Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Sosok Sang Hujjatul Islam Imam Al Ghazali

Mengenal Sosok Sang Hujjatul Islam Imam Al Ghazali
credit:instagram@kisahparakekasih

Nama Imam Al Ghazali tidak hanya dikenal di kalangan Muslim saja bahkan nama Beliau masyhur ke seantero dunia termasuk kalangan non Muslim. Kebesaran namanya tentu dikarenakan pencapaian Beliau dalam banyak dimensi ilmu, mulai dari: Tasawuf, Filsafat, Logika, Fiqh, dan juga Perbandingan Agama.

Saking mapan nya ilmu dan pengetahuan Imam Al Ghazali maka Beliau digelari dengan sebuah gelar yang sangat tinggi dan begitu terhormat, yaitu: Hujjatul Islam.

Pemikirannya telah tersebar ke seluruh dunia Islam dan telah mewarnai banyak sekali ajaran dan mazhab yang memang sangat majemuk dalam internal Islam. 

Melalui karya-karyanya yang sangat termasyhur, Imam Al Ghazali mempengaruhi banyak sekali tokoh Islam yang tidak sedikit para tokoh itu menjadi pimpinan-pimpinan umat, baik itu pimpinan spiritual maupun pimpinan politik.

Tentu akan menarik untuk menelaah lebih dekat profil dari seorang Hujjatul Islam yang kharisma dan pengaruhnya masih terpelihara kuat hingga sekarang.

Dalam tulisan ini ada beberapa aspek dari diri Imam Al Ghazali yang akan kita kupas, yaitu:

Sejarah hidup, mulai dari nama dan nasab beliau (dalam tradisi Arab, nashab merupakan faktor esensial dari diri seseorang sehingga posisinya begitu penting), sekilas perjalanan hidupnya dalam menimba ilmu, hingga masa akhir hidupnya.

Karya. Sebagai seorang intelektual Muslim, Beliau mewariskan banyak sekali karya-karya penting yang kelak mempengaruhi corak pemikiran Islam, baik itu Islam esoteris maupun Islam eksoteris. 

Tentu tak mungkin untuk membedah semua karya Beliau di sini karena itu pembahasan akan dibatasi pada karyanya yang paling populer.

Nasehat Imam Al Ghazali. Untuk lebih mendekatkan diri kita pada sosok Beliau, di akhir tulisan ini akan dikutip beberapa nasihat Imam Al Ghazali yang termahsyur. Kita bisa belajar secara praktis dari sana.

Sekilas Sejarah Hidup Imam Al Ghazali

Nama asli beliau adalah Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali. Sebagian ulama ahli nasab ada yang berselisih terkait penyandaran nama Beliau. 

Ada yang mengatakan, bahwa penyandaran nama Imam Al Ghazali kepada daerah Ghazalah di Thusi, tempat Sang Imam dilahirkan. 

Sedangkan sebagian ulama nasab lainnya mengatakan bahwa penyandaran nama Imam Al Ghazali kepada profesi keluarganya: menenun. Sehingga nisbatnya ditasydid (Al Ghazali).

Ayah Imam Al Ghazali merupakan seorang pengrajin kain shuf dan suka menjualnya ke kota Thusi. Menjelang Beliau wafat, Ia berwasiat pada temannya dari keluarga yang baik-baik agar sedia memelihara anaknya.

Setelah meninggal, temannya itu mendidik Sang Imam  kecil dan satu saudaranya ilmu hingga habis lah harta yang dititipkan oleh almarhum untuk kedua anaknya.

Karena ia berkehidupan fakir maka tidak sanggup untuk terus membiayai Imam Al Ghazali beserta saudaranya dan Ia menganjurkan mereka untuk memasuki madrasah dengan alasan selain pendidikan yang lebih baik, di madrasah akan mendapat fasilitas makanan yang cukup.

Lalu keduanya mengikuti pesan dan arahan yang diterima dari teman almarhum ayahnya. Demikianlah diceritakan  Al Ghazali, hingga beliau berucap, “Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena Allah ta’ala.” (Dikutip dari Thabaqat Asy Syafi’iyah 6/193-194).

Beliau menceritakan bahwa ayahandanya merupakan orang yang teramat saleh. Walaupun fakir namun ayahnya selalu taat beribadah; berkumpul dengan para alim ulama, mendengarkan nasihat mereka dan selalu berdoa agar diberi anak yang saleh. Bahkan ayahnya itu tak pernah makan kecuali dari hasil tangannya sendiri. Ia begitu wara’ dan zuhud.

Rupanya doa dan permohonan sang ayah dikabul oleh Tuhan. Al Ghazali beserta saudaranya yang bernama Ahmad menjadi seorang alim, sangat ahli dalam memberi nasehat dan wejangan agama.

Al Ghazali mempelajari ilmu fiqih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berguru ke Imam Abu Nasr Al Ismaili di Jurjan dan di sana Beliau menulis kitab berjudul At Ta’liqat. Setelah itu Beliau pulang kembali ke Thusi.

Setelah sekian lama berguru dari beberapa ahli, rasa kepenasaran dan haus akan ilmu dan hikmah yang dirasakan Al Ghazali malah makin menjadi. Hal inilah yang mendorong beliau datang kota Naisabur dan dan menemui Imam Haramain Al Juwaini untuk berguru dengan penuh khidmat.

Dan ternyata hasilnya tidak nihil, dengan sangat baik Beliau berhasil menguasai fiqih mazhab Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, juga ilmu agama lainnya, seperti: ushul, mantiq, hikmah dan juga filsafat. Lahirlah Imam Al Ghazali menjadi cendikiawan Islam yang dibanggakan oleh guru-gurunya dan disegani oleh banyak tokoh dan kalangan.

Gurunya, Imam Haramain meninggal dunia, maka berangkatlah Al Ghazali ke suatu majelis tempat berkumpul para ahli ilmu Wazir Nizamul Malik. Tak dinyana, Beliau terlibat dalam perdebatan agama dengan sebagian ulama dan Beliau lah yang memenangkan perdebatan tersebut. 

Setelah kejadian itu, Nidzamul Malik mengangkat Al Ghazali menjadi salah seorang pengajar di madrasahnya yang berada di kota Baghdad.

Konsekuensinya, Sang Imam harus berangkat ke Baghdad untuk mengajar di Madrasah An Nidzamiyah. Babak baru kehidupan Al Ghazali ini terjadi sekitar tahun 484 H beliau. 

Di Baghdad inilah Beliau menemukan momentum untuk mengaktualisasikan semua ilmu dan gairahnya hingga sampailah Beliau pada kedudukan yang tinggi di antara para ahli dan ulama. Sang Imam pun tampil menjadi seorang alim yang cerdas namun tetap bijak bestari.

Menurut laporan dari Imam Adz Dzahabi, bahwa masa akhir kehidupan Al Ghazali dipersembahkan dengan banyak mempelajari hadits dan bermajelis dengan para ulama hadits. (Shahih Bukhari dan Muslim). 

Beliau wafat di kota kelahirannya yaitu Kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikebumikan di pemakaman Ath Thabaran.

Karya Terpenting dari Imam Al Ghazali

Sebagai salah seorang tokoh dan pemikir Islam terbesar, tentu Al Ghazali banyak mewariskan karya-karya intelektual. Bahkan beberapa diantaranya sangat populer hingga masih dipelajari dan dikaji sampai saat ini. 

Beliau menulis mengenai banyak tema, mulai dari filsafat, tasawuf, fiqh dan logika. Hal ini mencerminkan kematangan Beliau akan ilmu Islam yang begitu beragam dan bertingkat.

Berikut beberapa karya dari Al Ghazali yang menurut beberapa ahli dipandang sangat penting karena telah memberi khasanah yang banyak bagi pemikiran Islam. Dalam ilmu Tasawuf, Beliau mewariskan beberapa karya penting yang kemahsyurannya begitu terjaga bahkan hingga sampai saat ini, diantaranya:

Ihya Ulumuddin (Kebangkitan Ilmu-Ilmu Agama) Hingga saat ini kitab Ihya Ulumuddin masih sangat populer bahkan menjadi semacam kitab rujukan wajib bagi pesantren-pesantren. Banyak sekali karya terlahir sebagai respon atau tafsir terhadap kita ini.

  • Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan)
  • Misykah al-Anwar (The Niche of Lights)

Sementara dalam bidang Filsafat, Al Ghazali melahirkan beberapa karya yang tak kalah penting, diantaranya:

Maqasid al-Falasifah

Tahafut al-Falasifah; saya memberi catatan khusus pada kitab ini karena isinya yang membahas beberapa kelemahan para filosof masa itu dan kemudian ditanggapi serius oleh Ibnu Rusyd dalam kitab Tahafut al-Tahafut. Ini telah menjadi proses dialog Islam yang konstruktif dan sangat berkualitas.

Dalam bidang Fiqih pun Al Ghazali tak kalah produktif, telah lahir beberapa kitab Fiqh dari tangan dinginnya, antara lain (yang sangat populer) adalah Al-Mushtasfa min `Ilm al-Ushul. 

Dan tiga kitab Beliau dalam bidang Logika yang tidak boleh kita lupakan, yaitu: Mi`yar al-Ilm, al-Qistas al-Mustaqim dan Mihakk al-Nazar fi al-Manthiq.

Beberapa Nasehat Imam Al Ghazali

Nasehat Imam Al Ghazali
credit:instagram@jlnkehidupan

Sebagai seorang Guru tentu Beliau banyak sekali memberi wejangan dan nasehat bagi para muridnya. Saking banyaknya hingga ada beberapa pihak yang telah mengumpulkan nasehat-nasehat dari Sang Imam dalam satu kitab.

Berikut beberapa nasehat dari Al Ghazali yang telah begitu populer sehingga banyak dikutip oleh generasi sesudahnya:

Hal yang paling dekat dengan manusia adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185).

Hal yang paling jauh dari manusia adalah “Masa Lalu.” Selanjutnya, Al Ghazali menganjurkan untuk menjaga perbuatan dengan ajaran agama.

Yang paling besar di dunia adalah “Nafsu” (Al A'Raf 179). Beliau pun menasehati untuk senantiasa pada bujukan hawa nafsu.

Yang paling berat di dunia adalah “Amanah” (Al Ahzab 72).

Yang paling ringan di dunia adalah “Meninggalkan Sholat”

Yang paling tajam di dunia adalah “Lidah Manusia.”

Begitu banyaknya pelajaran yang bisa kita ambil dari sosok Imam Al Ghazali. Karena keteguhan, ilmu dan wawasan serta integritas keutamaannya maka Beliau memang benar-benar layak memegang gelar Hujjatul Islam.

Posting Komentar untuk " Mengenal Sosok Sang Hujjatul Islam Imam Al Ghazali"