Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memahami Substansi Dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW Di Kota Madinah


Memahami Substansi Dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW Di Kota Madinah

Melanjutkan artikel pada postingan sebelumnya tentang bagaimana Memahami Substansi Dakwah Rasulullah Di Kota Mekkah dan bagaimana Memahami Strategi Dakwah Rasulullah SAW Periode Mekkah, maka pada artikel kali ini saya akan membahas tentang bagaimana Memahami Substansi Dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW Di Kota Madinah. Silahkan bagi Anda membaca dahulu artikel - artikel tersebut di atas.

Bagaiaman Cara Kita Dalam Memahami Substansi Dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW Di Kota Madinah?

Ketika Rasulullah SAW pertama kali tiba di kota Yatsrib atau Madinah, maka Rasulullah kemudian meletakkan dasar-dasar pembinaan bagi masyarakat Islam yang baru terbentuk itu. 

Rasulullah SAW menanamkan terlebih dahulu nilai - nilai dan norma yang mengatur hubungan sosial kemasyarakatan yang majemuk dan plural dalam segala aspek kehidupan sosial, ekonomi, politik, hukum dan lain-lain dengan dasar Al-Qur'an dan Sunah. 

Berikut ini adalah substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW di kota Madinah, antara lain sebagai berikut:

1. Mendirikan Masjid Quba'

Setiap hari setelah selesai shalat subuh para penduduk Madinah pergi ke luar kota menanti kedatangan Rasulullah SAW. 

Sementara itu Rasulullah SAW sudah tiba di Quba', sekitar dua farsakh jauhnya dari kota Madinah. Empat hari lamanya Rasulullah SAW tinggal di tempat tersebut, dengan ditemani oleh sahabat Abu Bakar Shidiq.

Dan selama kurun waktu empat hari itu, Rasulullah SAW membangun Masjid Quba'. Ali bin Abi Thalib datang ke tempat itu setelah selesai mengembalikan barang-barang amanat (yang dititipkan kepada Nabi Muhammad SAW) kepada para pemiliknya di kota Mekkah. 

Ia sendiri meninggalkan Mekkah, menempuh perjalanan ke Yasrib (Madinah) dengan berjalan kaki. 

Ketika rombongan Rasulullah SAW tiba di kota Madinah pada hari Jum‘at tanggal 12 Rabiul Awal (24 September tahun 622 M), seluruh umat Islam di Madinah menyambutnya dengan riang gembira. 

Mereka ingin sekali melihat Nabi yang menjadi panutan dan pemimpin mereka, karena selama ini mereka belum pernah melihatnya dengan kepala mereka sendiri.

Para pemuka dan tokoh kota Madinah menawarkan diri supaya Rasulullah SAW mau tinggal di kediaman mereka dengan segala persediaan kebutuhan yang telah dipersiapkan oleh mereka. Akan tetapi Rasulullah SAW secara halus meminta maaf  dan menolak ajakan mereka tersebut. 

Dalam perjalanan tersebut, ketika beliau tiba di sebuah tempat penjemuran kurma milik dari dua orang anak yatim dari Bani Najjar, unta yang di kendarai oleh Nabi berlutut (berhenti). 

Kemudian Rasulullah SAW turun dari untanya dan bertanya, “Kepunyaan siapa tempat ini?”. Kemudian ada seseorang yang menjawab “Kepunyaan Sahl dan Suhail bin Amr,” jawab Ma’adh bin Afra’. Dia adalah merupakan wali dari kedua anak yatim tersebut.

Kemudian Rasulullah SAW memutuskan untuk beristirahat di tempat di mana unta itu berhenti, dan sang tuan rumahpun sangat gembira menyambut keputusan beliau tersebut. 

Di samping itu, di tempat yang sama umat Islam Madinah meminta agar didirikan sebuah masjid sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal untuk beliau. Dengan senang, Rasulullah SAW mengabulkan permintaan umat Islam Madinah ini. 

Berikut ini adalah fungsi atau peranan masjid pada masa Rasulullah SAW, yaitu:
  • Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam (terutama ibadah, akidah dan akhlak).
  • Masjid merupakan tempat ibadah, khususnya shalat lima waktu, salat Jum'at, salat Tarawih, salat Idul Fitri, dan Idul Adha.
  • Masjid merupakan tempat untuk belajar dan mengajar tentang agama Islam berdasarkan Al-Qur;an dan Hadits.
  • Masjid berfungsi sebagai tempat pertemuan untuk menjalin hubungan persaudaraan antara sesama Muslim (ukhuwah Islamiah) demi terwujudnya persatuan dan kesatuan.
  • Menjadikan masjid sebagai sarana berbagai macam kegiatan sosial, seperti tempat penampungan zakat, infak, dan sedekah dan menyalurkannya kepada yang berhak menerimanya.
  • Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat pengobatan masyarakat dan para pejuang Islam yang terluka akibat perang melawan orang-orang kafir. Sejarah mencatat adanya seorang perawat wanita terkenal pada masa Rasulullah SAW yang bernama “Rafidah”.
  • Masjid sebagai tempat bermusyawarah dengan para sahabatnya. Masalah-masalah yang dimusyawarahkan misalnya tentang usaha-usaha untuk memajukan agama Islam, dan strategi peperangan melawan orang - orang kafir yang memusuhi Islam supaya memperoleh kemenangan.

2. Mempersaudarakan Antara Kaum Anshar Dan Muhajirin


Memahami Substansi Dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW Di Kota Madinah

Langkah ini merupakan langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Rasulullah SAW adalah dengan  mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar. 

Kaum Muhajirin adalah kaum muslimin yang berhijrah dari Mekkah ke Madinah. Sedangkan kaum Anshar adalah penduduk asli Madinah yang sudah memeluk agama Islam. 

Disebut sebagai kaum Anshar karena mereka mau menolong kaum Muhajirin. Di kota Madinah sendiri juga terdapat orang-orang musyrik dari sisa-sisa suku Aus dan Khazraj serta orang-orang keturunan Yahudi. Orang-orang Yahudi terdiri dari Bani Qainuqa, Bani Quraizah, Bani Nadhir dan Yahudi Khaibar.

Dengan kondisi penduduk Madinah yang bermacam-macam ini (plural), maka langkah pertama yang dilakukan oleh Rasulullah adalah menyusun strategi untuk mempererat persatuan diantara mereka, untuk menghilangkan rasa permusuhan di kalangan mereka. 

Untuk tujuan tersebut, maka Rasulullah SAW kemudian mengajak bersumpah atas nama Allah SWT agar kedua kelompok menjaga persaudaraan. 

Dengan menjaga persaudaraan ini maka kaum Muslimin akan bertambah kuat dan kokoh. Ternyata dikalangan kaum Anshar sendiri memperlihatkan sikap keramah-tamahan yang luar biasa terhadap saudara-saudara mereka dari kaum Muhajirin. 

Kaum Muhajirin telah meninggalkan kota Mekkah dengan meninggalkan segala apa yang mereka miliki. 

Sebagian besar ketika mereka memasuki kota Madinah hampir tak ada lagi yang bisa dimakan, karena sebagian besar mereka memang bukan dari kalangan orang berada dan berkecukupan.

Namun demikian mereka ternyata tidak mau menjadi beban bagi kaum Anshar. Sebagai contoh misalnya Abdurrahman menolak ketika Sa‘ad mau membagi dua harta bendanya. 

Abdurrahman  hanya minta ditunjukkan jalan ke pasar. Dan di pasar itulah ia mulai berdagang mentega dan keju. Mereka tidak kenal lelah untuk terus bekerja, sehingga dalam yang tidak lama, karena kemahirannya dalam berdagang maka ia telah dapat memperoleh kekayaannya kembali.

Selain menjadi pedagang, sebagian dari kaum Muhajirin memilih bertani, yakni dengan menggarap tanah milik orang-orang Anshar bersama-sama dengan pemiliknya. 

Kemudian datang segolongan orang-orang Arab yang datang ke Madinah dan menyatakan diri masuk Islam, dalam keadaan miskin dan serba kekurangan. 

Rasulullah SAW kemudian menyediakan mereka tempat di emperan masjid yang disebut sebagai "Shuffa" untuk tempat tinggal bagi mereka. Kata Shuffa sendiri berarti bagian masjid yang beratap. Oleh karena itu, mereka kemudian diberi nama Ahlushshuffa atau penghuni shuffa. 

Kelompok orang - orang ini oleh sebagian sejarawan Islam kemudian dianggap sebagai cikal bakal dari lahirnya kelompok sufi. Kebutuhan hidup mereka sehari-hari disumbang oleh kaum Muslimin, baik dari kalangan Muhajirin maupun Anshar yang sudah berkecukupan. 

Dengan tumbuhnya rasa persatuan dan persaudaraan diantara kaum muslimin yang sangat erat itu,maka Rasulullah SAW merasa sangat senang.

Kemudian Rasulullah SAW bermusyawarah dengan sahabat Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khattab tentang gagasan untuk mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar, sehingga terwujud persatuan yang kokoh. 

Hasil musyawarah tersebut kemudian memutuskan agar setiap orang Muhajrin mencari dan mengangkat seorang dari kalangan Anshar menjadi saudaranya senasab (seketurunan), dengan niat ikhlas karena Allah SWT. Sebaliknya  juga berlaku untuk orang  - orang dari kaum Anshar.

Rasulullah SAW kemudian memberikan contoh dengan mengajak Ali bin Abu Thalib sebagai saudaranya. Apa yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW tersebut kemudian dicontoh oleh seluruh sahabat misalnya:
  • Hamzah bin Abdul Muthalib, yakni paman Rasulullah SAW, dan seorang pahlawan Islam yang pemberani bersaudara dengan Zaid bin Haritsah, mantan hamba sahaya, yang kemudian dijadikan anak angkat Rasulullah SAW.
  • Abu Bakar ash-Shiddiq, bersaudara dengan Kharizah bin Zaid.
  • Umar bin Khattab bersaudara denga Itban bin Malik al-Khazraji (Anshar).
  • Abdurrahman bin Auf bersaudara dengan Sa’ad bin Rabi (Anshar).
Demikianlah seterusnya setiap orang dari kaum Muhajirin dan orang dari kaum Anshar, dipersaudarakan secara berpasagan seperti halnya saudara senasab (satu keturunan).

3. Membuat Piagam Madinah (Dustur Madinah)


Piagam Madinah

Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang majemuk dan sangat plural karena terdiri dari beberapa macam kaum muslimin yakni dari kalangan kaum Anshar dan kaum Muhajirin. 

Selain itu kaum dari bangsa yang lain juga hidup dan menetap di Madinah antara lain kaum Yahudi yang terdiri dari bani Quraizah, bani Nadhir, dan bani Qainuqa, kemudian dari kalangan bangsa Arab yang belum memeluk Islam. 

Kemajemukan masyarakat Madinah tersebut semakin bertambah kompleks setelah sebagian penduduknya memeluk agama Islam dan setelah Rasulullah SAW dan kaum Muhajirin hijrah ke Madinah. 

Kemajemukan kondisi masyarakat Madinah bukan hanya didasarkan atas perbedaan agama dan keyakinan saja, akan tetapi juga masalah etnis, suku bangsa, daerah, strata sosial dan kebiasaan atau adat-istiadat. 

Akibatnya adalah setiap kelompok dan golongan memiliki cara berpikir dan berperilaku sesuai dengan kepentingan kelompoknya masing - masing. 

Faktor perbedaan itulah yang kemudian sering menjadi penyebab timbulnya konflik diantara mereka. 

Dengan kondisi masyarakat Madinah yang seperti itu, maka Rasulullah SAW merasa perlu untuk membuat pranata  atau aturan tertentu sebagai panduan dalam kehidupan sosial-politik dan kemasyarakatan. 

Maka kemudian Rasulullah SAW membuat sebuah undang-undang dan peraturan yang dapat menciptakan rasa aman, damai atas dasar keserasian dan keadilan, serta dapat diterima oleh seluruh golongan dan etnis yang ada di kota Madinah tersebut. 

Undang-undang tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Piagam Madinah (Dustur Madinah), yang ditulis pada tahun kedua hijriyah atau tahun 623 M.

Menurut pendapat para ahli sejarah dan politik Islam, sebagain besar meyakini bahwa Piagam Madinah adalah konstitusi atau undang-undang dasar bagi negara Islam yang pertama kali di buat oleh Rasulullah SAW di Madinah. 

Berikut ini adalah kutipan naskah dan terjemahan piagam Madinah selengkapnya seperti dikutip dari www.nahimungkar.org sebagai berikut :

صحيفة المدينة
(Piagam Madinah)

بسم الله الرحمن الرحيم
هذا كتاب من محمد النبي صلىالله عليه وسلم بين المؤمنين والمسلمين من قريش ويثرب ومن تبعهم فلحق بهم وجاهد معهم.

Artinya:
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

Ini adalah piagam dari Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam, di kalangan mukminin dan muslimin (yang berasal dari) Quraisy  dan Yatsrib (Madinah), dan yang mengikuti mereka, menggabungkan diri dan berjuang bersama mereka.

١. انهم امة واحدة من دون الناس.

Pasal 1

Sesungguhnya mereka satu umat, lain dari (komuitas) manusia lain.

٢. المهاجرون من قر يش على ربعتهم يتعاقلون بينهم اخذالدية واعطائها وهم يفدون عانيهم بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 2

Kaum muhajirin dari Quraisy sesuai keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka dan mereka membayar tebusan tawanan dengan cara baik dan adil di antara mukminin.

٣. وبنوعوف على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 3

Banu Auf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٤. وبنوساعدة علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 4

Banu Sa’idah sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٥. وبنو الحرث على ربعتهم يتعاقلون الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 5

Banu Al-Hars sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٦. وبنوجشم علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 6

Banu Jusyam sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٧. وبنو النجار علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 7

Banu An-Najjar sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٨. وبنو عمرو بن عوف علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 8

Banu ‘Amr bin ‘Awf sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

٩. وبنو النبيت علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 9

Banu Al-Nabit sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

١٠. وبنو الاوس علىربعتهم يتعاقلون معاقلهم الاولى وكل طائفة منهم تفدى عانيها بالمعروف والقسط بين المؤمنين

Pasal 10

Banu Al-‘Aws sesuai dengan keadaan (kebiasaan) mereka bahu membahu membayar diat di antara mereka seperti semula, dan setiap suku membayar tebusan tawanan dengan  baik dan adil di antara mukminin.

١١. وان المؤمنين لايتركون مفرجا بينهم ان يعطوه بالمعروف فى فداء اوعقل.

Pasal 11

Sesungguhnya mukminin tidak boleh membiarkan orang yang berat menanggung utang diantara mereka tetapi membantunya dengan baik dalam pembayaran tebusan atau diat.

١٢. ولا يحالـف مؤمن مولى مؤمن دونه.

Pasal 12

Seorang mukmin tidak diperbolehkan membuat persekutuan dengan sekutu mukmin lainnya tanpa persetujuan dari padanya.

١٣. وان المؤمنين المتقين على من بغى منهم او ابتغى د سيعة ظلم اة اثم اوعدوان او فساد بين المؤمنين وان ايديهم عليه جميعا ولو كان ولد احدهم.

Pasal 13

Orang-orang mukmin yang taqwa harus menentang orangyang diantara mereka mencari atau menuntut sesuatu secara zalim , jahat, melakukan permusuhan atau kerusakan di kalangan mukminin. Kekuatan mereka bersatu dalam menentangnya, sekalipun ia anak dari salah seorang di antara mereka.

١٤. ولا يقتل مؤمن مؤمنا فى كافر ولا ينصر كافرا على مؤمن.

Pasal 14

Seorang mukmin tidak boleh membunuh orang beriman lainnya lantaran membunuh orang kafir. Tidak boleh pula orang beriman membantu orang kafir untuk (membunuh)  orang beriman.

١٥. وان ذمة الله واحدة يحيد عليهم اد ناهم وان المؤمنين يعضهم موالي بعض دون الناس.

Pasal 15

Jaminan Allah satu. Jaminan (perlindungan) diberikan oleh mereka yang dekat. Sesungguhnya mukminin itu saling membantu, tidak bergantung kepada golongan lain.

١٦. وانه من تبعنا من يهود فان له النصر والاسوة غير مظلومين ولا متناصر عليهم.

Pasal 16

Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak atas pertolongan dan santunan, sepanjang (mukminin) tidak terzalimi dan ditentang olehnya.

١٧. وان سلم المؤمنين واحدة لا يسالم مؤمن دون مؤمن في قتال في سبيل الله الا على سواء وعدل بينهم.

Pasal 17

Perdamaian mukminin adalah satu. Seorang mukmin tidak boleh membuat perdamaian tanpa ikut serta mukmin lainnya di dalam suatu peperangan di jalan Allah, kecuali atas dasar kesamaan dan keadilan di antara mereka.

١٨. وان كل غازية غزت معنا يعقب بعضها بعضا.

Pasal 18

Setiap pasukan yang berperang bersama kita harus bahu membahu satu sama lain.

١٩. وان المؤمنين يبئ بعضهم على بعض بـمانال دماءهم فىسبيل الله وان المؤمنين والمتقين على احسن هدى واقومه.

Pasal 19

Orang-orang mukmin itu membalas pembunuh mukmin lainnya dalam peperangan di jalan Allah. Orang-orang beriman dan bertakwa berada pada petunjuk yang terbaik dan lurus.

٢٠. وانه لايجير مشرك مالا لقر يش ولانفسا ولايحول دونه على مؤمن.

Pasal 20

Orang musyrik (Yatsrib) dilarang melindungi harta dan jiwa orang (musyrik) Quraisy, dan tidak boleh bercampur tangan melawan orang beriman.

٢١. وانه من اعتبط مؤمنا قتلا عن بينة فانه قودبه الا ان يرضى ولي المقتول وان المؤمنين عليه كافة ولايحل لهم الاقيام عليه.

Pasal 21

Barang siapa yang membunuh orang beriman dan cukup bukti atas perbuatannya, harus dihukum bunuh, kecuali wali terbunuh rela (menerima diat). Segenap orang beriman harus bersatu dalam menghukumnya.

٢٢. وانه لا يحل لمؤمن أقر بما فى هذه الصحيفة وآمن بالله واليوم الآخر ان ينصر محدثا ولا يـؤوية وانه من نصره او آواه فان عليه لعنة الله وغضبه يوم القيامة ولايـؤخذ منه صرف ولاعدل.

Pasal 22

Tidak dibenarkan orang mukmin yang mengakui piagam ini, percaya pada Allah dan Hari Akhir, untuk membantu pembunuh dan memberi tempat kediaman kepadanya. Siapa yang memberi bantuan dan menyediakan tempat tinggal bagi pelanggar itu, akan mendapat kutukan dari Allah pada hari kiamat, dan tidak diterima dari padanya penyesalan dan tebusan.

٢٣. وانكم مهما اختلفتم فيه من شيئ فان مرده الى الله عزوجل والى محمد صلى الله عليه وسلم

Pasal 23

Apabila kamu berselisih tentang sesuatu, penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah Azza Wa Jalla dan (keputusan) Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.

٢٤. وان اليهود ينفقون مع المؤمنين ماد اموا محاربين

Pasal 24

Kaum Yahudi memikul biaya bersama mukminin selama dalam peperangan.

٢٥. وان يهود بني عوف امة مع المؤمنين لليهود دينهم وللمسلمين دينهم مواليهم وانفسهم الا من ظلم واثم فانه لا يـوتخ الا نفسه واهل بيته.

Pasal 25

Kaum Yahudi dari Bani ‘Awf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum Yahudi agama mereka, dan bagi kaum muslimin agama mereka. Juga (kebebasan ini berlaku) bagi sekutu-sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi yang zalim dan jahat. Hal demikian akan merusak diri dan keluarga.

٢٦. وان ليهود بنى النجار مثل ماليهود بنى عوف

Pasal 26

Kaum Yahudi Banu Najjar diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٢٧. وان ليهود بنى الحرث مثل ماليهود بنى عوف

Pasal 27

Kaum Yahudi Banu Hars diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٢٨. وان ليهود بنى ساعدة مثل ماليهود بنى عوف

Pasal 28

Kaum Yahudi Banu Sa’idah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٢٩. وان ليهود بنى جشم مثل ماليهود بنى عوف

Pasal 29

Kaum Yahudi Banu Jusyam diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٣٠. وان ليهود بنى الاوس مثل ماليهود بنى عوف

Pasal 30

Kaum Yahudi Banu Al-‘Aws diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٣١. وان ليهود بنى ثعلبة مثل ماليهود بنى عوف الامن ظلم واثم فانه لا يوتخ الانفسه واهل بيته.

Pasal 31

Kaum Yahudi Banu Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٣٢. وان جفنه بطن ثعلبه كأ نفسهم

Pasal 32

Kaum Yahudi Banu Jafnah dari Sa’labah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٣٣. وان لبنى الشطيبة مثل ماليهود بنى عوف وان البر دون الاثم

Pasal 33

Kaum Yahudi Banu Syutaibah diperlakukan sama seperti Yahudi Banu ‘Awf.

٣٤. وان موالي ثعلبه كأنفسهم

Pasal 34

Sekutu-sekutu Sa’labah diperlakukan sama seperti mereka (Banu Sa’labah).

٣٥. وان بطانة يهود كأنفسهم

Pasal 35

Kerabat Yahudi (di luar kota Madinah) sama seperti mereka (Yahudi).

٣٦. وانه لا يخرج احدمنهم الا باذن محمد صلىالله عليه وسلم وانه لا ينحجرعلى ثار جرح وانه من فتك فبنفسه فتك واهل بيته الا من ظلم وان الله على ابرهذا.

Pasal 36

Tidak seorang pun dibenarkan (untuk berperang), kecuali seizin Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Ia tidak boleh dihalangi  (menuntut pembalasan) luka (yang dibuat orang lain). Siapa berbuat jahat (membunuh), maka balasan kejahatan itu akan menimpa diri dan keluarganya, kecuali ia teraniaya. Sesungguhnya Allah sangat membenarkan ketentuan ini.

٣٧. وان على اليهود نفقتهم وعلى المسلمين نفقتهم وان بينهم النصرعلى من حارب اهل هذه الصحيفة وان بينهم النصح والنصيحة والبر دون الاثم وانه لم يأثم امرؤ بـحليفه وان النصر للمظلوم.

Pasal 37

Bagi kaum Yahudi ada kewajiban biaya dan bagi mauk muslimin ada kewajiban biaya. Mereka (Yahudi dan muslimin) bantu membantu dalam menghadapi musuh piagam ini. Mereka saling memberi saran dan nasehat. Memenuhi janji lawan dari khianat. Seseorang tidak menanggung hukuman akibat (kesalahan) sekutunya. Pembelaan diberikan kepada pihak yang teraniaya.

٣٨. وان اليهود ينفقون مع المؤمنين مادا موا محاربين.

Pasal 38

Kaum Yahudi memikul bersama mukiminin selama dalam peperangan.

٣٩. وان يثرب حرام جوفهالاهل هذه الصحيفة.

Pasal 39

Sesungguhnya Yatsrib itu tanahnya haram (suci) bagi warga piagam ini.

٤٠. وان الجار كالنفس غير مضار ولااثم.

Pasal 40

Orang yang mendapat jaminan (diperlakukan) seperti diri penjamin, sepanjang tidak bertindak merugikan dan tidak khianat.

٤١. وانه لا تجارحرمة الا باذن اهلها

Pasal 41

Tidak boleh jaminan diberikan kecuali seizin ahlinya.

٤٢. وانه ما كان بين اهل هذه الصحيفة من حدث واشتجار يخاف فساده فان مرده الى الله عزوجل والى محمد صلىالله عليه وسلم وان الله على اتقى ما فى هذه الصحيفة وابره.

Pasal 42

Bila terjadi suatu peristiwa atau perselisihan di antara pendukung piagam ini, yang dikhawatirkan menimbulkan bahaya, diserahkan penyelesaiannya menurut (ketentuan) Allah 'Azza Wa Jalla, dan (keputusan) Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wasallam. Sesungguhnya Allah paling memelihara dan memandang baik isi piagam ini.

٤٣. وانه لاتجار قريش ولا من نصرها

Pasal 43

Sungguh tidak ada perlindungan bagi Quraisy (Mekkah) dan juga bagi pendukung mereka.

٤٤. وان بينهم النصر على من دهم يثرب.

Pasal 44

Mereka (pendukung piagam) bahu membahu dalam menghadapi penyerang kota Yatsrib.

٤٥. واذا دعوا الى صلح يصالحونه (ويلبسونه) فانهم يصالحونه ويلبسونه وانهم اذا دعوا الى مثل ذلك فانه لهم علىالمؤمنين الا من حارب فى الدين على كل اناس حصتهم من جابنهم الذى قبلهم.

Pasal 45

Apabila mereka (pendukung piagam) diajak berdamai dan mereka (pihak lawan) memenuhi perdamaian serta melaksanakan perdamaian itu, maka perdamaian itu harus dipatuhi. Jika mereka diajak berdamai seperti itu, kaum mukminin wajib memenuhi ajakan dan melaksanakan perdamaian itu, kecuali terhadap orang yang menyerang agama. Setiap orang wajib melaksanakan (kewajiban) masing-masing sesuai tugasnya.

٤٦. وان يهود الاوس مواليهم وانفسهم على مثل مالاهل هذه الصحيفة مع البر الحسن من اهل هذه الصحيفة وان البر دون الاثم.

Pasal 46

Kaum Yahudi Al-‘Aus, sekutu dan diri mereka memiliki hak dan kewajiban seperti kelompok lain pendukung piagam ini, dengan perlakuan yang baik dan penuh dari semua pendukung piagam ini. Sesungguhnya kebaikan (kesetiaan) itu berbeda dari kejahatan (pengkhianatan). Setiap orang bertanggung jawab atas perbuatannya. Sesungguhnya Allah paling membenarkan dan memandang baik isi piagam ini.

٤٧. ولا يكسب كاسب الاعلى نفسه وان الله على اصدق فى هذه الصحيفة وابره وانه لا يحول هذا الكتاب دون ظالم وآثم. وانه من خرج آمن ومن قعد آمن بالمدينة الا من ظلم واثم وان الله جار لمن بر واتقى ومحمد رسول الله صلى الله عليه وسلم

Pasal 47

Sesungguhnya piagam ini tidak membela orang zalim dan khianat. Orang yang keluar (bepergian) aman, dan orang berada di Madinah aman, kecuali orang yang zalim dan khianat. Allah adalah penjamin orang yang berbuat baik dan takwa. Dan Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasallam


Catatan kaki:

مقتطف من كتاب سيرة النبي ص.م. الجزء الـثانى ص 119-133 لابن هشام (أبى محمد عبد المـلك) المتوفى سنة 214 هـ.
Dikutip dari kitab Siratun-Nabiy Shallallahu ‘Alaihi Wasallam., juz II, halaman 119-133, karya Ibnu Hisyam (Abu Muhammad Abdul malik) wafat tahun 214 H.

Rumusan prinsip-prinsip dasar yang terdapat dalam Piagam Madinah tersebut memiliki pendapat yang berbeda - beda menurut para ahli. 

Salah satu pendapat dikemukakan oleh Muhammad Kholid, dimana beliau merumuskan 8 prinsip, antara lain sebagai berikut:
  • Kaum Muhajirin dan Anshar serta siapa saja yang ikut berjuang bersama mereka adalah umat yang satu.
  • Orang-orang mukmin harus bersatu menghadapi orang yang bersalah dan durhaka walaupun itu anaknya sendiri.
  • Jaminan Tuhan hanya satu dan sama untuk semua melindungi orang-orang kecil.
  • Orang-orang mukmin harus saling membela di antara mereka dan membela golongan lain, dan siapa saja kaum Yahudi yang mengikuti mereka berhak memperoleh pembelaan dan bantuan seperti yang diperoleh orang muslim.
  • Perdamaian orang muslim itu adalah satu.
  • Bila terjadi persengketaan di antara rakyat yang beriman, maka penyelesaiannya dikembalikan kepada hukum Tuhan dan kepada Muhammad sebagai kepala negara.
  • Kaum Yahudi adalah umat yang satu bersama kaum muslimin. Mereka bebas memeluk agama mereka.
  • Sesungguhnya tetangga adalah seperti diri kita sendiri, tidak boleh dilanggar haknya dan tidak boleh berbuat kesalahan kepadanya.


4. Mengutamakan Prinsip Musyawarah

Walaupun apa saja yang dikatakan oleh Rasulullah SAW selalu didengarkan dan dipatuhi oleh seluruh masyarakat Muslim di Madinah, pada kenyataannya Rasulullah SAW tidak bertindak secara otoriter dan selalu mengundang para sahabat serta  kaum Muslimin untuk bermusyawarah jika ada suatu masalah dan masalah tersebut tidak ada dalam perintah Allah SWT.

Rasulullah SAW sering berkonsultasi dengan para pengikutnya dalam memutuskan masalah-masalah sosial kemasyarakatan. 

Nabi terkadang bermusyawarah secara terbatas hanya dengan beberapa orang sahabat senior, dilain waktu beliau terkadang meminta pertimbangan dari orang-orang yang ahli dalam masalah yang dipersoalkan tersebut. 

Dan beliau kadang - kadang juga mengundang masyarakat umum jika masalah tersebut ada kaitannya dengan dampak umum yang ditimbulkan. 

Akan tetapi jika dalam memutuskan masalah tersebut Rasulullah SAW mendapatkan petunjuk dari Allah SWT, maka beliau tidak lagi bermusyawarah dengan para sahabat dan masyarakat umum.

Sebagai contoh misalnya:
  1. Dalam kasus peristiwa Perang Badar  (17 Ramadan tahun kedua hijriah/8 Januari 623 M), Rasulullah SAW memutuskan posisi pasukan Islam pada satu tempat dekat mata air. Hubab bin Mundzir dari kalangan Anshar menanyakan perihal tersebut kepada beliau, apakah hal itu atas perintah Allah, atau keputusan pribadi Rasulullah SAW sendiri. Beliau menjawab bahwa hal itu semata-mata karena keputusannya sendiri. Hubab kemudian mengemukakan kepada beliau bahwa tempat tersebut kurang tepat, kemudian dia mengusulkan ke tempat mata air yang lebih depan, alasannya adalah pasukan Islam harus membawa banyak tempat air untuk diisi dari mata air yang paling depan, kemudian mata airnya ditutup. Jika nanti pasukan Islam mundur, maka dapat mengisi air dari mata air di belakangnya. Nabi kemudian menyetujui usul Hubab tersebut. 
  2. Pada peristiwa Perang Khandaq, dimana atas usul sahabat Salman Al-Farisi, Rasulullah SAW kemudian menyetujui untuk membuat parit. 


Kedua peristiwa tersebut merupakan dua contoh dari beberapa peristiwa dijalankannya prinsip musyawarah oleh Rasulullah SAW untuk memecahkan persoalan yang tidak ada petunjuknya dari Allah SWT.

Demikianlah uraian artikel tentang bagaimana Memahami Substansi Dan Strategi Dakwah Rasulullah Saw Di Kota Madinah. 

Semoga berguna dan bermanfaat serta bisa menambah ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Posting Komentar untuk "Memahami Substansi Dan Strategi Dakwah Rasulullah SAW Di Kota Madinah"