Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menelusuri Sumber Sejarah Kerajaan Demak

Menelusuri Sumber Sejarah Kerajaan Demak
credit:instagram@jasmerah945

Awal perkenalan Indonesia dengan agama Islam bisa dirunut melalui sejarah kerajaan-kerajaan bercorak Islam di Nusantara. Salah satu kerajaan Islam besar yang pernah berdiri di nusantara adalah Kerajaan Demak. 

Menurut Sumber sejarah Kerajaan Demak, pada awalnya Demak merupakan kadipaten atau wilayah dari Kerajaan Majapahit.

Namun karena wafatnya Gajah Mada dan Hayam Wuruk yang menyebabkan Kerajaan Majapahit melemah sehingga Demak berkembang dan menjadi Kesultanan bercorak Islam pertama di Pulau Jawa.

Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki mayoritas muslim terbesar di Dunia. Hal tersebut bisa disebabkan karena Islam diperkenalkan tanpa adanya unsur agresi dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia.

Menurut berbagai sumber sejarah tentang Kerajaan Demak, sejarah berdirinya kerajaan ini dapat dirunut melalui awal masuknya Islam ke tanah Jawa pada sekitar abad 14 atau pada tahun 1399 Masehi.

Disebutkan bahwa Islam diperkenalkan oleh orang Arab yang sempat tinggal di Gujarat yang bernama Maulana Malik Ibrahim dan keponakannya, Makhdum Ishaq ketika berada di Gresik.

Perkenalan Islam dengan masyarakat semakin luas terutama dengan semakin banyaknya kaum bangsawan yang memeluk Islam. Termasuk salah satu istri dari Bhre Kertabhumi (Raja Brawijaya V) yang merupakan raja dari Kerajaan Majapahit yang saat itu berkuasa yaitu Putri Cempa, merupakan seorang muslim yang melahirkan Raden Fatah.

Raden Fatah nantinya akan menjadi Raja dari Kerajaan Demak. Dalam berbagai penafsiran dari sumber sejarah tentang Kerajaan Demak yang berupa karya sastra dan berbagai tradisi lisan disebutkan bahwa pada awalnya Demak merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit yang berbentuk Kadipaten.

Demak pada saat itu menjadi wilayah dagang yang banyak memiliki hubungan dengan para pedagang dari Gujarat, Arab, dan wilayah-wilayah lain yang banyak memiliki khazanah Islam.

Sehingga lambat laun Demak berkembang menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam. Raden Fatah yang menjadi pemimpin wilayah Demak sendiri memeluk Islam sebagai kepercayaannya.

Ketika Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, wilayah-wilayah kekuasaannya pun banyak yang melepaskan diri karena ingin membentuk kerajaan-kerajaan sendiri dengan mengaku sebagai pewaris Kerajaan Majapahit.

Begitu pula dengan Demak, sebagai kota dagang dan pusat penyebaran Islam, Raden Patah melepaskan diri dari pengaruh Kerajaan Majaphit dan mendirikan sebuah kerajaan yang bercorak Islam yang berpusat di Kota Demak.

Sebenarnya terdapat dua kekuasaan yang berada di Demak pada saat itu, yaitu kekuasaan yang dipegang oleh Raden Patah yang memperoleh dukungan dari Wali Songo. Serta Ki Ageng Pengging yang mendapat dukungan dari Syekh Siti Jenar.

Hingga kemudian Raden Patah dipilih dan diangkat menjadi Raja Kerajaan Demak dan dibantu oleh sembilan wali yang terkenal dengan sebutan Wali Songo yang menjadi panutan masyarakat Demak.

Bantuan yang diterima oleh Raden patah dari para Wali Songo membuat pengaruh Kerajaan Demak berkembang menjadi sangat kuat dalam waktu singkat. Bila dilihat dari penafsiran berbagai sumber sejarah  tentang Kerajaan Demak yang ditemukan, wilayah kekuasaan Kesultanan Demak meluas meliputi daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Bahkan hingga mencapai Jambi, beberapa wilayah Kalimantan, serta menguasai Palembang. Sebagai kerajaan maritim sekaligus penghasil rempah-rempah membuat Kerajaan Demak menjadi Kerajaan yang tersohor dan mencapai puncak kejayaan.

Pada masa itu kehidupan masyarakat Demak terutama dalam segi sosial dan budaya didasarkan pada budaya Islam. Hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh pusat penyebaran agama Islam yang dilakukan oleh para Wali seperti Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, serta Sunan Muria.

Tak hanya itu, para wali juga memiliki peran penting sebagai penasehat Raja Demak. Sehingga tercipta suasana kondusif yang terjalin erat antara para bangsawan dari kalangan kerajaan dengan alim ulama dan rakyat alias ukhuwah Islamiyah yang baik.

Kebudayaan islam pun banyak menghiasi sendi – sendi kehidupan masyarakat Demak. Salah satunya dapat dilihat pada arsitektur Masjid Demak yang pendiriannya dipimpin oleh Sunan Kalijaga. Dimana salah satu dari tiang utama masjid dibuat dari pecahan kayu yang disebut Soko Tatal.

Ada pula cerita tentang cikal bakal perayaan Sekaten untuk memperingati maulid Nabi Muhammad SAW yang diawali dan diciptakan oleh Sunan Kalijaga di Serambi depan masjid. Sampai sekarang perayaan Sekaten biasanya masih dilangsungkan oleh masyarakat Cirebon dan Yogyakarta.

Dalam kegiatan perdagangan, Kerajaan Demak diuntungkan dengan posisinya yang strategis sebagai penghubung antara daerah-daerah penghasil rempah-rempah. Rempah-rempah saat itu menjadi komoditas utama perdagangan dan perekonomian.

Raden patah pun memerintah dengan adil dan bijaksana sehingga Kerajaan Demak maju baik dari segi budaya sekaligus perekonomian dan perdagangan. Sang Raden Patah pun tidak sendirian dalam melaksanakan pemerintahannya. Selain dibantu oleh walisongo, beliau pun dibantu oleh Pati Unus, anaknya yang menjabat sebagai adipati di Jepara.

Hingga pada saat Raden Fatah Wafat dan gelar raja diturunkan kepada Pati Unus yang bergelar pangeran Sabrang Lor. Namun sayangnya dalam sumber sejarah tentang Kerajaan Demak disebutkan bahwa Pati Unus hanya memerintah selama tiga tahun saja dan digantikan oleh adiknya, Pangeran Trenggono.

Ketika dipimpin oleh Pangeran Trenggono, Kerajaan Demak kembali memasuki masa keemasannya. Daerah kekuasaan Kerajaan Demak semakin meluas hingga mencapai daerah Jawa Barat.

Bahkan dapat merebut Sunda Kelapa dari Kerajaan Pajajaran sekaligus melawan tentara Portugis dibantu oleh menantunya yang sekaligus menjadi Panglima perang pasukan Kerajaan Demak, Fatahillah yang berasal dari Pasai alias Sumatra.

Ketika itu Portugis mengincar Sunda Kelapa untuk dijadikan basis perdagangan di Nusantara. Sayangnya Sultan Trenggana wafat ketika hendak menaklukan wilayah Pasuruan. Kematiannya membawa kepedihan sekaligus keraguan tentang penerus tahta Kerajaan Demak. Hingga kemudian tahta raja Demak digantikan oleh Sunan Prawoto.

Namun pergantian tampuk kekuasaan tersebut tidak berjalan mulus karena adanya pertentangan dari kubu Pangeran Sekar Seda Lepen yang merupakan adik dari Sultan Trenggono sendiri. Namun kemudian Pangeran Sekar Seda Lepen terbunuh, dan Sunan Prawoto tetap memegang tampuk kekuasaan.

Hanya saja pada tahun 1561, putera Pangeran Sekar Seda Lepen menyuruh Arya Penangsang untuk membunuh Sunan Prawoto dan keluarganya. Hingga akhirnya Arya Penangsang menjadi penguasa dan pemegang tampuk kekuasaan tahta Kerajaan Demak.

Arya penangsang merupakan sosok yang tidak disukai oleh rakyatnya karena kekejamannya. Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, seorang  Adipati Jepara.

Hal tersebut membuat Ratu Kalinyamat, istri Adipati Jepara menggalang bantuan dari adipati-adipati lain yang tidak menyukai Arya Penangsang untuk melawan dan menggulingkan tahta Kerajaan Demak dari kekuasaan Arya penangsang.

Perang kekuasaan antar saudara tersebut akhirnya diselesaikan oleh Pangeran Hadiwijaya yang dikenal sebagai Jaka Tingkir yang dibantu oleh Ki Ageng Pemanahan ketika membunuh Arya Penangsang dalam peperangan.

Hingga akhirnya Pangeran Hadiwijaya memindahkan pusat Pemerintahan Kerajaan Demak ke wilayah Pajang pada tahun  1568. Hal ini menandai akhir pemerintahan Kerajaan Demak dari daerah pesisir ke daerah Pedalaman.

Posting Komentar untuk " Menelusuri Sumber Sejarah Kerajaan Demak"