Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Nabi Muhammad SAW di Utus Sebagai Penyempurna Ahlak Manusia

100-tokoh-paling-berpengaruh-di-dunia
credit:instagram@dolboekoe

Michael H. Hart pernah menulis sebuah artikel tentang orang-orang paling berpengaruh dalam sejarah. Dia memilih, mengukur, dan mempelajari seratus orang yang memiliki dampak besar pada sejarah dunia. 

Kita semua tahu bahwa Nabi Muhammad adalah pilihan pertama. Nabi Muhammad SAW mengungguli Isaac Newton (1642-1727), Nabi Isa (6 SM-30 M), Buddha (563-483 SM), Kong Hu-Chu (551-479 SM), dan tokoh-tokoh terkemuka lainnya. Michael H. Hart setuju dalam karyanya bahwa Muhammad SAW adalah manusia yang luar biasa.

Man of Character

Kata-kata Michael H. Hart bukanlah obrolan kosong. Dari setiap sudut pandang, Nabi Muhammad adalah yang pertama: sebagai pemimpin negara, hakim, panglima perang, pengusaha, pendidik, kepala keluarga, dan setiap pekerjaan lain yang pernah dia lakukan. 

Akibatnya, Annemarie Schimmel sampai pada kesimpulan bahwa, selain Al-Qur'an, kepribadian Nabi Muhammad menjadi inti kehidupan Muslim. Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang menjadi teladan kebaikan dalam segala bentuk.

Apa yang dikatakan Schimmel tampaknya membenarkan apa yang dinyatakan dalam Al-Qur'an surah Al-Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

Artinya:

"Sesungguhnya pada diri Rasulullah (Muhammad Saw) ada suri teladan yang baik bagi orang-orang yang mengharap (untuk) Allah dan (membalas) Hari Akhir, dan banyak mengingat Allah.” (Surat al-Ahzab [33]: 21)

Ali bin Abi Thalib, sepupu dan menantu Nabi, memberikan penjelasan yang lebih lengkap tentang kepribadian Nabi. Dia mengklaim bahwa Nabi Muhammad selalu bertindak secara manusiawi. 

Kepribadiannya mudah ditiru: dia baik, tidak kasar, tidak kaku dan keras, dia tidak menyindir, dia tidak berbicara mesum, dia tidak mengkritik, dia tidak main-main, dan dia segera melupakan apa yang tidak disukainya. Siapa pun yang menginginkannya tidak boleh kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri. Dia benci dikecewakan.

Dia meninggalkan manusia tiga instruksi: jangan mengkritik atau meremehkan siapapun; jangan pernah membuka rahasia seseorang; dan tidak berbicara kecuali diharapkan memberikan manfaat. 

Penontonnya diam dan tenang saat dia berbicara, seolah-olah mereka memiliki seekor burung di kepala mereka. Mereka sangat sunyi ketika dia berbicara. Mereka berbicara jika dia tetap diam. Dia tidak pernah memiliki komentar jenaka di sisinya.

Dia menertawakan apa yang membuat mereka tertawa dan bertanya-tanya apa yang membuat mereka bertanya-tanya. Dia sabar dengan orang asing atas kekasaran ucapan dan permintaannya, meskipun teman-temannya juga menjawab dengan kasar. 

Beliau bersabda, “Jika kamu melihat orang yang membutuhkan pertolongan maka tolonglah. Janganlah menerima pujian kecuali dari yang pantas. Jangan memotong pembicaraan seseorang sampai dia mengizinkan, atau memotongnya karena sudah selesai dan mapan.” (HR Thabrani)

Kemuliaan Nabi Muhammad SAW semakin terlihat saat kita menelusuri sejarah hidupnya. Bagaimana ketepatannya dalam berakting saat berhadapan dengan berbagai orang dengan karakter yang berbeda-beda? 

Simak kisah legendaris berikut ini:

Suatu hari di Masjid Nabawi, mengenakan jubah Najran kasar, Nabi Muhammad berjalan ke pintu masjid. Tiba-tiba dari belakang muncul seorang Arab Badui dan segera menarik ujung jubah Nabi untuk membuat tanda di kerutan lehernya. “Wahai Muhammad, berikan aku harta Allah yang ada padamu!” bentak orang itu. 

Bagaimana reaksi Nabi? Dia menatapnya sambil tersenyum, lalu berkata kepada seorang teman, "Berikan dia kekayaanku!"

Dalam kisah lain, seorang pria dari suku Quraisy menceritakan kisahnya. “Ketika ada penaklukan Mekah, tidak ada orang yang saya benci lebih dari Muhammad. Namun, apa yang tidak saya duga, dia berjalan di depan saya. Aku melihat ke bawah dengan ketakutan. 

Saya tidak tahu mengapa dia bertanya kepada saya, 'Wahai anak saudaraku, apa yang kamu lakukan?' Saya langsung menjawab bahwa saya sedang berdzikir kepada Allah. 

Dia tersenyum lalu mendekatiku dan meletakkan telapak tangannya di dadaku sehingga hatiku semakin bergetar. 'Semoga Allah melebarkan dadamu!' dia berkata. Sejak saat itu tidak ada orang yang paling kucintai selain dia.”

Sejatinya, hati yang murni, pikiran yang jernih, pemahaman yang sempurna, dan bimbingan ilahi yang sempurna adalah sumber dari segala keagungan moral. 

Semua peran yang dimainkannya dan semua Atas dasar itulah tindakan yang dilakukannya, sehingga misi Nabi Muhammad SAW sebagai manusia sempurna dapat terlaksana dengan baik.

Posting Komentar untuk " Nabi Muhammad SAW di Utus Sebagai Penyempurna Ahlak Manusia"