu yang disampaikan, berarti ia menghendaki upah atas dakwahnya. Ini bertentangan dengan prinsip dakwah dalam Islam.

Cukuplah pahala dari Allah SWT yang diharapkan. Oleh karena itu, modal utama seorang aktivis dakwah adalah keikhlasan dengan mengharap ridha Allah SWT semata.

Memelihara Niat

Ujian bagi seorang aktivis dakwah adalah ujub dan takabur. Ujian ini begitu terselubung dan hadir tanpa disadari. Ujub adalah perasaan bangga terhadap diri sendiri. Sedangkan takabur adalah sifat sombong terhadap orang lain.

Ketika pujian dan sanjungan berdatangan tanpa bisa dielakkan, dari sisi itulah setan melemahkan perjuangan sang aktivis dakwah. Memang ia termotivasi untuk memperbaiki muatan dakwahnya, cara penyampaian dan menyelipkan humor-humor segar agar disukai jamaah. Akan tetapi, semua itu diniatkan agar jamaah tidak kecewa.

Dengan sanjungan dan pujian, kualitas ceramahnya memang meningkat. Tapi itu semua ia lakukan agar sanjungan dan pujian semakin bertambah. Ia lupa bahwa berdakwah itu harus ikhlas.

Sampai Allah menegurnya dengan mengganti pujian dan sanjungan menjadi cemoohan dan caci maki. Jika demikian, masihkah sang aktivis dakwah terus berjuang? Atau berhenti di tengah jalan karena merasa karirnya sebagai da’i kondang sudah selesai?

Bersyukurlah aktivis dakwah yang langsung intropeksi diri lalu meluruskan niat. Ada atau tidaknya sanjungan tidak akan menyurutkan langkahnya. Sanjungan ia anggap sebagai ujian, sementara caci maki ia jadikan alat intropeksi.

Jika ia berhenti berdakwah karena sanjungan berganti jadi caci maki, berarti ia sudah terjebak oleh tipu muslihat setan.

Tidak Menyembunyikan Kebenaran

Ada kalanya seorang aktivis dakwah menyembunyikan perintah Allah agar tidak dijauhi umatnya. Istilah pacaran Islami muncul akibat ketidaktegasan aktivis dakwah untuk memproklamirkan bahwa pacaran itu haram karena jelas-jelas dalam Al-Quran Allah SWT melarang hamba-Nya untuk mendekati zina.

Masih ada pula aktivis dakwah yang berpikir ulang ketika hendak menyampaikan bahwa jilbab itu wajib bagi kaum muslimah. Ia khawatir jamaahnya yang belum berjilbab akan lari meninggalkannya.

Menyampaikan kebenaran bukan berarti terlalu blak-blakan dengan mengumbar ancaman neraka dan siksa pedih. Apalagi dengan memvonis orang lain kafir atau fasik jika melanggar perintah-Nya. Semua disampaikan berdasarkan ilmu dan bahasa yang dimengerti oleh jamaah.

Memang  berjuang di jalan dakwah akan menghadapi kerikil dan rintangan. Tapi dibalik  itu semua, ada pahala besar menanti sebagai tabungan kita di akhirat kelak.

Posting Komentar untuk " Perjuangan Aktivis Dakwah"