Kisah Sejarah Walisongo: Sejarah Sunan Bonang, Makrifat dalam Tembang dan Dakwah
Sejarah Sunan Bonang menarik perhatian dalam perjalanan penyebaran agama Islam di tanah Jawa. Salah satu hasil ciptanya yang paling mencolok adalah tembang "Tombo Ati," yang tidak hanya menjadi lirik lagu populer, tetapi juga mengandung makna mendalam dari ajaran Sunan Bonang. Artikel ini akan menjelaskan sejarah Sunan Bonang, ajarannya yang khas, dan kontribusinya dalam dakwah melalui media kesenian.
Berikut ini adalah petikan lirik tembang “Tombo Ati” tersebut:
Tombo ati iku lima sak warnane
Maca Qur'an angen-angen sak maknane
Kaping pindo, sholat wengi lakonana
Kaping telu, wong kang soleh kencanana
Kaping papat kudu wetheng ingkang luwe
Kaping lima dzikir wengi ingkang suwe
Sunan Bonang dan Peranannya dalam Sejarah
Sunan Bonang, salah satu anggota Wali Songo, lahir sebagai putra dari Sunan Ampel yang juga termasuk dalam Wali Songo. Lingkungan religiusnya telah membentuk semangatnya untuk menyebarkan Islam sejak dini.
Sunan Bonang mengemban tugas dakwah di tengah masyarakat Jawa yang mayoritas menganut agama Hindu pada masa itu. Di tengah tantangan ini, ia menggunakan pendekatan seni rakyat, seperti pementasan gamelan dan pewayangan, untuk menyampaikan pesan-pesannya.
Ajaran Khas Sunan Bonang dalam Dakwah
Setiap anggota Wali Songo memiliki pendekatan unik dalam menyebarkan ajaran agama Islam, dan Sunan Bonang juga memiliki strategi yang khas. Ajarannya mencakup elemen-elemen dari ahlussunnah, tasawuf, dan salaf ortodoks.
Dengan pengetahuannya dalam fikih, tasawuf, usuludin, sastra, seni, dan arsitektur, Sunan Bonang menciptakan ajaran yang berfokus pada filsafat cinta (‘isyq). Bagi Sunan Bonang, iman dan cinta saling berhubungan dan mencerminkan pengetahuan makrifat atau intuitif serta ketaatan kepada Allah Swt.
Kontribusi Seni dan Sastra dalam Dakwah
Media seni dan sastra menjadi sarana utama bagi Sunan Bonang dalam menyampaikan ajaran-ajarannya. Ia menciptakan tembang-tembang dan karya sastra yang memuat pesan-pesan Islam, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat luas. Salah satu karya sastranya yang terkenal adalah suluk, yang memuat ajaran-ajaran makrifat. Tembang "Tombo Ati" adalah contoh lirik lagu yang terinspirasi dari ajaran-ajaran Sunan Bonang.
Suluk-suluk Karya Sunan Bonang
Sunan Bonang juga menghasilkan berbagai suluk yang mengandung makna-makna mendalam. Beberapa contoh suluk yang mencerminkan ajaran-ajarannya adalah sebagai berikut:
1. Suluk Wujil
Dalam suluk ini, Sunan Bonang menekankan pentingnya mengenal diri sendiri dan mencari kebenaran dalam diri sebelum mencari keindahan di luar. Ia mengajak untuk menjadikan cinta sebagai jalan menuju pengetahuan makrifat yang mengarah kepada Allah Swt.
Berikut ini adalah petikan dari suluk Wujil tersebut (Dalam bahasa Indonesia):
Jangan terlalu jauh mencari keindahan
Keindahan ada dalam diri
Malah jagat raya terbentang dalam diri
Jadikan dirimu Cinta
Supaya dapat kau melihat dunia (dengan jernih)
Pusatkan pikiran, heningkan cipta
Siang malam, waspadalah!
Segala yang terjadi di sekitarmu
Adalah akibat perbuatanmu juga
Kerusakan dunia ini timbul, Wujil!
Karena perbuatanmu
Kau harus mengenal yang tidak dapat binasa
Melalui pengetahuan tentang Yang Sempurna
Yang langgeng tidak lapuk
Pengetahuan ini akan membawamu menuju keluasan
Sehingga pada akhirnya mencapai Tuhan.
Sebab itu, Wujil! Kenali dirimu
Hawa nafsumu akan terlena
Apabila kau menyangkalnya
Mereka yang mengenal diri
Nafsunya terkendali
Kelemahan dirinya akan tampak
Dan dapat memperbaikinya.
2. Suluk Jebeng
Suluk ini menyoroti pentingnya merendahkan diri dan menghindari kesombongan dalam pencarian ilmu. Sunan Bonang mengajarkan tentang keberadaan diri dan ruh, serta pentingnya perlindungan dan pengenalan terhadap Yang Sempurna.
Berikut ini adalah petikan dari suluk Jebeng tersebut (Dalam bahasa Indonesia):
Puncak ilmu yang sempurna
Seperti api berkobar
Hanya bara dan nyalanya
Hanya kilatan cahaya
Hanya asapnya kelihatan
Ketahuilah wujud sebelum api menyala
Dan sesudah api padam
Karena serba diliputi rahasia
Adakah kata-kata yang bisa menyebutkan?
Jangan tinggikan diri melampaui ukuran
Berlindunglah semata kepada-Nya
Ketahui, rumah sebenarnya jasad ialah ruh
Jangan bertanya
Jangan memuja nabi dan wali-wali
Jangan mengaku Tuhan
Jangan mengira tidak ada padahal ada
Sebaiknya diam
Jangan sampai digoncang
Oleh kebingungan
Pencapaian sempurna
Bagaikan orang yang sedang tidur
Dengan seorang perempuan, kala bercinta
Mereka karam dalam asyik, terlena
Hanyut dalam berahi
Anakku, terimalah
Dan pahami dengan baik
Ilmu ini memang sukar dicerna
3. Suluk Kaderesan
Suluk ini mengajak untuk menghindari kesombongan dan mencari perlindungan pada Allah. Sunan Bonang menegaskan bahwa jasad adalah sarana bagi roh, dan pentingnya menghindari klaim yang tidak sesuai terhadap diri dan Tuhan.
Berikut ini adalah petikan dari suluk Kaderesan tersebut (Dalam bahasa Indonesia):
Jangan meninggikan diri
Berlindunglah kepada-Nya
Ketahuilah tempat sebenarnya jasad ialah roh
Jangan bertanya
Jangan memuja para nabi dan wali-wali
Jangan kau mengaku Tuhan.
4. Suluk Ing Aewuh
Dalam suluk ini, Sunan Bonang menekankan pada usaha dan amal yang tulus, serta menasihatkan untuk menghindari pandangan yang berlebihan terhadap dunia. Ia mengajak untuk merenungi tujuan dalam diri agar niat mendapat restu.
Berikut ini adalah petikan dari suluk Aewuh tersebut (Dalam bahasa Indonesia):
Perkuat dirimu dengan ikhtiar dan amal
Teguhlah dalam sikap tak mementingkan dunia
Namun jangan jadikan pengetahuan rohani sebagai tujuan
Renungi dalam-dalam dirimu agar niatmu terkabul
Kau adalah pancaran kebenaran ilahi
Jalan terbaik adalah tidak memandang selain Dia.
Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQs)
1. Siapakah Sunan Bonang?
Sunan Bonang adalah salah satu anggota Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Ia memiliki peran penting dalam menggunakan seni dan sastra dalam dakwahnya.
2. Apa yang dimaksud dengan makrifat dalam ajaran Sunan Bonang?
Makrifat adalah pengetahuan intuitif yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam tentang Allah. Sunan Bonang mengajarkan bahwa iman dan cinta saling terkait dalam mencapai makrifat.
3. Bagaimana Sunan Bonang menyebarkan ajaran Islam?
Sunan Bonang menggunakan media seni dan sastra, seperti tembang dan pewayangan, untuk menyampaikan ajaran-ajarannya kepada masyarakat Jawa.
4. Apa yang dimaksud dengan suluk dalam konteks ajaran Sunan Bonang?
Suluk adalah karya sastra berisi pesan-pesan spiritual dan filosofis. Sunan Bonang menciptakan berbagai suluk yang mengandung ajaran-ajaran agama dan makrifat.
5. Mengapa Sunan Bonang tetap relevan hingga saat ini?
Kontribusi Sunan Bonang dalam menggabungkan seni dan ajaran Islam menjadi inspirasi dalam memahami agama melalui berbagai bentuk ekspresi budaya, menjadikannya relevan di era modern.
Kesimpulan
Sunan Bonang, anggota Wali Songo yang terkenal, mewariskan ajaran-ajaran agama Islam melalui pendekatan seni dan sastra. Melalui tembang-tembang dan suluk-suluknya, ia berhasil menyampaikan pesan-pesan makrifat dan cinta kepada Allah SWT.
Kontribusinya dalam dakwah menjadi bukti keberlanjutan nilai-nilai agama Islam melalui berbagai bentuk ekspresi budaya. Sejarah Sunan Bonang dan ajaran-ajarannya yang khas tetap relevan hingga saat ini, mengingat makna mendalam yang terkandung dalam setiap karya dan pesannya.
Posting Komentar untuk " Kisah Sejarah Walisongo: Sejarah Sunan Bonang, Makrifat dalam Tembang dan Dakwah"