Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Baju Baru dan Uang Baru di Hari Raya Iedul Fitri (Lebaran)

Uang baru
credit:[email protected]_interiordesign

Masyarakat yang merayakan Idul Fitri, sepertinya sudah tidak bisa dilepaskan dari tradisi membeli baju baru setiap kali merayakan Lebaran. Ibaratnya baju baru identik dengan Lebaran. 

Walaupun kecenderungan masyarakat sekarang membeli baju baru tidak harus pada momen Lebaran. Namun, hampir dapat dipastikan mayoritas masyarakat Indonesia, setiap Lebaran pasti membeli baju baru untuk menyambut hari kemenangan bagi umat muslim tersebut.

Rasanya belum afdol apabila saat Lebaran belum mengenakan baju baru, terutama bagi anak-anak dan remaja. Bagi mereka baju baru adalah segalanya di hari Lebaran. Maka tidak ayal, menjelang Lebaran, semua toko swalayan, mall, toko pakaian hingga pasar tradisional dipenuhi oleh warga yang hendak membeli baju baru Lebaran. 

Bahkan menjelang seminggu sebelum Lebaran hingga malam takbiran menjelang sholat Idul Fitri, semua toko pakaian disesaki oleh orang-orang yang mau berbelanja pakaian baju.

Para penjual baju Lebaran berlomba-lomba menarik sebanyak mungkin pembeli dengan memasang diskon besar-besaran. Diskon bahkan ada yang sampai 70%. Selain itu, ada yang memasang diskon ganda, artinya setelah mendapat diskon, mendapat diskon untuk yang kedua kalinya. Berbagai istilah diskon dipakai, seperti banting harga, cuci gudang, dan lainnya untuk menarik pembeli.

Sebagai contoh adalah Pasar Beringharjo di los yang menjual pakaian, seminggu menjelang Lebaran dipastikan juga disesaki oleh warga masyarakat. Berbagai jenis pakaian wanita maupun pria, mulai hem batik hingga rok batik dan baju anak-anak, banyak menjadi serbuan pembeli. 

Di pasar ini, pembeli masih bisa menawar barang sesuai dengan menawar. Keahlian menawar sangat diperlukan. Harga-harga hem batik pun bervariasi mulai Rp 30 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Begitu pula dengan jenis baju yang lain.

Sementara di swalayan dan mall juga tidak kalah ramainya. Di gerai pakaian, semua jenis pakaian dipadati oleh pengunjung yang hendak membeli baju Lebaran. Walaupun tempatnya agak luas, ketika menjelang Lebaran seperti saat ini, maka kenyamanan juga agak terganggu, karena mereka berdesak-desakan. 

Selain itu, harga pakaian di sini sudah tidak bisa ditawar lagi alias harga mati. Namun begitu pembelinya cukup banyak pula. Karena bagi mereka yang tidak mau repot-repot menawar, pilihan ke swalayan dan mall adalah prioritas. Selain itu, bagi para pembeli, kualitas dan merk adalah pertimbangan lain.

Lebaran juga identik dengan uang pitrah. Sebagian lain mengatakan uang angpau. Apapun namanya, yang jelas, saat Lebaran ini, adalah saat-saat yang pas membagikan rejeki berupa uang kepada sanak famili, terutama anak-anak. 

Pada waktu lalu, uang pitrah yang dibagikan biasanya tidak harus uang baru. Yang penting adalah uang asli dan jumlah yang diterima. Namun, sesuai perkembangannya, biasanya uang yang dibagikan oleh warga kepada sanak famili berupa uang baru.

Bagi yang mempunyai kesempatan dan mau antri, Bank Indonesia (BI) menyediakan tempat untuk menukar uang receh mulai dari Rp 1.000, Rp 2.000, Rp 5.000 hingga Rp Rp 20.000. Penukaran uang itu biasanya dilayani hari Senin hingga Kamis. 

Pada hari menjelang Lebaran, biasanya sebulan sebelumnya sudah mulai padat oleh warga yang antri. Namun bagi sebagian warga yang tidak mau antri, sekarang sudah ada penyedia jasa penukaran uang. 

Biasanya setiap tukar recehan Rp 100.000 mereka dapat tambahan 10% atau Rp 10.000. Warga dapat dengan bebas menukarkan uang sesuai dengan uang yang dimiliki atau kebutuhannya.

Itulah kebiasaan baru yang dilakukan oleh masyarakat menjelang Lebaran kaitannya dengan baju dan uang baru. Semoga saja, tradisi itu menambah makna perayaan Lebaran.

Posting Komentar untuk "Tradisi Baju Baru dan Uang Baru di Hari Raya Iedul Fitri (Lebaran)"