Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apakah Definisi dan Pengertian Rukyat dalam Aliran Asy'ariyah?

rukyatul-hilal
credit:ezhaphotobrother

Di sekolah Asy'ariyah, ada sebuah pertanyaan menarik. Apa yang dimaksud dengan rukyat? Untuk menyampaikan makna ini, pertama-tama diperlukan pemahaman tentang latar belakang percakapan tersebut.

Ketika kita berbicara tentang rukyat, kita biasanya berbicara tentang teknik untuk mengidentifikasi awal Ramadhan dan Syawal. Namun, dalam konteks ini, rukyat memiliki konotasi yang lebih luas daripada metode pengamatan bulan yang selalu digunakan oleh ormas Islam. 

Simak penjelasan berikut untuk informasi lebih lanjut tentang rukyat dan keterkaitannya dengan mazhab Asy'ariyah.

Pengertian Rukyat

Rukyat selalu dikaitkan dengan kegiatan pengamatan hilal pertama yang sering disebut hilal. Ini biasanya dilakukan menjelang akhir bulan kalender Islam untuk mengidentifikasi hari pertama bulan berikutnya. Saat bulan Ramadhan mendekat dan akhir Ramadhan menentukan lebaran, kegiatan ini kerap menjadi perbincangan.

Beberapa Muslim menggunakan rukyat sebagai standar pengukuran. Kalangan lain, sebaliknya, menggunakan metode hisab untuk menentukan tanggal Hijriah.

Metode hisab adalah metode penentuan posisi bulan yang mengandalkan perhitungan matematis dan astronomis. Perbedaan penerapan strategi ini yang membedakan hari pertama Ramadhan dengan hari Idul Fitri.

Rukyat dapat dilakukan dengan berbagai alat, termasuk teleskop dan instrumen lainnya. Namun, rukyat dapat dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat.

Kegiatan ini sering dilakukan saat senja hari, yaitu saat matahari sudah terbenam dan hanya tersisa secercah cahaya. Setelah itu, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melihat apakah Anda dapat melihat bulan untuk pertama kalinya. Ketika bulan baru terlihat, tanggal pertama ditetapkan untuk hari berikutnya di waktu maghrib.

Definisi rukyat sebelumnya tampak sangat spesifik. Sebenarnya, kata rukyat berarti "melihat". Menurut pengertian rukyat di atas, rukyat adalah kegiatan mengamati atau mengamati.

Hanya saja tafsir sebelumnya tampak lebih pasti dan biasanya dikaitkan dengan penanggalan Hijriah. Apa hubungannya dengan Asy'ariyah jika rukyat berarti pengamatan atau penglihatan? Pertanyaan utamanya adalah, apa yang dimaksud sekolah Asy'ariyah dengan rukyat?

Tentang Asy'ariyah

Untuk menjawab pertanyaan tentang “apa yang dimaksud dengan rukyat dalam aliran Asy'ariyah?” perlu diketahui terlebih dahulu apa itu Asy'ariyah? 

Asy'ariyah merupakan paham aqidah dalam Islam. Paham akidah ini dianggap sebagai aliran tradisional dalam ilmu kalam. Paham ini dikembangkan oleh Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asyari (873-935 M), seorang tokoh ahli hadits yang cukup ternama.

Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asyari dilahirkan di daerah Basrah, daerah yang terletak 545 km dari Baghdad. Beliau lahir pada 875 M atau 260 H. Beliau awalnya adalah seorang yang menganut paham akidah Mu'tazilah, yakni paham  aliran rasionalis Islam.  

Saat menginjak usia 40, beliau memutuskan untuk tidak lagi mengikuti paham akidah Mu'tazilah. Beliau menganggap paham ini lebih banyak keburukannya. Adapun anggapan lain bahwa alasan Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ari meninggalkan Mu'tazilah adalah karena beliau telah bertemu dengan Rasulullah Saw sebanyak tiga kali. Pertemuan di mimpi itu, adalah pesan Sang Rasul agar Abu Al-Hasan Ali bin Ismail Al-Asy'ari meninggalkan paham Mu'tazilah

Setelah meninggalkan Mu'tazilah, Abu Hasan lebih banyak memusatkan perhatian pada pemikiran tentang salaf. Beliau juga menegaskan posisinya yang bertolak belakang dengan Mu'tazilah dan paham akidah lainnya yang menurut beliau menyimpang dari Al-Quran. Beliau pun lebih banyak berpegang Islam dengan berpegang pada Alquran, Sunnah Nabi, serta berbagai riwayat dari para sahabat.  

Abu Hasan tidak sekadar keluar begitu saja dari Muktazilah. Beliau memikirkan matang-matang selama dua minggu lebih. Ketika merenung, beliau memiliki dan menganalisis kembali pemikiran Mu'tazilah. Karena analisis dan perenungan inilah akhirnya Abu Hasan memantapkan hati untuk mengevaluasi diri.

Ia pun mengumumkan keluar beliau di Masjid Basrah. Dengan pemikirannya yang baru, beliau mengkritik Mu'tazilah. Beliau pun memiliki banyak pengikut sehingga akhirnya terbentuk aliran atau paham akidah bernama Asyariah, yang diambil dari nama Asyariah.  

Pemikiran Asy'ariyah

Asyariah pada perkembangannya membawa pemikiran-pemikiran baru. Pemikiran Asy'ariyah selain bertolak belakang dengan Mu'tazilah, paham ini pun punya pandangan lain tentang sifat Tuhan.

Salah satu pandangan aliran ini adalah tentang melihat Allah di akhirat nanti. Jadi, pertanyaan “apa yang dimaksud dengan rukyat dalam aliran Asy'ariyah?” berhubungan dengan pengamatan terhadap Allah di akhirat nanti.  Inilah inti dari pemikiran Asy'ariyah. Untuk lebih jelasnya tentang pemikiran ini, bisa disimak pada poin-poin berikut ini.

1. Sifat-sifat Tuhan

Pemikiran Asy'ariyah yang cukup terkenal adalah pandangannya tentang sifat-sifat Tuhan. Menurut Asy'ariyah, Tuhan memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan Dzat Tuhan sendiri dan tidak memiliki kemiripan dengan sifat yang ada pada makhluk ciptaannya.

Beliau mencontohkan bahwa Tuhan mempunyai sifat hidup, mempunyai kehendak, berilmu, berketetapan, mendengar, melihat, dan berbicara. Hanya memang meskipun membawa sifat tersebut, Tuhan punya caranya sendiri. Misalnya ketika Tuhan mendengar maka ia tidaklah seperti manusia mendengar orang berbicara.

2. Kebebasan dan Kehendak

Pemikiran Asy'ariyah tentang kehendak dan kebebasan adalah bahwa manusia merupakan makhluk yang mengupayakan kehendaknya sendiri. Dan posisi Allah, sebagai Tuhan adalah orang yang menciptakan manusia yang segala tindak-tanduk manusia diserahkan kepada mereka sendiri.

3. Akal dan Wahyu

Dalam memandang persoalan baik dan buruk, Asy'ariyah memandang segala sesuatunya berdasarkan akal dan wahyu. Menurut paham ini, segala  persoalan hidup, dapat dijelaskan dengan cara mengontradiktifkan antara akal dan wahyu.

4. Tentang Al-Quran

Pemikiran Asy'ariyah tentang Al-Quran adalah bahwa kitab suci ini tidak diciptakan. Bagi Asy'ariyah, Al-Quran adalah segala sesuatu yang melekat pada esensi Allah.

Pemikiran lainnya dari Asyariah adalah tentang keadilan. Bagi Asyariah, Tuhan adalah sesuatu yang mutlak dan tidak memiliki kewajiban apa pun. Selain itu, aliran ini juga memandang bahwa orang yang berdosa masih memiliki iman. Karena bagi Asyariah, orang yang melakukan dosa besar masih memiliki iman di hatinya. Namun hal ini akan jadi pengecualian bagi dosa orang-orang kufur.

Asy'ariyah dan Pandangan Rukyat

Pandangan Islam Asy Ariyah tentang sifat Tuhan dan sebagainya ini merupakan warna di tengah pemahaman Islam saat itu. Pandangan Asy'ariyah tentu hanyalah cara pandang dan pemahaman tentang Islam. Dan pandang ini cukup berpengaruh, terutama tentang rukyat.  

Seperti sudah dibahas di awal, bahwa rukyat berarti memiliki makna penglihatan atau pengamatan. Dalam pandangan Al-Asy'ari, rukyat merupakan suatu pengamatan terhadap Tuhan di akhirat kelak. Pandangan ini menjelaskan bahwa rukyat bisa terlaksana ketika Allah seperti menciptakan penglihatan baru bagi manusia di akhirat untuk melihat-Nya.

Dalam pandangan ini pun dijelaskan selain dengan pencitraan penglihatan, Sang Pencipta pun bisa saja membiarkan diri-Nya untuk dilihat. Inilah penjelasan utama tentang rukyat. Suatu pemikiran yang dapat saja terjadi di akhirat kelak. Tentu karena hal ini adalah suatu kemungkinan, bisa saja pendapat dari Asyariah ini bukanlah suatu yang bisa benar-benar terjadi nantinya.

Itulah penjelasan tentang rukyat dan hubungannya dengan paham Asy'ariyah. Semoga penjelasan ini bisa membantu dalam menjawab pertanyaan tentang apa yang dimaksud dengan rukyat dalam aliran Asy'ariyah.

Posting Komentar untuk " Apakah Definisi dan Pengertian Rukyat dalam Aliran Asy'ariyah?"