Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Informasi Tentang Puasa Arafah

Informasi Tentang Puasa Arafah
credit:instagram@ma_alhidayahibun

Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang paling utama. Puasa ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Saat itu, kaum Muslimin yang melakukan ibadah haji berkumpul wukuf di Padang Arafah. Puasa sunnah merupakan amalan saleh yang akan mendatangkan pahala.

Memang, amalan saleh yang bernilai pahala kebaikan banyak ragamnya. Selain amal-amalan yang hukumnya wajib seperti shalat lima waktu dan puasa di bulan Ramadhan, banyak amalan ibadah yang hukumnya sunnah. 

Kini, tinggal kita sebagai umat Islam, pandai-pandai mengkaji amalan sunnah mana yang bisa dikerjakan karena sesuai syariat agama dan amalan mana yang lemah dasar hukumnya atau bid’ah. 

Siapa sih yang tidak tergiur, jika melaksanakan ibadah “tathawwu” atau sunnah yang dianjurkan, maka akan menambah pahala, menggugurkan dosa-dosa, memperbanyak kebaikan, meninggikan derajat, dan menyempurnakan ibadah wajib.

Allah Ta'ala berfirman, “Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya.” (QS. Al-Baqarah: 184). 

Hal itu juga merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, setelah melakukan kewajiban-kewajiban. Karena, mendekatkan diri kepada Allah itu dengan cara beribadah kepada-Nya yaitu dengan ibadah yang hukumnya wajib atau mustahab (yang disukai; sunnah). 

Puasa merupakan amalan sunnah yang utama. Dengan berpuasa, kita dapat mengekang nafsu. Puasa juga akan mengeluarkan jiwa manusia dari keserupaan dengan binatang menuju keserupaan dengan malaikat.

Pasalnya, orang yang berpuasa meninggalkan perkara yang paling lekat pada dirinya, berupa makanan, minuman, dan berhubungan dengan istrinya. Semua itu dilakukan karena mencari ridha Allah swt. 

Dengan demikian, puasa merupakan ibadah dan ketaatan yang menyerupai sifat malaikat. Sebaliknya, jika manusia mengumbar hawa nafsunya, maka dia lebih mendekati sifat binatang.

Keutamaan Puasa Arafah

Informasi Tentang Puasa Arafah
credit:instagram@mukenamaisara_premium

Mengapa hari Arafah menjadi salah satu hari istimewa? Lantaran, pada hari itu Allah di hadapan para malaikat-Nya, membanggakan para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah. 

Nabi Muhammad saw. bersabda, “Tidak ada satu hari yang lebih banyak Allah memerdekakan hamba dari neraka pada hari itu daripada hari Arafah. Dan sesungguhnya Allah mendekat, kemudian Dia membanggakan mereka (para hamba-Nya yang sedang berkumpul di Arafah) kepada para malaikat. Dia berfirman, 'Apa yang dikehendaki oleh mereka ini?'” (HR. Muslim, No. 1348; dan lainnya dari 'Aisyah).

Begitu istimewanya hari Arafah. Bagi kaum Muslimin yang tidak sempat wukuf di Arafah pun mendapat berkahnya, yakni disyariatkan berpuasa satu hari Arafah ini. Janji keutamaan puasa ini sangatlah besar.

Marilah kita renungkan hadits dibawah ini, terkait dengan keutamaan puasa Arafah, yang disyariatkan oleh Ar-Rahman yang memiliki sifat rahmat yang luas dan disampaikan oleh nabi pembawa rahmat kepada seluruh alam.

Rasulullah saw. bersabda, “Puasa satu hari Arafah (tanggal 9 dzulhijjah), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya dan satu tahun setelahnya. Puasa hari 'Asyura' (tanggal 10 Muharram), aku berharap kepada Allah, Dia akan menghapuskan (dosa) satu tahun sebelumnya.” (HR. Muslim, No 1162, dari Abu Qatadah).

Bagi kaum Muslimin, sudah terbiasa melakukan puasa satu bulan penuh saat bulan Ramadhan. Karenanya, setelah membaca atau mendengar sabda Nabi Muhammad saw. ini, pastilah hatinya tergerak untuk mengamalkan puasa tersebut. Karena, setiap manusia pasti menyadari tidak dapat lepas dari dosa.

Waktu Puasa Arafah 

Dari Abu Qatadah Al-Anshariy (ia berkata), ”Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang (keutamaan) puasa pada hari Arafah?” Maka beliau menjawab, “Menghapuskan (kesalahan) tahun yang lalu dan yang sesudahnya.” (HR. Muslim No.1162 dalam hadits yang panjang)

Di dalam hadits yang mulia itu terdapat dalil dan hujjah yang sangat kuat tentang waktu puasa ini, yaitu pada hari Arafah ketika manusia wukuf di Arafah. Jadi, puasa Arafah terkait dengan waktu dan tempat. Oleh karena itu, waktu puasa ini adalah ketika kaum Muslimin wukuf di Arafah. 

Berkenaan dengan pelaksanaan puasa bagi orang-orang yang sedang berhaji di Arafah, hadits di bawah ini bisa memberikan gambaran.

Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar bahwa beliau ditanya mengenai puasa hari Arafah di Arafah.

Beliau mengatakan, “Aku pernah berhaji bersama Nabi Muhammad saw. dan beliau tidak menunaikan puasa pada hari Arafah. Aku pun pernah berhaji bersama Abu Bakr, beliau pun tidak berpuasa ketika itu. 

Begitu pula dengan ‘Utsman, beliau tidak berpuasa ketika itu. Aku pun tidak mengerjakan puasa Arafah ketika itu. Aku pun tidak memerintahkan orang lain untuk melakukannya. Aku pun tidak melarang jika ada yang melakukannya.”

Dari uraian tersebut, bagi orang yang sedang berhaji lebih utama tidak berpuasa ketika hari Arafah di Arafah. Hal itu, dalam rangka meneladani Nabi saw. dan para Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, ‘Umar, dan ‘Utsman), juga agar lebih menguatkan diri dalam berdoa dan berzikir ketika wukuf di Arafah. 

Ada beberapa hal yang baik dilakukan pada hari Arafah. Seperti dijelaskan Ibnu Rajab Al Hambali, bahwa siapa yang ingin mendapatkan pembebasan dari api neraka dan pengampunan dosa pada hari Arafah, maka lakukanlah hal-hal berikut.

Melaksanakan puasa Arafah. Dari Abu Qotadah, Nabi saw. bersabda, “Puasa Arafah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.”

Menjaga anggota badan dari hal-hal yang diharamkan.

Memperbanyak syahadat tauhid, keikhlasan, dan kejujuran. Nabi saw. sendiri sering memperbanyak hal-hal tadi dan beliau menyebutkannya setelah menyebutkan bahwa doa pada hari Arafah adalah sebaik-baik doa. 

Disebutkan dalam hadits, “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Dan sebaik-baik yang kuucapkan, begitu pula diucapkan oleh para Nabi sebelumku adalah ucapan ‘Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syaiin qodiir’ (Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan, segala pujian dan Allah yang menguasai segala sesuatu)”.

Memerdekakan seorang budak jika mampu. Karena barangsiapa yang memerdekakan seorang budak Mukmin, maka Allah akan membebaskan anggota tubuhnya dari api neraka karena anggota tubuh budak yang ia merdekakan.

Memperbanyak doa ampunan dan pembebasan dari api neraka, karena hari Arafah adalah hari terkabulnya doa. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi saw. bersabda, “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah”.

Selain itu, untuk mendapatkan pembebasan dari api neraka dan pengampunan dosa, hendaklah pula dijauhi segala dosa yang dapat menghalangi dari mendapatkan ampunan. 

Berikut ini hal-hal yang harus dijauhi, antara lain:

Sifat sombong dan takabur. Allah Ta’ala berfirman, “Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al Hadid: 23). Sebagaimana pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Allah tidak akan memandang siapa saja yang menjulurkan celananya (di bawah mata kaki) dengan sombong.”

Tidak terus menerus dalam melakukan dosa-dosa besar (al kabair). Itulah yang dinasihatkan oleh Ibnu Rajab agar seseorang bisa mendapatkan ampunan dan pembebasan dari api neraka pada hari Arafah.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang mendapatkan ampunan dan pembebasan dari api neraka. Semoga setiap kita melaksanakan ibadah puasa Arafah, kita mendapatkan keutamaannya.

Posting Komentar untuk " Informasi Tentang Puasa Arafah"