Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Arti Kesabaran dan Keikhlasan

Arti Kesabaran dan Keikhlasan
credit:instagram@nurulhaqidahapriliaani

Arti kesabaran dan keikhlasan yang sesungguhnya hanya bisa ditemui pada seseorang yang telah mampu menerima kenyataan yang tengah dihadapi. Setiap manusia di muka bumi pasti diciptakan lengkap dengan permasalahan yang akan dihadapinya. 

Masalah - masalah tersebut adalah permasalahan yang menyangkut nasib atau takdirnya. Jika seseorang diciptakan untuk menemui nasib yang buruk, maka ia masih memiliki kemungkinan untuk mengubah nasibnya menjadi lebih baik. 

Hal tersebut dapat dilakukan dengan kerja keras, usaha, serta keinginan yang besar untuk menciptakan suatu perubahan.

Berbeda halnya dengan takdir. Ketika seseorang misalnya ditakdirkan untuk mendapatkan jodoh orang yang sangat jahat, maka ia tidak akan mampu mengubah kuasa tersebut. Pada akhirnya seseorang hanya perlu menerima takdirnya dengan sabar dan ikhlas, kemudian berusaha mengubah nasibnya.

Kesabaran dan Hawa Nafsu

Sifat sabar merupakan sifat yang sangat disukai oleh Allah SWT. Allah menjanjikan pada umatnya untuk selalu bersabar, karena sesungguhnya Allah selalu berada di dekat orang-orang yang sabar. 

Para nabi dan rasul dalam dakwahnya juga selalu memerintahkan umatnya untuk selalu bersifat sabar. Sabar terhadap siapa pun, baik pada orang yang aniaya terhadap diri kita, orang yang zalim, atau pun hal-hal yang tidak berkenan terjadi pada diri kita.

Menjalankan kesabaran memang hal yang tidak mudah, namun bukan juga yang cukup sulit. Sekali pun kita termasuk ke dalam golongan orang yang tidak mudah untuk dapat bersabar, namun dengan mencoba untuk bersabar dan menahan hawa nafsu tentu sudah menjadi nilai dan pahala tersendiri bagi diri kita.

Kesabaran perlu ditegakkan dari dalam diri. Kesabaran diciptakan dari benteng hati yang kuat. Untuk bersabar, seseorang hanya perlu melawan pikiran buruk atau pun kotornya dan menenangkan hati yang sedang dilanda hawa nafsu.

Hawa nafsu pun banyak kategorinya. Dari mulai hawa nafsu untuk marah, menganiaya, atau pun keinginan-keinginan untuk menyakiti orang lain yang mengusik diri kita, seperti keinginan untuk bersikap jahat dengan bertindak kekerasan, merusak, menganiaya, berbuat zalim, hingga membunuh.

Kemudian hawa nafsu yang berasal dari dorongan hasrat seperti nafsu birahi, atau pun nafsu untuk berbuat ria dan mubadzir. Dari semua nafsu tersebut, contoh-contoh yang bisa diambil pun sudah sangat banyak terjadi di sekitar kita.

Nafsu untuk marah seringkali terjadi pada kasus kekerasan dalam rumah tangga. Misalnya kasus suami menganiaya istri, atau pun ibu yang menganiaya anak akibat tidak kuat menanggung beban dan kesulitan rumah tangga. 

Nafsu untuk merusak atau pun bersikap jahat yang juga diiringi dengan kekerasan di antaranya banyak terjadi pada berbagai kasus tawuran antarpelajar maupun pemerkosaan yang kini semakin marak melalui berbagai tipu daya. Begitu pula dengan banyak kasus pembunuhan yang dilakukan dengan berbagai motif terencana atau tidak.

Nafsu seperti nafsu birahi juga seringkali terjadi dalam banyak hubungan rumah tangga, atau sebelum berumah tangga. 

Misalnya dengan perselingkuhan akibat orang ketiga, atau pun hubungan luar nikah yang sudah jelas larangannya dalam agama mana pun. Sedangkan nafsu berbuat ria dan mubadzir seringkali dijumpai hampir dalam setiap lini kehidupan.

Ketika kita ternyata menghabiskan banyak uang hanya untuk memenuhi kepuasan semata dengan berfoya-foya, berbelanja secara berlebihan hanya karena ingin memiliki barang ini dan itu, tanpa memperkirakan fungsi jangka panjang serta manfaat yang bisa didapat, sementara masih banyak orang yang ternyata membutuhkan bantuan tangan kita, sesungguhnya tanpa disadari kita pun telah berbuat ria dan mubadzir.

Melatih Kesabaran Melalui Pikiran

Melihat beberapa contoh di atas, setidaknya mata kita terbuka bahwa pada dasarnya hawa nafsu merupakan salah satu luapan emosi yang berasal dari pikiran dan ketenangan batin yang terganggu. 

Hawa nafsu tersebut semakin dibiarkan akan semakin membesar dan membakar emosi serta menggangu ketenangan pikiran. Ketika pikiran juga ikut terganggu, logika tidak lagi berfungsi dengan baik. Sehingga keinginan tidak dapat lagi dibendung dan tanpa kita sadari yang tersisa hanyalah penyesalan.

Oleh karena itu, hawa nafsu dalam bentuk apa pun hanya mampu diredam dengan kesabaran.  Kesabaran yang baik bisa didapat dengan menyelimuti hati dengan ketenangan yang sifatnya religi. 

Hal seperti ini bisa dilakukan dengan mendekatkan diri dengan Tuhan, bermeditasi serta melakukan banyak aktivitas sosial yang melatih kita untuk lebih mempergunakan kesabaran.

Hal ini perlu dilakukan untuk membuka pikiran bahwa kebergantungan yang sesungguhnya bukan didapat dari berbagai hal yang bersifat duniawi semata. Selama kita masih berpegang pada hal-hal yang bersifat duniawi, akan semakin sulit diri kita untuk mengupayakan arti kesabaran dan keikhlasan.

Sempurna dengan Ikhlas

Manusia merupakan makhluk yang tercipta lengkap dengan ketidaksempurnaannya. Sebaik-baiknya manusia pasti masih memiliki keburukan, begitu juga sebaliknya. Sedangkan sebaik-baiknya orang adalah yang menyadari ketidaksempurnaanya dan bersabar dalam menghadapi kenyataan tersebut.

Ketika seseorang mampu bersabar untuk menghadapi segala sesuatu yang tengah dihadapinya, baik yang berasal dari dalam misalnya kekurangan diri yang terletak pada sifat, adat atau pun fisik, dan yang berasal dari luar misalnya tekanan keadaan yang berakibat pada batin serta mental, atau pun tekanan fisik, maka seseorang secara perlahan juga sedang menjalani kebiasaan untuk menerima apa yang terjadi pada dirinya.

Hal yang rancu untuk menyatakan bahwa seorang sudah dalam keadaan ikhlas atau menerima begitu saja yang terjadi pada dirinya. Ikhlas bukan berarti tidak mengusahakan apa-apa. 

Ikhlas adalah berupaya lebih baik baik menerima keadaan tanpa banyak mengeluh, dengan tetap mengusahakan yang terbaik serta mengubah hal-hal buruk menjadi lebih baik, terutama yang berawal dari diri sendiri.

Seseorang yang telah menjalani proses menuju ikhlas, akan mengalami kondisi spiritual terutama yang berhubungan dengan ketenangan batin. 

Tidak akan ada orang yang bisa menempuh ujian keikhlasan jika sebelumnya tidak melalui proses kesabaran. Serta tidak ada orang yang mampu bersabar jika ia tidak mengikhlaskan dirinya untuk melepaskan hawa nafsu.

Kesabaran dan keikhlasan merupakan dua komponen berbeda yang akan selalu mengisi satu sama lain. Tidak dapat dibayangkan dan hanya bisa dirasakan setelah dijalani. 

Untuk memulainya, yang terpenting seseorang hanya perlu berpikir positif, dengan memikirkan hal yang baik, berharap yang baik, bersikap yang baik, dan mendoakan hal-hal yang baik pula. 

Sehingga kebaikan dapat membawa energi positif yang mampu mengantar untuk memahami arti kesabaran dan keikhlasan yang sesungguhnya.

Posting Komentar untuk " Arti Kesabaran dan Keikhlasan"