Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Um albilad: Kota Pertama yang Dibangun oleh Manusia

Um albilad: Kota Pertama yang Dibangun oleh Manusia

Ada sebuah pertanyaan, kota mana yang pertama kali dibangun oleh manusia di muka bumi ini? Apakah itu kota Yerikho di Palestina ataukah Babilonia yang terletak di Irak dan Suriah? Kota Yerikho dibangun sejak tahun 9000-an SM, sementara Babilonia, ternyata, tidak terlalu kuno. Babilonia ini dibangun sekitar seribu tahun SM. 

Ternyata, ada satu kota yang lebih tua dari keduanya, dan kota ini adalah induk dari semua kota yang ada di dunia sekarang. Artinya, kota ini merupakan kota pertama yang dibangun oleh manusia. Kota tersebut adalah UM albilad.

Dalam artikel ini, kita akan membahas mengenai kota Um albilad tersebut. Simak ulasannya berikut ini.

Negeri Mesir, oleh banyak sejarawan Islam, disebut-sebut sebagai Um albilad atau dengan nama lain Mesir, adalah induk dari segala bangsa atau negeri paling tua yang pernah dibangun oleh peradaban manusia. Pendapat ini didasarkan pada kisah yang terjadi di masa yang sangat lampau, yaitu dalam kisah kehidupan Nabi Nuh Alaihissalam. 

Nabi Nuh dikaruniai empat orang anak, yaitu Kanaan, Yafet, Sam, dan HAM. Nuh juga dikaruniai cucu yang sangat banyak. Ketika beliau masih hidup, setiap harinya Nabi Nuh selalu berdoa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala agar keluarganya selalu diberkahi dengan limpahan berkah. Kemudian Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan wahyu kepada Nuh. 

Pada satu malam, doa yang dipanjatkan pada malam itu pasti terkabul. Malam yang penuh berkah itulah Nabi Nuh membangunkan keluarganya satu persatu. Samlah yang pertama kali bangun dan menuruti perintah ayahnya. Sam kemudian mengajak Arpachshad, yang juga bangun dari tidur, untuk datang menemui sang kakek.

Ketika mereka telah berkumpul, Nabi Nuh mulai memanjatkan doa:

"Ya Rabb, jadikanlah hidup sang penuh berkah serta berikanlah pangkat kenabian dan para raja kepada keturunan dari Arpachshad."

Nabi Nuh hanya mendoakan keturunannya yang menuruti perintahnya untuk bangun dari tidur dan memanjatkan doa bersama-sama di malam itu. Setelah itu, giliran anaknya yang bernama HAM dipanggil oleh Nabi Nuh. Namun, HAM menolak panggilan ayahnya, dan sayangnya, tak ada seorang pun dari anak-anak HAM yang bangun dari tidurnya. Nabi Nuh pun berdoa agar keturunan HAM nantinya menjadi pesuruh bagi keturunan dari putra sulungnya, yaitu Sam.

Namun, sebelum Nabi Nuh selesai berdoa, ada satu orang keturunan HAM yang terbangun saat itu. Dia mendengar doa sang buyut yang dipanjatkan untuk keturunan HAM. Namanya adalah Misraim. Anak ini tergugah hatinya untuk menghampiri sang buyut, yaitu Nabi Nuh Alaihissalam, untuk meminta doa kepadanya. Misraim berkata, "Wahai buyutku, sungguh aku memenuhi seruanmu, meskipun ayahku, kakekku, dan seluruh keluargaku enggan untuk memenuhi seruanmu. Aku mohon pintakan keberkahan untukku."

Mendengar ada cicitnya yang datang, hati Nabi Nuh pun menjadi senang. Nuh membelai lembut kepala Misraim, kemudian berdoa, "Ya Rabb, Misraim telah memenuhi seruanku. Maka berkahilah keturunannya, tempatkanlah dia dan keturunannya di belahan bumi yang diberkahi, di belahan bumi yang nantinya menjadi Um albilad yang merupakan induk dari segala bangsa dan menjadi tempat pertolongan bagi seluruh hamba-Mu. Jadikanlah sungainya sebagai sebaik-baiknya sungai yang mengalir di dunia. Jadikanlah sebaik-baiknya berkah bagi keturunannya serta tundukkanlah seluruh negeri baginya dan keturunannya. Jadikanlah seluruh bangsa merendah kepadanya dan kepada keturunannya. Berikanlah kepada mereka untuk mengatur belahan bumi itu."

Setelah mendoakan Misraim, kemudian Nabi Nuh menyuruh putra ketiganya, yaitu Hafidz atau Yafet, untuk ikut berdoa bersamanya. Namun, sangat disayangkan, Yafet menolak ajakan itu. Maka Nabi Nuh pun berdoa supaya nanti Yafet menurunkan satu bangsa manusia yang paling buruk, yang kita kenal sebagai bangsa Yakjuj dan Makjuj.

Dalam kisah ini ada seorang anak keturunan Nuh yang mungkin jarang kita mendengar namanya. Dia adalah Yahtun. Saat itu, Nabi Nuh menyuruh Yahtun untuk datang menemuinya dan berdoa bersama. Kemudian, Yahtun pun datang memenuhi perintah ayahnya. Nabi Nuh pun mendoakannya supaya keturunan Yahtun hidup dengan limpahan keberkahan. Namun, sayangnya, Yahtun tidak mempunyai keturunan.

Seiring berjalannya waktu, doa-doa yang dipanjatkan Nabi Nuh satu persatu mulai terkabul. Sam hidupnya penuh kebahagiaan hingga dia wafat. Kemudian, Arpachshad, putranya, hidup dengan penuh keberkahan juga, dan anak keturunan dari Arpachshad ini banyak yang menjadi raja dan nabi. Dari keturunan Sam inilah yang akan menjadi bangsa Arab, Persia, dan bangsa Romawi.

Sementara itu, HAM yang menolak panggilan dari ayahnya waktu itu hidup dengan penuh kesusahan dan jauh dari keberkahan. Sebenarnya, ada satu lagi putranya, yaitu Kanaan. Sayangnya, Kanaan mati ketika musibah banjir besar itu datang karena waktu itu si Kanaan ini tidak mau masuk ke dalam kapal ayahnya untuk menyelamatkan diri. 

Dia malah lari ke puncak gunung, yang padahal musibah banjir besar itu juga menenggelamkan puncak gunung di mana Kanaan berusaha lari dari kematian. Begitu juga dengan istri dari Nabi Nuh Alaihissalam, istri Nuh ini juga ikut mati pada musibah itu karena lebih memilih ikut dan menuruti perintah suaminya untuk masuk ke dalam kapal yang dibuat suaminya itu.

Putra HAM yang lain yang bernama Aswad menurunkan bangsa Sudan dan Ethiopia. Sementara Kus menurunkan bangsa India, lalu Food menurunkan bangsa Barbar, dan Baisar menurunkan bangsa Koptik. Misbin Baisar dan seluruh keluarganya memilih menetap dan mendirikan kerajaan di sebuah daerah yang kemudian hari dikenal dengan nama Mesir. Di tanah Mesir inilah yang diberi julukan dengan Um albilad sesuai dengan doa dari Nabi Nuh Alaihissalam. Kerajaan Mesir waktu itu membentang dari Aswan sampai Urbasi dan dari Burkoh sampai Ayla.

Dalam masa setelahnya, Mis membagi kerajaan menjadi empat bagian untuk anaknya, yaitu Gif, Asimun, Atrip, dan SA. Dan dari satu anaknya inilah ribuan tahun kemudian lahir seorang perempuan mulia yang kelak diberi nama Hajar, yang kita kenal di dalam Islam sebagai Siti Hajar. Pada suatu hari, Siti Hajar ini menikah dengan seorang laki-laki sholeh yang bernama Ibrahim, dan Nabi Ibrahim ini juga berasal dari keturunan Sam bin Nuh Alaihissalam.

Sementara itu, putra Nuh yang lain, yang bernama Yafidz, yang waktu itu tidak mau sama sekali menuruti perintah sang ayah, hidupnya pun dirundung kesusahan. Anak keturunan Yafidz mempunyai watak yang sangat kasar, dan nantinya dari Yafidz inilah lahir bangsa-bangsa seperti bangsa Turki, bangsa Italia dari kepulauan Sisilia, dan yang paling terkenal adalah bangsa Yakjuj dan Makjuj.

Jadi, itulah sejarah Um albilad. Semoga kisah ini bermanfaat. Mohon dimaafkan jika ada khilaf atau kesalahan, karena manusia biasa tak luput dari kesalahan. Sampai jumpa di kisah-kisah seru yang penuh makna selanjutnya. 

Sumber : Jazirah Ilmu Chanel

Posting Komentar untuk " Um albilad: Kota Pertama yang Dibangun oleh Manusia"