Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memahami Substansi Dakwah Rasulullah Di Kota Mekkah


Memahami Substansi Dakwah Rasulullah Di Kota Mekkah

Sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai seorang rasul, kehidupan bangsa Arab sangatlah kelam sehingga zaman tersebut disebut sebagai zaman Jahiliyah. 

Zaman jahiliyah disebut juga sebagai zaman kebodohan atau zaman kegelapan karena kondisi masyarakat Arab pada waktu itu benar - benar bobrok baik dari segi ahlak, norma maupun tatanan sosial kemasyarakatan.

Kaum penguasa yang notabene adalah kaum yang berkuasa dengan sesuka hatinya menindas kaum yang lemah. Tindak kejahatan merajalela dimana - mana, terutama di alami oleh kaum wanita yang selalu menjadi korban tindak kejahatan dan pelecehan. 

Bangsa Arab kala itu adalah bangsa yang tidak mengenal adanya peri kemanusiaan dan keimanan. Kaum wanita selalu dipandang sebagai makhluk yang lemah dan hidup tertindas di bawah kekuasaan kaum pria. 

Bahkan kenyataan yang terjadi masa itu adalah bila bayi lahir seorang perempuan maka bayi tersebut akan dikubur hidup-hidup. Sungguh itu merupakan sebuah perbuatan yang keji dan kejam.

Bangsa Arab kala itu hidup dalam keadaan berfoya - foya, suka bermabuk - mabukan, berzina dan berjudi. Mereka sudah tidak lagi menghiraukan perintah dari Tuhan, karena mereka mereka justru menyembah berhala (patung).  

Mencuri dan merampok harta benda milik orang lain merupakan bagian dari kehidupan mereka sehari - hari. Apa yang ada dalam pikiran mereka adalah yang penting adalah hidup untuk makan, tidak peduli walaupun itu dengan merampas milik orang lain.

Peperangan antar suku dan kabilah di zaman itu adalah hal yang sangat lumrah terjadi. Itulah kondisi masyarakat dan bangsa Arab yang penuh dengan kegelapan dan kebodohan.

Melihat kenyataan yang demikian, Muhammad yang pada waktu itu belum diangkat oleh Allah SWT menjadi seorang Nabi dan Rasul, berkhalwat atau menyepi di sebuah gua yang bernama gua Hiro yang terletak di Jabal Nur di sebelah utara kota Mekah. 

Ketika Beliau sedang berkhalwat itulah pada suatu malam beliau di datangi oleh Malaikat Jibril yang di utus oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu yang pertama, yaitu lima ayat pertama dari surah Al-Alaq sebagai berikut:

اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ
خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ
اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ
عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ


Artinya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
Bacalah, dan Tuhanmu lah Yang Maha Pemurah
Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya

Turunnya wahyu pertama ini kemudian diikuti dengan turunnya wahyu berikutnya yaitu surah Al-muddassir ayat 1-7, sebagai berikut:

يَا أَيُّهَا الْمُدَّثِّرُ
قُمْ فَأَنْذِرْ
وَرَبَّكَ فَكَبِّرْ
وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُ
وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْ

Artinya:
Hai orang yang berkemul (berselimut)
bangunlah, lalu berilah peringatan!
dan Tuhanmu agungkanlah!
dan pakaianmu bersihkanlah
dan perbuatan dosa tinggalkanlah
dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak
Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah

Pengangkatan Nabi Muhammad SAW Sebagai Rasul

Dan ketika beliau telah berusia 40 tahun, maka Allah SWT mengutusnya menjadi rasul-Nya sebagai rahmat bagi sekalian alam. Beliau di utus untuk semua alam bukan hanya untuk bangsa Arab semata.  

Pengangkatan beliau sebagai seorang Nabi dan Rasul oleh Allah SWT, bertepatan dengan malam 17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M).

Jika di hitung perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW selama berada di kota Mekah (periode Mekah) berlangsung selama 13 tahun (610-622 M), dimana pada periode tersebut secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa Al-Qur’an sebanyak 4,726 ayat, yang meliputi 89 surah. 

Kemudian surah-surah dari Al-Qur'an yang diturunkan pada periode Mekah tersebut dinamakan sebagai Surah Makkiyyah.

Secara singkat tujuan dakwah dari Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah menjadikan masyarakat dan bangsa Arab meninggalkan  zaman jahiliyah, memperbaiki moral dan hukum, sehingga kembali kepada Allah SWT dan ajaran agama Islam yang disampaikannya untuk diamalkan  dalam kehidupan sehari-hari. 

Pada awal mula Rasulullah SAW berdakwah Rasulullah SAW, beliau melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi.  

Dakwah Rasul yang dilakukan secara sembunyi - sembunyi ini adalah dengan berdakwah agama islam kepada para kerabat, sahabat, hingga orang-orang yang berada disekitar rumahnya. 

Orang-orang yang kemudian mengikuti ajaran beliau dan masuk Islam pada saat itu disebut sebagai Assabiqunal Awwalun atau pemeluk Islam pertama, diantaranya: 
  • Khadijah binti Khuwailid
  • Ali bin Abi Thalib
  • Zaid bin Haritsah
  • Abu Bakar Ash-Shidiq
  • Ummu Aiman

Fakta Kondisi Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah

Pada masa itu khususnya dalam bidang agama, masyarakat Arab ketika itu sudah sangat menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah diajarkan oleh para Nabi dan Rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. 

Mereka justru memilih beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di sekeliling Ka’bah yang notabene merupakan rumah Allah SWT. Di antara berhala-berhala yang terkenal, diantaranya: 
  • Ma’abi
  • Hubai
  • Khuza’ah
  • Lata
  • Uzza
  • Manar

Selain itu, sebagian masyarakat Arab Jahiliyah kala itu ada yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in.

Berikut ini adalah substansi ajaran beliau pada masa periode Makkah, antara lain sebagai berikut :

1. Keesaan Allah SWT

Agama Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta ini adalah Allah SWT. Hanya Allah SWT lah  tempat bergantung bagi makhluk-Nya. 

Allah SWT tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada Tuhan selain Allah SWT, yang menyamai-Nya.

2. Hari Kiamat Sebagai Hari Pembalasan

Agama Islam mengajarkan bahwa matinya manusia, bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi merupakan awal dari kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kubur dan di alam akhirat.

Ketika selama hidupnya di dunia dia taat beribadah, beramal saleh, dan senantiasa berbudi pekerti yang baik, maka kelak di akhirat tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. 

Di alam kubur nya akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan ditempatkan di surga yang penuh dengan kenikmatan. 

Tetapi sebaliknya bagi dia yang ketika hidup di dunianya durhaka kepada Allah SWT dan banyak berbuat kejahatan, maka tentu setelah kematiannya akan mendapatkan siksa kubur dan dicampakkan ke dalam api neraka yang penuh dengan siksa. 

3. Kesucian Jiwa

Agama Islam menyerukan kepada seluruh umat manusia agar senantiasa berusaha menyucikan jiwanya, senantiasa beriman dan bertakwa dan meninggalkan segala perbuatan dosa serta durhaka kepada Allah SWT. 

Sungguh beruntung orang - orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginya bagi mereka yang mengotori jiwanya.

4. Persaudaraan Dan Persatuan

Persaudaraan dan persatuan adalah dua hal yang saling berkaitan dan berhubungan erat, karena persaudaraan merupakan landasan bagi terwujudnya persatuan. 

Agama Islam mengajarkan bahwa sesama orang beriman adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan sayang-menyayangi, di bawah ridha Allah SWT. 

Rasulullah SAW telah bersabda:


عَنْ أَبِي حَمْزَةَ أَنَسٍ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – خَادِمِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ” لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ” رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ

Artinya:
Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassallam, dari Nabi shalallahu ‘alaihi wassallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Selain itu sebagai sesama umat Islam, maka hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, jangan sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan. 

Jangan saling menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang teraniaya tanpa diberikan pertolongan. 

Bagi umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya yang du’afa, yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim.

Demikianlah uraian singkat mengenai Memahami Substansi Dakwah Rasulullah Di Kota Mekkah. Semoga bermanfaat dan bisa menambah ilmu pengetahuan Anda.

Posting Komentar untuk "Memahami Substansi Dakwah Rasulullah Di Kota Mekkah"