Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Gus Dur Di Tipu Orang-Sebuah Kisah Dari KH. Mustofa Bisri (Gus Mus)


Kisah Gus Dur Di Tipu Orang-Sebuah Kisah Dari KH. Mustofa Bisri (Gus Mus)
image via instagram@ngajibarenggg

Artikel berikut ini berisi kisah menarik tentang KH. Abdurrahman Wahid (GUSDUR), sebagaimana di sampaikan oleh KH. Mustofa Bisri, pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuth Thalibin, Rembang, Jawa Tengah yang di sampaikan pada sebuah kesempatan.

Dan berikut ini adalah penuturan Beliau (penulis melakukan sedikit improvisasi tata bahasa karena beliau menyampaikannya dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia), semoga bisa menginspirasi Anda dengan membacanya.

Di ceritakannya bahwa Almarhum Gus Dur itu pernah ngaji dengan Kyai Bisri Syamsuri yang merupakan seorang Kyai yang ahli dalam ilmu fikih, kemudian juga pernah belajar ke tambakberas dengan kyai Abdul Wahab Hasbullah dan Kyai Abdul Fattah yang merupakan ulama ahli ushul fikh dan ahli tasawuf. Gus Dur juga pernah (belajar) ke Kyai Ali Maksum yang terkenal sebagai seorang Kyai yang legaliter, kemudian juga pernah ngaji ke Sarang tempatnya Mbah Imam Sarang, dan Mbah Zubair Sarang kemudian berguru ke Kyai Khudori Tegalrejo. Dengan demikian dapat kita katakan bahwa Gus Dur ini menyerap ilmu dari banyak sekali Kyai dan ulama  mulai dari Kyai nahwu shorof sampai dengan Kyai ahli Tasawuf.

jadi kalau kita mengajinya hanya nahwu shorof saja, maka tidak akan bisa memahami Gus Dur, atau kita ngaji hanya fikih saja, juga tidak akan bisa memahami Gus Dur. Mengapa? Karena Gus Dur itu ngajinya mulai dari nahwu shorof, fikih, usul fikih, filsafat sampai dengan tasawuf.  Maka seperti telah dikatakan oleh bapak Quraish Shihab, banyak orang yang tidak paham dengan Gus Dur sekarang ini.  Ada orang yang mengajinya baru bab "sifat pemarah", sudah sombong,  mengaji baru Bab "sifat pemarah", lalu berhenti. karena sudah terlanjur populer sebagai Kyai dan Ustad.

Akhirnya yang terjadi kemudian dia dimana-mana selalu marah terus, karena dia tidak tahu bahwa setelah Bab "sifat pemarah", masih ada kelanjutannya, yakni  Bab "tawadhu", dan lain-lain.  Maka seharusnya jangan terkenal dulu. mengaji dulu sampai tamat kemudian nanti baru terkenal.  Ciri-ciri orang yang mengajinya belum tamat tetapi sudah terlanjur terkenal, itu kalau ditanya tentang persoalan apa saja, pasti selalu menjawabnya.  Itu adalah ciri-cirinya.

Misalnya dia ditanya soal agama dijawab, ditanya soal politik dijawab dan seterusnya. Itu adalah tanda bahwasannya dia itu bodoh atau goblok. Kalau Gus Dur tidak terkejut sama sekali dengan apapun. Walaupun ada masalah apapun beliau tidak terkejut atau kaget.  Tidak ada hal yang membuat Gus Dur menjadi kaget. Kalau anda ingin (mengetahui) tentang Gus Dur dari berbagai persepsi dan dari segala macam sudut pandang, saat ini sudah banyak sekali di tulis (oleh) orang - orang.

Belum lama ini, Kyai Husein menulis tentang Gusdur dalam sebuah bukunya yang berjudul "zuhud",  jadi beliau ini memandang Gusdur dari segi kezuhudannya. Masyarakat Indonesia kini sedang senang - senangnya berpikir tentang masalah duniawi, karena faktanya adalah orang yang sudah punya kekayaan melimpah akan  tetapi ternyata juga masih mau mengkorupsi uang rakyat. Lha ini menulis sebuah buku kok malah membahas tentang persoalan zuhud? Apakah bukunya akan laku? Saya tidak yakin kalau bukunya akan laku keras. Wa mā adrāka mā zuhud ? Apakah engkau mengetahui zuhud itu?

Lebih lanjut menurut Gus Mus, beliau tidak akan menggaris bawahi apa yang ditulis oleh Kyai Husein tersebut karena kuatir nanti malah kita tidak kuat untuk membaca dan mencerna maknanya. Lebih baik carilah buku yang kira - kira bisa dan mudah di cerna dari Gus Dur.  Ada banyak sekali buku dan tulisan tentang Gus Dur, misalnya Gus Dur sebagai negarawan, Gus Dur sebagai manusia dan Gus Dur sebagai tokoh pluralisme. "Membahas tentang "zuhud" ini menurut saya terlalu tinggi kelasnya, jadi saya akan menyederhanakan saja supaya agak turun sedikit." kata Gus Mus.  Jangan (bicara) tentang zuhud lah, terlalu tinggi Gus Dur itu.

Sebagai contoh, coba anda bayangkan saja mulai jadi gelandangan. Dahulu Gus Dur itu adalah seorang gelandangan.  "Saya tahu karna saya juga gelandangan." Kata Gus Mus.  "Kalau saya ke jakarta, pasti mampir ke tempat beliau, dan itu beliau masih sewa rumah disana kemudian pindah kesini, dari sini lalu pindah lagi, pindah lagi sehongga mirip kucing saja". Lanjut Gus Mus.  Sejak jadi gelandangan di mesir, Kairo sampai di Jakarta sampai beliau jadi pengurus NU sampai jadi Presiden Gus Dur itu tidak punya rumah.

Menurut Gus Mus, selama hidupnya Gus Dur tidak pernah memiliki dompet. Hal ini pernah di konfirmasikan langsung kepada anak beliau.  "Setahu saya, Gus Dur tidak punya dompet ya? betul? Beliau tidak punya dompet, sementar saya walaupun sudah dipanggil al mukaram saya masih punya dompet 2, satu dompet untuk rupiah, dan satu dompet lagi untuk dolar." Kata Gus Mus. Saya teringat ketika suatu kali di RSCM (rumah sakit) Gus Dur kepengin makan Bakso, beliau itu hutang uang ke Lisa (anak Gusdur), disitu saya menangis kalau ingat beliau" Lanjut Gud Mus.

Gus dur itu tidak hanya memberi orang. Kata habib syekh : "memberi hutang lebih banyak pahalanya daripada sekedar memberi" kenapa? Karena kalau ada orang yang memberikan sesuatu, orang yang diberi  sesuatu itu belum tentu butuh. Tapi kalau sampai berhutang itu pasti sudah butuh sekali.

Tingkatan seorang Gus Dur berada di atas itu.  Gus dur itu sering di tipu orang. Orang yang menipu, mengira kalau Gus Dur tidak tahu (kalau dia ditipu), padahal Gus dur tahu (kalau dia ditipu). Saya bilang "GUS, orang itu kan tukang tipu" "tapi kok masih di beri terus?" Gusdur menjawab, "Kamu tidak ingat ya?" "Memberi hutang saja "pahalanya lebih banyak dari memberi" "Apalagi kalo sudah sampai ditipu". Jadi orang yang menipu itu pasti membutuhkan sekali. Kalau dalam bahasa arab itu disebut sebagai fakir. Fakir itu orang yang sangat membutuhkan, maka dikatakan sebagai fakir, sementara kalau orang yang kaya namanya ghoni, karena itulah maka Allah SWT kemudian disebut juga al ghoniyyu hamid

Tuhan itu tidak membutuhkan apa-apa, karena yang membutuhkan adalah kita. Kita membutuhkannya pun caranya macam-macam, ada yang sampai berhutang bahkan sampai ada yang menipu orang.  Kalau sudah sampai menipu, maka itu berarti fakir nya sudah luar biasa dan ternyata di Indonesia ini banyak sekali fakir seperti itu.

Jangan - jangan hal itu disebabkan karena kita tidak pernah berdoa meminta kaya kepada Allah SWT sehingga menjadi fakir. Gus Dur itu kaya sekali, akan tetapi beliau tidak punya dompet, kenapa? Itu karena Gus Dur tidak butuh apa-apa. Beliau itu butuhnya paling hanya kalau kepengin bakso lalu hutang ke anaknya dan itu sudah cukup bagi beliau.

Ada banyak sekali sebenarnya sisi menarik dari seorang GusDur, dan Gus Mus ini cukup mengetahui banyak sekali hal itu, karena beliau adalah salah seorang teman karib GusDur semasa hidupnya.

Demikianlah sebuah kisah menarik tentang seorang Gus Dur sebagaimana yang di sampaikan oleh Kyai Haji Mustofa Bisri (Gus Mus), semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi bagi Anda.

Posting Komentar untuk "Kisah Gus Dur Di Tipu Orang-Sebuah Kisah Dari KH. Mustofa Bisri (Gus Mus)"