Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Biografi H Samanhudi: Sosok Penggagas Sarekat Islam (SI)

Biografi H Samanhudi: Sosok Penggagas Sarekat Islam (SI)
credit:instagram@hajisamanhudi

Pada postingan artikel kali ini kita akan membahas tentang Biografi H Samanhudi. Mungkin di zaman sekarang ini tidak banyak lagi yang mengenal beliau. Bahkan mendengar namanya pun mungkin terasa asing. Sebenarnya siapakah Haji Samanhudi itu? Mengapa orang harus membuat biografi tentang beliau?

Tentu kita tahu, seseorang yang dituliskan biografi tentang dirinya pastilah seorang yang memiliki pengaruh yang luar biasa. Atau, bisa dikatakan seorang yang telah menorehkan hal yang berarti di dalam catatan perjalanan hidupnya dan goresan itu memberi warna pada kehidupan banyak orang.

Haji Samanhudi atau bernama lengkap Kyai Haji Samanhudi adalah seorang tokoh yang dilahirkan di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, tepatnya pada tanggal 8 Oktober 1879.  

Awal Hidup yang Penuh Tantangan

Haji Samanhudi, atau yang memiliki nama kecil Sudarno Nadi, hanya bisa melanjutkan pendidikannya hingga tingkat sekolah dasar di masa penjajahan Belanda. Ini bukanlah pilihan, melainkan keterbatasan yang diberikan oleh kebijakan penjajah pada saat itu. Namun, keterbatasan tersebut tidak pernah menghentikan semangatnya.

Perjuangan Melalui Dagang dan Agama

Sudarno Nadi yang juga bernama Wiryowikoro ini tidak sampai menamatkan sekolahnya karena keterbatasan yang disebabkan oleh kebijakan penjajah Belanda di zaman itu jualah yang menjadi penyebabnya. Akhirnya pemuda Sudarno Nadi memutuskan untuk pergi ke Surabaya untuk berdagang sambil mendalami ilmu agama.

Memperjuangkan Kepentingan Pedagang Pribumi

Apa yang mendorongnya untuk mendirikan SDI? Haji Samanhudi merasa bahwa penjajah Belanda memberikan perlakuan yang tidak adil kepada pedagang pribumi. Mereka lebih memihak pedagang Tionghoa, memberikan hak monopoli kepada mereka, sementara pedagang pribumi terus menerima tekanan yang menghambat perkembangan usaha mereka.

Ada dua alasan mendasar yang mendorong pendirian SDI. Pertama, persaingan dengan pedagang Tionghoa yang lebih unggul dalam perdagangan batik. Kedua, tekanan dari kaum bangsawan yang membuat Haji Samanhudi merasa perlu beraksi untuk membantu pedagang pribumi.

Organisasi ini memperoleh dukungan yang besar dari berbagai kalangan. Bukan hanya pedagang, tetapi juga masyarakat umum bergabung dengan SDI. Bahkan, cabang-cabang SDI tumbuh seperti jamur di musim hujan, bahkan di luar kota Solo.

Dari SDI Menjadi Sarekat Islam

Hal ini tentu saja menimbulkan kecemasan di hati penjajah Belanda. Apalagi atas dorongan sejumlah pemuda dan pengurus, SDI berubah menjadi partai politik. Tepatnya, pada tanggal 10 di bulan September 1912, Sarekat Dagang Islam pun berubah menjadi Sarekat Islam.

Sejak itu, jumlah anggota SI terus bertambah bahkan saat menjelang Kongres I (pertama) SI di Surabaya, jumlah anggota SI sudah mencapai sekitar 80 ribu orang. Kongres pertama SI pun digelar pada 25-26 Januari 1913, di kota Surabaya.

Tiga tahun kemudian, anggota SI bertambah menjadi 360 ribu orang dan terus bertambah menjadi 450 ribu orang pada tahun 1918. Jadi, sepanjang  periode 1916-1921, proses penyusunan AD (anggaran dasar),  mencari pimpinan organisasi dan pengaturan hubungan antara organisasi di pusat dan daerah pun beres. Tujuan organisasi ini adalah sebagai berikut.

"Akan berikhtiar, agar para  anggota akan bergaul satu sama lain seperti layaknya saudara agar adanya kerukunan serta sikap saling tolong menolong antara sekalian kaum muslimin, juga dengan segenap daya dan upaya yang halal serta tidak menyalahi undang-undang, juga berikhtiar untuk mengangkat derajat, supaya timbulnya kemakmuran, kebesaran negeri, dan kesejahteraan"

SI Dibekukan

Karena pesatnya perkembangan SI bahkan sampai ke daerah-daerah di luar Jawa, termasuk kegiatan para anggotanya yang tidak dapat selalu diawasi membuat Residen Surakarta sebagai penguasa zaman itu mengambil keputusan. Sarekat Islam dibekukan.

Keputusan Residen Surakarta ini menimbulkan huru hara dan kerusuhan karena aksi penolakan rakyat. Akhirnya pada 26 Agustus 1912 penjajah Belanda mencabut surat keputusan pembekuan SI tentu saja dengan beberapa catatan, seperti wilayah organisasi Sarekat Islam dibatasi hanya di wilayah Surakarta saja.

Untuk kelanjutan organisasi agar mampu bertahan menghadapi penjajahan Belanda, H.Samanhudi menyadari bahwa organisasi SI butuh dipimpin oleh seorang pemimpin yang cerdas dan handal.

KH Samanhudi lalu menugaskan HOS Cokroaminoto yang telah bergabung dengan SI sejak tahun 1912 untuk melakukan penyusunan anggaran dasar. Dengan mengabaikan batasan yang diberikan Residen Surakarta, HOS Cokroaminoto lalu menyusun anggaran dasar yang baru untuk SI seluruh Indonesia.

Dia juga meminta pengakuan dari pemerintah demi menghindari timbulnya  "pengawasan preventif dan represif secara administratif". Akhirnya pada pertemuan SI di Yogyakarta, 18 Februari 1914, diambillah keputusan membentuk pengurus pusat. 

Pengurus pusat ini terdiri dari berikut:

  •     Haji Samanhudi menjabat Ketua Kehormatan 
  •     HOS. Cokroaminoto diangkat sebagai ketua Sarekat Islam
  •     Gunawan menjadi Wakil Ketua Pengurus Central (Pusat)

Pada 18 Maret 1916, yaitu 5 tahun setelah berdiri, Sarekat Islam pun diakui pemerintah Belanda. SI semakin berkembang pesat dan akhirnya menjadi sebuah partai massa saat dipimpin oleh  Haji Oemar Said Cokroaminoto.

SI tidak semata berjuang untuk kepentingan dagang anggotanya saja, tapi juga berjuang secara politik untuk kemerdekaan bangsanya.

Akhir Hayat H. Samanhudi

Seiring dengan usia yang bertambah dan kesehatan yang mulai terganggu, sejak tahun 1920, H.Samanhudi non aktif dari kepengurusan Partai SI. Hal itu juga berimbas pada usaha dagangnya yang juga mengalami penurunan.

Namun, sokongan H.Samanhudi untuk kemerdekaan bangsa tak pernah surut. Bahkan setelah Indonesia merdeka pun saat agresi militer kedua Belanda dilancarkan, H. Samanhudi tetap berjuang bahu membahu dengan para pemuda untuk membendung serangan Belanda dan tentara sekutu.

Dengan  membentuk laskar bernama Gerakan Kesatuan Alap-Alap. Tugas mereka adalah menyediakan perlengkapan terutama pasokan makanan untuk para pejuang di medan perang.

H. Samanhudi  juga mendirikan Gerakan Persatuan Pancasila dan Barisan Pemberontakan Indonesia Cabang Solo untuk membela Republik Indonesia yang saat itu sedang menghadapi ancaman dan serangan dari Belanda. 

KH Samanhudi adalah seorang leader yang hebat, dia mampu merintis dan mendirikan sebuah organisasi besar, selamat dalam menjalani rintangan dan berhasil mendelegasikan kepemimpinannya pada orang yang tepat.Terbukti pada saat beliau memutuskan memilih HOS Cokroaminoto sebagai pemimpin SI penggantinya.

Ia tahu bahwa SI butuh seorang pemimpin yang berpendidikan tinggi, cerdas, berani, dan teguh dalam pendirian, serta agamis. Dan, pilihan KH Samanhudi tidak salah. HOS berhasil  membawa SI berkembang semakin pesat. 

H. Samanhudi wafat tanggal 28 Desember 1956 di Klaten. Beliau dimakamkan di Desa Banaran, Kecamatan Grogol-Sukoharjo, Jawa Tengah.

Berdasarkan pada  Surat Keputusan Presiden RI No. 590 tahun 1961, maka atas prestasi dan jasa-jasanya membuat H. Samanhudi dianugerahi gelar Pahlawan Pergerakan Nasional pada tanggal 09 November 1961.

Demikian sekilas mengenai biografi H Samanhudi di masa perjuangannya memperjuangkan kesejahteraan para pedagang. Semoga uraian tersebut bermanfaat dan menambah wawasan Anda.

Sumber: Di rangkum dari berbagai sumber

Posting Komentar untuk " Biografi H Samanhudi: Sosok Penggagas Sarekat Islam (SI)"