Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pemimpin Ideal Menurut Wejangan Sunan Kalijaga

Pemimpin Ideal Menurut Wejangan Sunan Kalijaga
credit:instagram@mustika-withlove

Ajaran Sunan Kalijaga sungguh beraneka ragam. Ada salah satu ajaran Sunan Kalijaga yang berhubungan erat dengan kehidupan. Ada yang mengatakan bahwa ajaran Sunan Kalijaga  seringkali berbau mistis. 

Hal ini tidak sepenuhnya salah. Budaya yang ditinggalkan oleh Sunan Kalijaga memang kental dengan filosofi dan budaya Jawa.

Pada saat ini telah bermunculan pemimpin-pemimpin yang mengaku bisa membawa negeri kita ke gerbang merdeka dalam arti sesungguhnya. 

Namun pada kenyataannya, kita harus menelan pil pahit. Masih banyak warga negara kita yang masih miskin dan bahkan ada yang sampai kelaparan.

Sementara para pemimpin-pemimpin itu berkoar tentang merdeka yang indah, masyarakat Indonesia justru tengah menanti perubahan yang tidak kasat mata. 

Memang benar kata pepatah, lebih mudah berteori daripada praktek. Mereka bisa saja berkoar-koar dan menjanjikan kesejahteraan, namun pada akhirnya hanya menjadi sebuah omong kosong.

Berbeda dengan zaman dulu, meski tidak secanggih saat ini, tetapi rupanya sistem yang dianut jauh lebih ‘canggih’. Mereka memimpin tidak hanya dengan otak atau kepandaian, tetapi juga dengan hati. 

Mereka tidak hanya memikirkan kepentingan pribadi, mereka selalu melihat rakyat dan dampak yang akan terjadi dari sebuah keputusan.

Memang tidak bisa disamakan antara kondisi pada zaman dahulu dan sekarang, tetapi tidak ada salahnya jika seorang pemimpin zaman sekarang melihat bagaimana kinerja mereka para pemimpin di masa lampau. 

Tidak dapat dipungkiri pula bahwa menjadi pemimpin ideal itu adalah harapan yang sulit untuk diwujudkan. Tidak salah jika kita berusaha memberikan yang terbaik untuk sekitar walaupun tidak ada yang benar-benar sempurna.

Bagaimana menjadi seorang pemimpin ideal? Kita bisa belajar dari salah satu ajaran Sunan Kalijaga tentang seorang pemimpin yang ideal. 

Bukan hanya dari sisi fisik, tetapi batin. Ajaran Sunan Kalijaga ini tidak dapat dinilai secara gamblang harus diresapi dengan baik dan tidak tergesa-gesa.

Ajaran Sunan Kalijaga memang sarat akan makna dan mengandung nilai kehidupan. Oleh karena itu tidak boleh kita sembarang mengartikan nasihat dan petunjuknya. 

Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh seseorang yang ingin menjadi pemimpin ideal menurut pandangan ajaran Sunan Kalijaga, antara lain sebagai berikut.

Wanita

Maksud dari poin pertama ini bukanlah seorang wanita dalam arti sesungguhnya. Seorang pemimpin kerap kali identik dengan seorang laki-laki. Wanita yang dimaksud adalah perumpamaan dari keindahan dan cita-cita. 

Wanita dinilai cantik jika hati dan wataknya baik maka bagi seorang laki-laki, wanita ini patut untuk didapatkan. Keindahan itu serupa dengan cita-cita.

Seorang pemimpin harus memiliki cita-cita setinggi langit dan sesuai dengan kadar kemampuannya. Tidak terlalu tergesa-gesa dalam menentukan cita-cita pun merupakan langkah awal yang tepat. 

Ibarat mengejar dan mendapat wanita cantik, baik hati dan kepribadian, seorang pemimpin harus berusaha keras dan tidak pantang menyerah dalam menggapai cita-cita.

Garwa atau Jodoh

Sepasang kekasih sering menyebut diri mereka sebagai belahan jiwa. Mengapa demikian? Karena keduanya merasa saling memiliki, percaya, dan saling mengasihi. 

Sama halnya dengan seorang pemimpin, haruslah memiliki tabiat yang baik, menganggap bahwa semua orang di sekitarnya adalah teman baik untuk saling menghormati, mengasihi, dan menjaga. 

Hal ini perlu dibangun guna menciptakan suasana kekeluargaan sehingga sikap mudah curiga yang menimbulkan salah paham tidak terjadi.

Sikap terbuka terhadap sesama akan semakin meningkatkan kualitas kinerja. Selain itu, komunikasi yang baik akan menciptakan kerja sama yang baik pula. 

Hal ini sama dengan prinsip sepasang kekasih. Ajaran ini memberikan inspirasi baik bagi sepasang kekasih ataupun calon pemimpin ideal masa depan.

Wisma atau Rumah

Sebuah rumah yang baik adalah rumah yang mampu memberikan rasa nyaman pada penghuninya. Tidak hanya dari sisi dekorasi, tetapi juga dari setiap sudut yang bersangkutan. Rumah tidak perlu sebesar gedung pemerintahan. 

Meskipun kecil, tetapi mampu menampung penghuninya dan membuat penghuninya merasa nyaman pun adalah rumah yang ‘besar’.di dalam sebuah rumah, perabot di dalamnya tidak sekedar barang ‘hiasan’, tapi juga bermanfaat sesuai dengan kebutuhan.

Begitu pula dengan seorang pemimpin ajaran Sunan Kalijaga mengajarkan tidak perlu seorang pemimpin membanggakan perawakannya atau penampilannya yang bersahaja jika tidak mampu memimpin dengan baik. 

Seorang pemimpin yang baik pun ada baiknya sama dengan sifat rumah, mampu memberikan rasa nyaman terhadap sekitar dan mampu menerima siapa pun yang ingin menjadi bagian darinya.

Walau terkadang sebagai seorang pemimpin perlu diingat waspada adalah hal penting. Waspada bukan berarti berburuk sangka. 

Seorang pemimpin juga harus bisa mengatur segala hal yang masuk dan keluar dari tanggung jawabnya sebagai pemimpin sebenarnya.

Turangga atau Kuda Tunggangan

Pada umumnya, kuda tunggangan adalah kuda pilihan. Kuda itu bagus, kuat, dan lincah. Kuda tunggangan akan ‘manut’ pada kusir, ke mana kusir mengarahkan, kuda akan mengikuti. 

Kuda tunggangan pun terkadang bisa saja di luar kendali kusir. Kuda yang biasanya berjalan tenang, bisa lari tak tentu arah dan akhirnya jatuh.

Begitu pula dengan seseorang, badan atau raga yang tampak ibarat kuda tunggangan. Kusirnya adalah jiwa kita. Jika jiwa kita baik, maka raga yang dibawa pun baik. 

Begitu pula sebaliknya, jika kita tidak mampu menjaga jiwa maka raga yang tampak akan lebih ‘liar’dari kuda yang kehilangan kendali. Hal ini sama dengan seorang pemimpin ideal.

Pada ajaran Sunan Kalijaga, pemimpin ideal haruslah mampu mengendalikan dirinya sendiri. Tidak mudah terpengaruh faktor-faktor merugikan baik dari dalam maupun dari luar. 

Memang tidak mudah mengalahkan emosi, namun orang yang hebat bukanlah orang yang mampu berperang melawan seribu pemberontak tapi mampu mengalahkan emosinya sendiri.

Keris

Keris adalah benda yang dipuja-puja oleh beberapa lapisan masyarakat. Bahkan, ada pula yang memuja dan merawat keris layaknya barang berharga. 

Ajaran Sunan Kalijaga memberikan pelajaran setiap pemimpin haruslah memiliki ‘senjata’ andalan dari dalam dirinya sendiri. ‘Senjata’ itu berupa kepandaian, kepiawaian, dan keuletan.

Seorang pemimpin tidak hanya mampu mengobral janji, tetapi harus mampu menepatinya. Tanggung jawab adalah hal terbesar yang harus dipelihara. 

Jangan mengaku sebagai seorang pemimpin jika tidak mampu mewujudkan apa yang dikatakan di depan orang banyak. Kritis terhadap permasalahan yang ada pun merupakan salah satu ‘senjata’ yang dibutuhkan oleh seorang pemimpin.

Kulila atau Burung Perkutut

Burung perkutut di tanah Jawa adalah burung yang mempunyai suara merdu, indah, dan enak didengar. 

Di tanah Jawa pula burung ini memiliki tempat khusus di hati masyarakat. Ada beberapa orang yang memelihara burung ini dengan perawatan yang tidak sembarangan. 

Ada pula cara untuk menghasilkan suara merdu, yaitu dengan membasuh lidah burung dengan cincin emas atau memandikan burung dengan air kembang.

Sama halnya dengan seorang pemimpin, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu memberikan ‘suara’ menenangkan bagi masyarakat. 

Kata-kata yang membangun jiwa, keyakinan akan masa depan yang lebih baik, dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemimpinnya. Hindari janji-janji yang tidak masuk akal atau sekiranya sulit untuk diwujudkan.

Memegang janji dengan teguh merupakan salah satu sifat mulia seorang pemimpin. Walaupun kata-kata yang dikeluarkan itu indah, menenangkan, dan mampu memberikan semangat pada masyarakat, jika kata-kata itu hanya omong kosong, maka percuma saja didengar. 

Jadikan apa yang Anda katakan bermanfaat bagi orang lain. Begitulah ajaran Sunan Kalijaga memberikan nasihat pada calon seorang pemimpin ideal.

Waranggana atau Penari Wanita

Penari wanita ini lebih dikenal dengan ronggeng. Budaya merakyat pada zaman dulu dengan aturan main seorang ronggeng menari dan dikerumuni oleh banyak laki-laki. 

Laki-laki yang ingin menari bersama ronggeng haruslah memiliki sejumlah uang untuk diberikan pada ronggeng secara cuma-cuma. Hal ini sering disebut ‘sawer’.

Di sisi lain, pada beberapa sudut akan ada laki-laki penari lainnya yang berusaha mengalihkan perhatian ronggeng dari laki-laki di sekitarnya. Hal ini ibarat seorang pemimpin yang berada dalam situasi sulit. Akan ada banyak halangan untuk niat baik.

Sesuai ajaran seorang pemimpin yang baik akan tetap fokus pada satu tujuan yang sejak semula menjadi keyakinannya. 

Walaupun ada rintangan, jika ia memiliki sifat-sifat sebelumnya maka rintangan itu akan segera dapat diatasi dan menuju tujuan utama sehingga tercapainya cita-citanya.

Pradangga atau Gamelan

Gamelan adalah alat musik yang menghasilkan irama khas. Bunyi yang dihasilkan oleh gamelan akan menimbulkan ‘taste’ tersendiri bagi pendengarnya. 

Tidak ada musik modern yang dapat menyamakan suaranya dengan musik tradisional. Bunyi yang dirancang dengan baik akan menghasilkan irama yang semakin enak didengar.

Pada seorang pemimpin, bunyian itu sama dengan sifat-sifat sebelumnya. Perpaduan yang seimbang antara sifat yang satu dengan sifat yang lain akan menghasilkan kepribadian yang baik dan menawan. 

Untuk itu sebagai seorang pemimpin, haruslah mampu menyeimbangkan sifat-sifat di atas agar memiliki aura yang baik pula di hadapan masyarakat.

Semua sifat yang menjadi ajaran Sunan Kalijaga ini akan berhasil diperoleh jika mampu mencerna dengan baik. Pikirkan segala hal dengan baik dan tidak menimbulkan pertentangan. 

Jika saja para pemimpin sekarang memegang teguh ajaran Sunan Kalijaga maka kemungkinan yang terjadi adalah Indonesia akan mencapai titik sejahtera yang sebenarnya.

Posting Komentar untuk " Pemimpin Ideal Menurut Wejangan Sunan Kalijaga"