Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penjelasan tentang Surah Al Ikhlas

Penjelasan tentang Surah Al Ikhlas
credit:instagram@masumafashion1

Dalam beberapa hadits, surah Al Ikhlas banyak disebut mengandung sepertiga isi Al Qur'an. Inilah salah satu keutamaan surat yang terdiri dari empat ayat ini. Sebagaimana dengan surat lain dalam kitab suci Al Qur'an, surat ini pun banyak di tafsir oleh para ulama dalam upaya memahami kandungan isi dari setiap ayatnya.

At Tauhid, Qul Huwallahu Ahad, Al Iman, Al Asas merupakan nama lain dari surat ini, tidak lain karena di dalamnya mengulas segala hal mengenai pengajaran tentang tauhid (eksistensi Allah SWT). 

Uniknya hanya pada surat ini Allah SWT membicarakan tentang diri-Nya. Pada setiap ayat dalam surat ini Allah SWT menjabarkan secara tersirat siapa diri-Nya, bagaimana keadaan-Nya, bagaimana dia meng-'ada'.

Tentu saja yang dimaksud bukan proses diri-Nya hingga menjadi ada, sebab hanya Dia-lah yang Maha Tahu. Dia meng-ada, dijelaskan dengan bahasa-Nya sendiri dan sangat autentik. 

Berbeda dengan surat yang lain yang lebih banyak berisi mengenai hukum dan tata aturan kehidupan, baik itu terhadap Tuhan maupun kepada sesama makhluk. Pada surat ke 112 dalam kitab Alquran ini fokus membicarakan istilah ikhlas, sebagaimana nama surat ini disebut.

Dalam tafsir lain, ikhlas yang dimaksud dalam surat ini disetarakan dengan istilah murni. Kedua istilah tersebut sebenarnya memiliki makna yang identik, yakni 'membersihkan' atau 'memurnikan'. Tentunya surat ini merujuk kepada manusia sebagai ciptaan terhadap penciptanya. 

Oleh karena itu, barang siapa yang tunduk serta iman kepada surat ini dialah golongan orang yang ikhlas kepada Allah SWT. Inilah pelajaran penting yang dimaksudkan oleh surat Makkiyah dan termasuk Mufassal ini.

Ikhlas hanya kepada Allah SWT merupakan fondasi sekaligus bekal yang sangat kokoh dalam menjalankan kehidupan dan beribadah. Segala perbuatan yang dilandasi dengan niat yang ikhlas kepada Allah, adalah syarat utama ibadah. 

Hal penting yang tidak boleh dilupakan dalam pembahasan ikhlas adalah hati atau kalbu. Sebab pada hatilah kemurnian bertempat.

Alasan Diturunkannya Surah Al Ikhlas

Dalam penyebaran ajaran Islam, Rasulullah Muhammad saw. sebagai utusan Allah banyak mengalami penolakan. Penolakan terhadap ajaran tersebut sampai berupa perang besar antara Nabi Muhammad SAW dan kaumnya melawan orang-orang kafir yang terjadi beberapa kali. 

Selain perang, Nabi Muhammad SAW juga mendapatkan berbagai perlakuan yang tidak manusiawi seperti diusir, dipukul, hingga dilempari kotoran manusia.

Memang pada zaman ini tingkat kekufuran terhadap Nabi Muhammad SAW dan ajarannya sangat berlebihan. Namun, sebagai rahmatan lil alamin, Rasulullah tetap teguh pada tugasnya mengajak seluruh umat manusia untuk masuk dan taat kepada ajarannya agar selamat dunia dan akhirat. Setidaknya itulah jaminan dari Allah SWT bagi makhluk yang taat dan beriman kepada Rasulullah SAW.

Dari berbagai penolakan orang-orang kafir terhadap Nabi Muhammad, terdapat pertanyaan dengan maksud untuk menguji kebenaran ajaran beliau. Pertanyaan orang kafir itu sebagai berikut. "Sebutkan nasab atau sifat Rabb-mu pada kami". 

Pertanyaan menguji ini sebenarnya lebih kepada untuk menjebak Nabi Muhammad SAW, yang apabila tidak sanggup menjawab maka runtuhlah kesucian ajaran yang sudah tersebar luas di tanah Arab.

Namun pertolongan Allah Azza Wa Jalla senantiasa bersama Nabi Muhammad SAW. Maka kemudian Allah SWT menurunkan surah Al Ikhlas ini sebagai jawaban Rasulullah SAW terhadap pertanyaan orang-orang kafir tersebut.

Dalam kisah lain yang diceritakan oleh Dhuhak, bahwa kaum musyrikin Quraisy mengirim utusannya yang bernama Amir bin Thufail untuk membawa pesan penolakan kepada Rasulullah SAW. 

Pesan tersebut adalah "Hai Muhammad, kedatanganmu telah merusak kepercayaan kami dan menghancurkan Tuhan-Tuhan kami. Padahal nenek moyangmu juga adalah penganut agama kami, engkau telah mengingkarinya".

Saking geramnya terhadap Rasulullah SAW, pesan kaum musyrikin itu juga menawarkan kepada Rasulullah SAW apabila berniat untuk mengurungkan niatnya menyebarkan ajaran Agama Allah SWT, maka akan diberi kekayaan, jika gila akan diobati, dan jika mau perempuan akan dikawinkan. 

Rasulullah menjawab, "Aku tidak miskin, Aku sangat sehat, dan tidak ingin perempuan. Aku Rasul Allah, maka kuajak kalian untuk menyembah-Nya!".

Kedua kali utusan itu datang dengan membawa pertanyaan kepada Rasulullah. "Coba jelaskan kepada kami Tuhanmu itu dari jenis apa? Apakah terbuat dari emas atau perak?"

Lalu Allah menurunkan surah Al Ikhlas ini sebagai jawaban Rasulullah. Melalui perantara Malaikat Jibril, maka Allah berfirman, "Qul huwallahu Ahad". "Allahu Samad". "Lam yalid wa lam yulad". "Walam Yakul lahu kufuwan Ahad".

Tafsir Ringan Terhadap Surah Al Ikhlas

Penjelasan tentang Surah Al Ikhlas
credit:instagram@hf_love4ever

Tafsir terhadap surah Al Ikhlas berupaya menilik setiap kata yang terdapat pada setiap ayatnya yang disarikan dari beberapa tafsir para ulama.

Tafsir Ayat Pertama - Qul Huwallahu Ahad

Kata 'Qul' artinya katakanlah. Kata ini diperuntukkan kepada Nabi Muhammad dan seluruh umatnya. Dalam ayat Qul Huwallahu Ahad, Nabi diperintahkan untuk menyerukan mengenai ke Esa-an Allah SWT. 

Kata 'Ahad' sama artinya dengan kata Al Wahid Al Witr atau Maha Esa, artinya tidak ada yang sebanding dengan-Nya, tidak memiliki istri ataupun anak, dan tak ada sekutu bagi-Nya. Asal kata 'Ahad' adalah 'Wahdu'.

Awalnya dengan huruf 'waw' kemudian diganti 'hamzah'. Sedangkan menurut tafsir Syekh Al Utsaimin dalam tafsir Juz Amma, kata 'Allahu Ahad' mengandung makna, hanya Dia yang tunggal dalam keagungan dan kebesaran-Nya.

Tafsir Ayat Kedua - Allahu Samad

Arti dari ayat ini adalah Allah tempat meminta. Ibnul Jauzi mengatakan dalam Zaadul Masiir bahwa ada empat pendapat mengenai makna kata Ash Shomad.

Makna pertama, Allah adalah As Sayyid atau penghulu atau tempat bagi seluruh makhluk menyandarkan segala hajatnya kepada Allah.

Makna kedua, yakni Allah tidak memiliki rongga (perut).

Makna ketiga, bermakna Allah Maha Kekal.

Makna keempat, yaitu Allah tetap kekal setelah seluruh makhluk binasa.

Tafsir dari 'Ikrimah, dari Ibnu Abbas mengatakan maksud ayat kedua dari surah Al Ikhlas ini adalah seluruh makhluk bersandar/bergantung kepada-Nya dalam segala kebutuhan maupun permasalahan. 

Sedangkan tafsir Al A'masy mengatakan dari Syaqiq dari Abu Wail bahwa Ash Shomad bermakna pemimpin yang paling tinggi kekuasaan-Nya.

Tafsir Ayat Ketiga - Lam Yalid Wa Lam Yulad

Ayat ketiga yang memiliki arti "Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan" ini sedikit menyinggung klaim orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa Malaikat adalah anak perempuan Allah atau semisal Maryam yang melahirkan Nabi Isa. 

Masih dalam Zadul Masiir, Maqotil mengatakan, hal ini dapat diteliti berdasarkan pengertian kata walam yulad. Bahwa dengan tegas Allah tidak bersekutu ataupun disekutukan oleh makhluk lain.

Begitu pula dengan kaum Yahudi dan Nasrani yang mengatakan bahwa Isa dan 'Uzair adalah anak Allah. Pada ayat ketiga ini, Allah meniadakan segala klaim tersebut.

Tafsir Ayat Keempat - Walam Yakul Lahu Kufuwan Ahad

Arti ayat ini adalah "dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". Ayat terakhir dari surah Al Ikhlas ini seperti menjadi penegasan dari ayat sebelumnya. Jangankan persamaan diri yang tidak akan pernah ada, bahkan sifat-sifat Allah pun tidak ada persamaannya. 

Makna ayat ini adalah tidak ada yang serupa (setara) dengan Allah dalam nama, sifat, dan perbuatan. Demikian menurut Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa'di.

Jadi, tidak ada sedikitpun peluang kaum musyrik maupun Yahudi untuk meragukan kekuasaan dan keesaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan menganggap bahwa Dia memiliki anak atau dilahirkan sebagaimana manusia yang dijadikannya Tuhan untuk disembah. Allah telah meniadakan segala anggapan tersebut dalam surah Al Ikhlas ini, Wallahu 'alam. 

Semoga Penjelasan tentang Surah Al Ikhlas diatas berguna dan bermanfaat untuk para pembaca semuanya.

Posting Komentar untuk "Penjelasan tentang Surah Al Ikhlas"