Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Belajar dari Semangat Dakwah Nabi Nuh As

Belajar dari Semangat Dakwah Nabi Nuh As
credit:instagram@tarikhislam

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya (dengan perintah), “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih” (QS. Nuh : 1). Allah SWT memberikan tugas yang maha berat kepada Nabi Nuh untuk menyampaikan risalah tauhid yang menjadi inti dari ajaran agama samawi.

Tercatat dalam sejarah bagaimana usaha Nabi Nuh As untuk mengajak kaumnya untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan, risalah dakwah Nabi Nuh merupakan risalah dakwah terpanjang dalam sejarah dan sungguh dramatis. 

Bagaimana tidak, usia dakwah yang begitu panjang tidak dibarengi dengan keberhasilan mengajak umatnya untuk menempuh jalan yang lurus. Alih-alih mempunyai pengikut yang berlimpah, hanya segelintir orang yang “tersadar” dan akhirnya ikut kepada seruan Nabi Nuh As. 

Nabi Nuh menyampaikan risalahnya siang-malam kepada kaumnya dan khususnya keluarganya sendiri. Namun, karena kesombongan yang dimiliki oleh istri dan anak-anaknya, mereka akhirnya termasuk ke dalam orang-orang yang terkena azab.

Perjalanan risalah Nabi Nuh dalam menyampaikan risalahnya siang dan malam diabadikan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surah Nuh ayat 5-7 berikut ini:

قَالَ رَبِّ إِنِّى دَعَوْتُ قَوْمِى لَيْلًا وَنَهَارًا

فَلَمْ يَزِدْهُمْ دُعَآءِىٓ إِلَّا فِرَارًا

وَإِنِّى كُلَّمَا دَعَوْتُهُمْ لِتَغْفِرَ لَهُمْ جَعَلُوٓا۟ أَصَٰبِعَهُمْ فِىٓ ءَاذَانِهِمْ وَٱسْتَغْشَوْا۟ ثِيَابَهُمْ وَأَصَرُّوا۟ وَٱسْتَكْبَرُوا۟ ٱسْتِكْبَارًا

Artinya:

“Dia Nuh berkata, Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku siang dan malam. Tetapi seruanku itu tidak menambah (iman) mereka, justru mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya aku setiap kali menyuruh mereka (untuk beriman) agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukan anak jarinya ke telinganya dan menutupkan bajunya ke wajahnya dan mereka tetap (mengingkari)  dan sangat menyombongkan diri.” (QS. Nuh :5-7)

Ada beberapa ibrah (pelajaran) yang bisa dipetik dari sejarah dakwah Nabi Nuh. Meskipun harus susah payah menyeru umatnya, Nabi Nuh tetap berdoa agar umatnya senantiasa mendapat perlindungan Allah SWT. 

Hal itu dilakukan padahal umatnya tidak mendengarkan sedikit pun apa yang dibawa olehnya. Kecuali sebagian kecil saja, umatnya bahkan mengolok-olok setiap wahyu yang disampaikan oleh Nabi Nuh. Maka tak ayal, Allah SWT mempercepat azab-Nya di dunia berupa banjir besar.

Semua umat Nabi Nuh yang tidak mendengar ajaran yang dibawa olehnya, dibinasakan termasuk anak dan istri tercinta Nabi Nuh. Allah mengajarkan kepadanya bahwa anak dan istrinya bukanlah termasuk golongan Nabi Nuh. Keduanya termasuk golongan orang-orang kafir yang kelak akan menjadi bahan bakar neraka Jahannam. 

Dakwah Tak Kenal Lelah Nabi Nuh As

Usia Dakwah Nabi Nuh As tercatat sebagai dakwah terpanjang sepanjang sejarah penyampain risalah Allah SWT. Tercatat usia dakwah Nabi Nuh mencapai 100 tahun lebih dengan jumlah pengikut yang tidak terlalu banyak. 

Jumlah pengikut yang tidak begitu besar tidak menyurutkan usaha dakwah Nabi Nuh. Dakwah tetap dilakukannya siang dan malam seperti diabadikan oleh Allah SWT dalam surat Nuh seperti terlihat pada cuplikan ayat di atas.

Begitu beratnya usaha dakwah tersebut, Nabi Nuh tetap berusaha bahkan tetap mendoakan agar umatnya mendapatkan pertolongan dari Allah SWT. Sebagai seorang da’i, tentunya pelajaran dari dakwah yang dibawa oleh Nabi Nuh As harus menjadi pelecut. 

Nabi SAW bersabda bahwa setiap muslim itu sejatinya adalah da’i. Oleh karena itu, sebenarnya risalah untuk menyampaikan risalah Allah SWT, mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah diri dan kaum kerabatnya dari kemungkaran sudah menjadi kewajiban yang tidak terpisahkan dari diri seorang muslim. 

Nabi Nuh dikenal sebagai pribadi yang lembut, memiliki tutur kata yang baik, visioner, argumentatif, santun, dan yang terpenting cerdas. Nabi Nuh tidak segan untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT tentang nasib kaumnya. 

Alih-alih membenci mereka, Nabi Nuh bahkan meminta keselamatan umatnya meskipun ia sendiri telah didustakan. Sebuah gambaran pribadi yang memiliki kelembutan hati dan tidak dinodai oleh perasaan dendam. Segala urusan dikembalikan kepada Sang Maha Mengetahui, Allah SWT yang memiliki kerajaan lebih luas dari langit dan bumi. 

Tatkala ditantang untuk berargumen, Nabi Nuh As dengan elegan membalas argumen-argumen yang bisa menandingi orang-orang yang ingkar kepadanya. Dengan jiwa visioner yang dimilikinya, area dakwah dijadikan medan persuasi yang dilakukan tanpa kenal lelah.

Balasan untuk setiap keimanan yang diikrarkan akan mendapatkan kebaikan berupa nikmat. Kalimat persuasi itu bahkan tak bisa mengajak orang berbondong-bondong untuk pindah haluan keyakinan. 

Karunia lainnya yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Nuh, seperti halnya kepada nabi-nabi lainnya, adalah berupa kecerdasan. Bagaimana mungkin seorang nabi tidak cerdas, ia harus mengolah dan menyelesaikan masalah yang terjadi ditengah kaumnya.

Nabi Nuh As dengan kecerdasan dan kemampuan persuasi yang dimilikinya berdakwah mengesakan Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun tidak banyak dari umatnya yang tertarik bahkan istri dan anaknya sekalipun. 

Kepatuhan dan Sikap Persistent Nabi Nuh dalam Berdakwah

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dakwah Nabi Nuh As tergolong dakwah yang berdurasi sangat panjang. Durasi yang panjang tersebut tidak juga dibarengi oleh kuantitas pengikut ajaran Tauhid yang dibawanya. 

Namun demikian, hal itu tidak membuat nyali dan semangatnya ciut. Selain itu, Nabi Nuh tergolong ke dalam hamba yang senantiasa patuh dan tunduk terhadap perintah Allah SWT.

Dalam sebuah kisah yang juga diabadikan dalam Al-Quran, Nabi Nuh As diperintahkan untuk membuat bahtera atau perahu yang super besar. Untuk orang awam, mungkin perintah itu tidak masuk akal. 

Bagaimana mungkin perintah membuat perahu tersebut dilakukan di tengah daratan. Namun demikian, karena sikap patuhnya kepada Allah SWT. Nabi Nuh dengan ikhlas melaksanakan setiap perintah yang datang kepadanya. 

Melalui perantaraan wahyu-Nya, Nabi Nuh mulai membuat perahu seperti termaktub dalam Al-Quran surah Hud ayat 37 berikut ini:

وَاصْنَعِ الْفُلْكَ بِأَعْيُنِنَا وَوَحْيِنَا وَلَا تُخَاطِبْنِي فِي الَّذِينَ ظَلَمُوا ۚ إِنَّهُمْ مُغْرَقُونَ

Artinya:

“Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku perihal orang-orang yang zalim itu. Sesungguhnya mereka nanti akan ditenggelamkan.” (Q.S Hud :  37)

Demikianlah, Allah dengan segala sifat-Nya yang Maha Agung, mengajarkan Nabi Nuh As untuk membuat perahu berukuran besar. Nantinya perahu tersebut digunakan untuk mengangkut semua makhluk yang ada di bumi secara berpasang-pasangan. 

Ketika membuat perahu super besar tersebut, tentu saja kaumnya yang tidak mengerti mengenai kebenaran dan perintah Allah, mengolok-olok apa yang dilakukan oleh Nabi Nuh.

Mereka beranggapan bahwa Nabi Nuh sudah hilang kesadaran. Hal itu tentu saja semakin menjauhkan umat Nabi Nuh dari kebenaran risalah yang dibawa olehnya. Kisah itu diabadikan Allah dalam firmannya berikut ini:

وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيْهِ مَلَأٌ مِنْ قَوْمِهِ سَخِرُوا مِنْهُ ۚ قَالَ إِنْ تَسْخَرُوا مِنَّا فَإِنَّا نَسْخَرُ مِنْكُمْ كَمَا تَسْخَرُونَ

Artinya:

“Dan mulailah Nabi Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewati Nabi Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nabi Nuh, ‘Jika Kalian mengejek kami, maka sesungguhnya kami pun nanti akan mengejek kalian sebagaimana kalian mengejek kami.” (Q.S Hud : 38)

Selain mengejek dan mengolok-olok apa yang disampaikan oleh Nabi Nuh, para pemimpin dan para pengikutnya tersebut juga memberikan “label” bahwa Nabi Nuh adalah seorang yang gila. Hal ini termaktub dalam Al-Quran surah Al-Qamar ayat 9 berikut ini:

كَذَّبَتْ قَبْلَهُمْ قَوْمُ نُوحٍ فَكَذَّبُوا عَبْدَنَا وَقَالُوا مَجْنُونٌ وَازْدُجِرَ

Artinya:

“Sebelum mereka, telah mendustakan (pula) Kaum Nuh, maka mereka mendustakan hamba Kami (Nuh) dan mengatakan : ‘Dia adalah seorang yang gila dan dia sudah pernah diberi ancaman.” (Q.S Al Qamar : 9)

Allah SWT telah memberitakan mengenai azab yang akan diterima oleh kaum Nabi Nuh. Allah memberikan tanda-tanda yang mengharuskan Nabi Nuh dan kaumnya segera harus menaiki bahtera yang telah selesai dibuat. 

Kemudian, atas berkat kemurahan Allah SWT, Nabi Nuh diberitakan bahwa istri dan anaknya (Kan’an) bukanlah termasuk orang yang akan diselamatkan. Hal itu terlihat pada kitab-Nya yang agung. Allah SWT berfirman:

"Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatannya) adalah perbuatan yang tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak mengetahui (hakekatnya). Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.”

Tidak lama terjadilah banjir besar, perahu besar yang dibuat oleh Nabi Nuh, yang kerap kali diolok-olok menjadi satu-satunya armada yang akan membawa keselamatan. Dakwah panjang Nabi Nuh pada akhirnya berakhir dengan kebinasaan kaum Nabi Nuh yang bebal. Allah melaknat umat Nabi Nuh yang bebal itu dengan memberikan azab berupa banjir besar.

Posting Komentar untuk " Belajar dari Semangat Dakwah Nabi Nuh As"