Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Siapakah Bapaknya Sunan Kalijaga?

Sunan Kalijaga
credit:instagram@ulamanusantaracom

Seperti kita ketahui bahwa Sunan Kalijaga merupakan salah seorang wali dari Walisongo yang menyebarkan agama Islam di pulau Jawa pada masa lalu. Namun diantara kita mungkin masih belum mengetahui hal - hal penting yang terkait dengan Sunan Kalijaga tersebut, dan artikel ini akan membahas tentang hal tersebut.

Siapakah sebenarnya bapaknya Sunan Kalijaga? Sepertinya pertanyaan tersebut banyak dibicarakan oleh masyarakat sejarah karena terdapat beberapa versi yang menyebutkan siapakah beliau sebenarnya.

Meskipun terdapat beberapa versi, namun semua versi ini sepertinya memiliki korelasi yang juga terpaut sejarah sehingga sulit dibedakan antara fakta dan mitos. Namun, setiap orang sepertinya boleh menganggap sah cerita mana saja yang dipercayai atau diyakini.

Satu versi mengatakan bahwa bapak dari Sunan Kalijaga atau ada juga yang menyebutnya Sunan Gunung Jati dan sebutan lainnya adalah Syarif Hidayatullah adalah seorang musafir serta mubaligh yang datang dari tahan India tepatnya dari Gujarat. Pria asal Gujarat tersebut bernama Syarif Abdullah dan dikenal di Tanah Jawa sebagai seorang sufi bernama Syeikh Maulana Akbar.

Akan tetapi, terdapat versi lain dari cerita ini yang mengatakan bahwa Sunan Kalijaga merupakan anak dari Tumenggu Wilwatikta. Kepercayaan ini atau bisa juga disebut dengan mitos berkembang di tataran masyarakat Jawa yang juga percaya kepada hal-hal gaib di luar sejarah. Sunan Kalijaga kemudian dipercaya sebagai sosok yang menyebarkan ajaran Islam di wilayah Jawa.

Versi lainnya mengenai siapa bapak dari Sunan Kalijaga datang dari negeri bambu Cina. Versi yang ini meyakini bahwa Sunan Kalijaga merupakan seorang anak Putri Cina yang pulang ke tanah Jawa membawa banyak harta untuk dibagikan sehingga menjadi sunan yang terkenal akan kedermawanannya.

Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa Sunan Kalijaga menikah dengan seorang Putri Raja Tanah Sunda yang pada saat itu dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja dari Nyai Subang Larang yang bernama Rara Larang.

Dari sekian banyak versi cerita, tidak ada satu cerita pun yang dipastikan benar-benar fakta sejarah karena hampir semua pengikut Sunan Kalijaga hanya mementingkan ajaran yang disebarkan oleh sunan tersebut dibandingkan dengan dari mana asslnya atau siapa bapaknya Sunan Kalijaga.

Mengenai hal itu, masyarakat sepertinya tidak terlalu memikirkan. Yang pasti, ajaran Sunan Kalijaga sudah menjadi panutan.

Posisi Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga merupakan salah seorang dari Wali Songo dan satu-satunya yang menyebarkan agama islam di tanah Jawa. Pada saat itu, masyarakat tanah Jawa masih banyak yang melakukan ritual ibadah atau memeluk agama Hindu dan Budha.

Namun, kedatangan pedagang dari Tanah Gujarat, Persia dan Maroko mengubah perekonomian sekaligus kepercayaan masyarakat di dalamnya sehingga akhirnya muncullah ajaran sufistik di wilayah tersebut.

Sebagian masyarakat pada saat itu tidak terlalu meyakini ajaran agama yang dibawa oleh para pedagang sampai akhirnya untuk mengakali bagaimana ajaran agama ini dapat menyebar dan menjadi sebuah ajaran agama yang benar di Tanah Jawa, para pedagang tersebut menikahi puteri-puteri raja.

Strategi tersebut terbukti ampuh membawa perubahan yang signifikan terhadap pola kehidupan dan kepercayaan masyarakat setempat yang tadinya masih menganut agama Hindu dan Budha berkembang menjadi para penganut ajaran agama Islam.

Beberapa kerajaan yang masih dari keturunan Mataram Kuno dan Majapahit masih memegang ajaran agama Hindu pada saat itu, namun pernikahan yang dilakukan dengan puteri raja membuat agama tersebut lambat laun bisa diterima oleh masyarakatnya, bahkan menjadi agama yang kuat.

Berbeda dengan pedagang lainnya, Sunan Kalijaga yang berposisi sebagai pendatang juga tetap mengajarkan dan menyebarkan ajaran agama Islam dengan cara yang berbeda dari yang lain. Ia menyebarkan media suluk atau seni suluk untuk menyebarkan ajaran tersebut.

Hal ini dilihatnya sebagai suatu kebudayaan yang lambat laun akan membuat masyaraat tersentuh hingga pada akhirnya masyarakat mau menerima ajaran yang pada awalnya ditolak dan tidak diyakininya sama sekali. 

Kesenian yang dibawa Sunan Kalijaga ini pun merebak dan membuat persebaran yang kuat di kalangan masyarakat Jawa.

Semakin lama, Sunan Kalijaga pun semakin terkenal sebagai seorang seniman yang mengajarkan nilai-nilai spiritual di dalamnya sehingga memperoleh banyak dukungan dari pengikutnya.

Kerajaan Cirebon yang menjadi wilayah kekuasaannya pun kemudian menyebar ke wilayah lain di sekitarnya hingga seluruh masyarakat Jawa mengetahui mitos, cerita, legenda, dan hal lain yang berkenaan dengan Sunan Kalijaga. Meskipun dari sekian banyak hal tersebut tidak ada yang bisa dibuktikan secara pasti kebenarannya.

Lambat laun kebesaran agama Islam di Tanah Jawa semakin kuat hingga saat ini mayoritas kepercayaan beragama masyarakat di sana adalah Islam. Meski seiring berjalannya waktu, kemajuan tanah, perekonomian, sosial, dan budayanya pun tidak sekental zaman dahulu.

Kesenian Sebagai Media Sunan Kalijaga

Mengapa para wali menggunakan kesenian budaya lokal untuk menyebarkan agama Islam pada masa itu? Ini merupakan strategi agar Islam dapat diterima di masyarakat Jawa sebagai sebuah kepercayaan dan agama yang benar.

Dilakukan penyebaran agama dengan media kesenian menjadikan penyebaran agama Islm dirasakan lebih halus, bahkan mungin tidak terasa sama sekali sehingga hampir seluruh masyarakat tidak menyadarinya.

Dalam kesenian tersebut setidaknya ada sebuah nyanyian yang menggunakan bahasa Sansekerta yang masih merujuk pada kepercayaan Hindu Budha sehingga tidak heran jika masyarakat pada saat itu tidak menyadari kehadiran kesenian tersebut sebagai media penyebaran agama Islam.

Dengan telaten Sunan Kalijaga pun mengubah nyanyian tersebut dengan menggunakan ayat-ayat Al Quran sehingga hal itu berlangsung secara perlahan dan diikuti oleh masyarakat di alam bawah sadar mereka.

Ada beberapa kesenian yang kemudian menjadi media penyebaran agama Islam di Tanah Jawa di antaranya suluk, wayang kulit, wayang golek, dan pantun.

Namun, metode-metode tersebut tidak lagi bisa diterima di masyarakat modern yang semakin lama semakin meninggalkan budaya lokal. Akibatnya, jarang pula ada yang memahami kehidupan sejarah atau fakta sebenarnya dari mitos atau legenda yang ada di tanah air.

Termasuk dalam hal menemukan siapa sebenarnya Sunan Kalijaga, dari mana asalnya, apakah memang benar-benar keturunana Gujarat atau bukan, dan hal lain yang mungkin masih menjadi pertanyaan para peneliti budaya dan sejarah.

Akan tetapi, hal tersebut tidak menjadi hambatan bagi masyarakat di tanah Jawa untuk tetap mengabadikan Sunan Kalijaga sebagai bagian dari riwayat hidupnya Islam di tanah Jawa sehingga masyarakat tetap mengelu-elukan dia sebagai penyebar ajaran yang benar, sebagai pahlawan yang bisa memberikan pencerahan kepada masyarakat Jawa.

Hal ini memperlihatkan bahwa pada dasrany, masyarakat Indonesia tidak terlalu perduli terhadap hal-hal yang berkaitan dengan sejarah sehingga nilai-nilai historis dikesampingkan dan nilai-nilai masa kini lebih diprioritaskan.

Alhasil, pertanyaaan mengenai siapakah bapaknya Sunan Kalijaga yang asli pun hingga kini masih menjadi objek penelitian yang belum juga usai, menjadi perdebatan yang masih panjang, bahkan mungkin menjadi sebuah misteri yang tidak akan pernah terkuak.

Lantas, apa yang seyogyanya dilakukan oleh masyarakat Indonesia agar jangan lagi terjadi ketidaktahuan nilai historis seperti ini? Jagalah sejarah bangsa dan budaya kita! Karena hanya kita, masyarakat Indonesia yang berperan sebagai penerus budaya bangsa.

Posting Komentar untuk " Siapakah Bapaknya Sunan Kalijaga?"